Para Pengungsi Perempuan di Prancis Diperkosa Penyelundup sebagai Upah

Para Pengungsi Perempuan di Prancis Diperkosa Penyelundup sebagai Upah
Seorang pengungsi perempuan di sebuah kamp di Grande-Synthe, Dunkirk, Prancis utara.

DUNKIRK - Sebuah laporan memilukan perihal nasib para gadis dan perempuan pengungsi di kamp Dunkirk, Prancis dirilisThe Observer Guardian. Laporan itu menyebut, para perempuan diperkosa para penyelundup manusia sebagai upah telah membawa mereka ke Prancis.

Laporan kelompok yang menangani masalah pengungsi itu bersumber dari para relawan medis, pengungsi atau korban dan pejabat keamanan di sekitar kamp Dunkirk yang berlokasi di Prancis utara.

”Serangan seksual, kekerasan dan pemerkosaan semuanya sudah terlalu umum,” kata seorang perempuan yang menjadi salah satu koordinator relawan saat diwawancarai The Observer, dalam kondisi anonim.

”Gadis-gadis di bawah umur diserang, para perempuan diperkosa dan dipaksa untuk membayar penyelundupan dengan tubuh mereka,” lanjut dia.

Saking mirisnya kondisi para pengungsi perempuan, beberapa dari mereka mengenakan popok dewasa  ketika pergi ke toilet untuk menghindari kekerasan seksual oleh para penyeludup. Tak hanya itu, hampir setiap toilet di kamp pengungsi sengaja tidak dikunci agar para pengungsi leluasa membebaskan diri ketika diserang di dalam toilet.

Kamp Dunkirk tercatat menjadi rumah bagi sekitar 2.000 pengungsi. Dari jumlah itu, 100 di antaranya anak-anak maupun gadis di bawah umur.

”Perempuan terlalu takut untuk pergi ke toilet di malam hari. Tak satu pun dari toilet perempuan di kamp dikunci,” imbuh relawan itu, yang dikutip Senin (13/2/2017).

Relawan perempuan itu menambahakan bahwa gadis di bawah umur juga jadi target serangan. ”Seorang gadis 12 tahun itu ‘disuguhkan’ di kamp untuk seorang pria yang usianya dua kali lebih tua. Ketika dia tidak lagi ingin berbicara dengannya karena perilakunya menjadi begitu cabul, ia (penyerang) mengancam dirinya. Ada seorang gadis 13 tahun yang akhirnya kembali ke negara asalnya setelah diperkosa di kamp,” papar relawan tersebut.

Mantan pekerja LSM yang sudah mengabiskan waktu 3,5 tahun di Dunkirk juga memberikan kesaksian tentang nasib para pengungsi perempuan. Menurutnya, para pria penyerang menargetkan perempuan dan anak-anak, karena mereka objek yang paling rentan. (SND)

Halaman :

Berita Lainnya

Index