Menparekraf Kagumi Adat dan Budaya Desa Wisata Hilisimaetano Nias Selatan

Menparekraf Kagumi Adat dan Budaya Desa Wisata Hilisimaetano Nias Selatan

Tidak hanya itu saja, sistem pemerintahan yang dijalankan masih mengikuti sistem adat. Dimana sistem kepemimpinan adat desa masih dipegang oleh Si’ulu atau Raja yang merupakan kaum bangsawan Nias. Kemudian, para cendikiawan atau yang disebut Si’ila berperan sebagai pemberi nasihat kepada bangsawan. Dan Sato atau Fa’abanuasa (masyarakat) yang terus bergotong-royong dalam menjaga Lakhömi mbanua (marwah desa).

Saat Menparekraf tiba di desa, ia disambut oleh Tarian Mogaele, yang biasa dilakukan untuk menyambut tamu kehormatan.

Jika berbicara mengenai Nias tentunya yang langsung terbayang adalah tradisi lompat batu atau yang disebut fahombo. Tradisi ini menjadi suguhan atraksi wisata yang menarik bagi wisatawan. Tradisi lompat batu biasanya dilakukan para pemuda dengan cara melompati tumpukan batu setinggi kurang lebih dua meter. Ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa mereka pantas dianggap dewasa dan memberikan sebuah kebanggaan tersendiri bagi keluarga mereka.

Kendati demikian, tidak semua anak laki-laki sanggup melakukan tradisi ini, karena walaupun mereka dilatih sejak dini, masyarakat Nias percaya ada keterlibatan magis dari roh leluhur yang membuat mereka berhasil melompati batu dengan sempurna.

Dalam visitasinya, Menparekraf bertemu dengan anak-anak yang sedang latihan lompat batu di sebuah replika lompat batu kecil dan para pemuda yang melakukan lompat batu sungguhan. Anak-anak kecil di desa memang rutin melakukan latihan setiap pekan, agar tradisi lompat batu di Desa Hilisimaetanö tidak punah. 

Halaman :

Berita Lainnya

Index