Bukan hanya persoalan waktu tempuh, ibu yang memiliki dua buah hati ini harus melewati selat untuk sampai di Desa Peranggas. Alat transportasi yang ia gunakan yakni kempang atau perahu kayu bermotor.
"Untuk sampai ke sekolah, harus berangkat dari ibu kota kabupaten menyeberangi selat. Berangkat pakai kempang atau perahu yang biasa dipakai masyarakat Rangsang menuju kabupaten, itu 30 menit ke Desa Peranggas," kata Normayanti.
Setiba di dermaga, Normayanti harus lanjut kembali ke Desa Tanjung Kedabu. Butuh waktu 2 jam untuk sampai ke lokasi dengan lewat jalan rusak, becek yang penuh tantangan. Ia melihat persoalan infrastruktur di daerah tersebut sangat minim. Tak hanya jalan rusak, penerangan, dan internet juga menjadi persoalan kemajuan di daerah tersebut.
Khusus pendidikan, Normayanti melihat motivasi peserta didik masih rendah. Terutama dengan metode pembelajaran yang kurang inovatif karena keterbatasan infrastruktur.
"Salah satu solusi yang saya lakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan model project based learning (PjBL). Model ini dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menampilkan keterampilan tertentu dan motivasi peserta dengan melibatkannya dalam pembelajaran," sebutnya.
Medan yang jauh dan penuh tantangan membuat istri Panji Nugraha memutuskan untuk tinggal di Pulau Rangsang. Saat akhir pekan, barulah kembali ke Tebing Tinggi menemui suami dan anaknya.

