Renang Gunakan Sistem Desentralisasi untuk Pelatnas SEA Games 2017

Renang Gunakan Sistem Desentralisasi untuk Pelatnas SEA Games 2017

JAKARTA - Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PB PRSI) kembali menggunakan sistem latihan desentralisasi. Tiga lokasi sudah ditunjuk sesuai dengan klub yang dibela perenang dan dipimpin pelatih nasional, yaitu Bali, Bandung, dan Jakarta. 

Sebelumnya, para perenang berlatih menggunakan sistem sentralisasi saat tampil di SEA Games 2015. Namun, karena beberapa perenang masih berusia muda dan masih mengenyam pendidikan, PRSI memilih untuk melakukan desentralisasi.

"Kalau dulu memang agak sedikit kaku. Artinya yang tidak ikut ke Bali tidak bisa ikut timnas. Pengalaman saya, atlet Gargarin Nathaniel Yus dan Angel Gabrielle Yus putus pelatnas karena tidak bisa meninggalkan pendidikan. Makanya, ketika mereka ke kejuaraan-kejuaraan mereka bisa ikut tetapi harus biaya sendiri," kata pelatih kepala renang, Marifa Herman Yus, di GOR Soemantri, Kuningan, Rabu (15/2/2017).

"Tetapi, saat berjalan pada event PON 2016 mereka membuktikan prestasinya. Meski tidak di bawah atlet-atlet pelatnas di Bali, justru mereka tampil lebih baik daripada anak pelatnas di Bali. Dengan dasar itulah dipertimbangkan pakai sistem desentralisasi. Apalagi atlet-atlet yang tergabung di pelatnas saat ini kebanyakan atlet muda dan masih sekolah," tambah Marifa.

Saat ini ada tiga atlet pelatnas proyeksi SEA Games 2017 Malaysia yang berlatih di Jakarta. Mereka adalah Gargarin Nathaniel Yus, Felicia Angelica, dan Angel Gabrielle Yus. Sementara satu perenang, yaitu Ricky Angga Wijaya, melakukan latihan di Bandung. Sedangkan 16 lainnya tergabung di Bali.

"Ya tentunya bagi kami sebagai pembina tidak terlalu berdampak karena mereka muncul dengan prestasi membawa ke timnas hasil dari pelatihan perkumpulan mereka. Sehingga tinggal meneruskan saja membawa status dan program yang mereka kerjakan ke depan untuk menghadapi event-event besar seperti SEA Games. Seperti tiga atlet yang desentralisasi di Jakarta ini kan berasal dari klub Almagari," ujar Marifa, menyoal efek program desentralisasi.

Meskipun demikian, Marifa berharap ke depannya program sentralisasi bisa dilakukan. Hal ini untuk menunjang latihan yang lebih fokus.

"Memang harapan kami sedapat mungkin ke depannya latihannya itu sentralisasi. Di mana setiap atlet terpilih dan masuk ke timnas bisa berlatih di satu tempat dan dapat dilatih bersama-sama. Mungkin bersama pelatih dalam atau luar negeri," ungkap dia.

"Tetapi untuk saat ini kami dalam kondisi transisi, di mana ada beberapa atlet yang masih mengikuti sekolah pendidikan formal dan beberapa atlet yang masih di pelatnas mengikuti home schooling. Di mana tidak semua orangtua murid itu mau ikut mau sekolah home schooling. Sehingga dicari jalan keluar seperti itu. Terpenting saat desentralisasi di bawah naungan di klub masing-masing selama di klub itu ada pelatih yang merupakan ada pelatih tim nasional," tambahnya.

Tak hanya itu, dia juga berharap dengan program latihan desentralisasi ini bisa memberi dampak baik bagi prestasi renang Indonesia di SEA Games 2017.

"Target kami tentu lebih baik dari kemarin, bisa dua sampai tiga emas. Dari hasil rapat komisi teknik dan bidang pembinaan kita buat hitungan saat ini nomor dada 100m atas nama Gargarin Nathaniel Yus, kita prediksi dia bisa emas. Selain itu kita berharap nomor punggung 50 meter, 50 meter punggung putri, dan di nomor dada 100 m putri juga ada Felicia Angelica," pungkas Marifa. (DTK)

Halaman :

Berita Lainnya

Index