Kapolri Sebut Indonesia Negara yang Unik

Kapolri Sebut Indonesia Negara yang Unik

PEKANBARU - Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri), Jenderal H Tito Karnavian, mengisi Kuliah Umum Badan Eksekutif Mahasia (BEM) Nusantara di Kampus Universitas Riau (UIR), Jumat (3/3/2017) pagi. Ia menyampaikan tentang masalah Kebhineka Tunggal Ikaan di Indonesia.

"Negara kita sangat unik. Jarang ada bangsa lain punya disparitas sangat tinggi seperti Indonesia. Ada ratusan suku dan ras. Sangat beragam Indonesia tapi bisa jadi satu bangsa dengan konsep Bhineka Tunggal Ika," ujarnya.

Dikatakannya, tidak gampang menjaga persatuan bangsa, kalau dibandingkan dengan bangsa lain yang homogen. "Indonesia banyak suku-suku dan bahasa daerah yang disatukan dalam satu Bahasa Indonesia," ucapnya.

Dijelaskannya, bangsa Indonesia disatukan sejak masa penjajahan sampai kemerdekaan hingga sekarang. "Kita bersyukur bangsa Indonesia masih survive meski banyak potensi konflik," ucapnya.

Ada dua potensi konflik yang terjadi, yakni internal dan eksternal. Internal, tidak meratanya pembangunan, ada bawah, kelas menengah dan atas.

Menurutnya, sejak merdeka masih banyak gep orang kaya, ini jadi konflik horizontal karena kecemburuan sosial. "Ada lower class dan midle class. Ini tantangan bagi kita semua, bagaimana mengatasi kecemburuan sosial tersebut," kata Tito.

Konflik eksternal, Indonesia merdeka karena ada perang dunia kedua. Pada 1998 terjadi perubahan politik dan setelah itu perang dingin. "Ada konflik anarkis yang berpengaruh ke Indonesia," tambahnya.

Selain itu, ideologi bebas masuk ke Indonesia hingga jadi penantang bagi NKRI. "Demokrasi yang terlalu bebas bisa jadi ancaman pecahnya suatu negara," tegasnya.

Masyarakat kelas bawah bisa didikte penguasa politik, uang dan lainnya. "Ini bisa memecah kebhineka tunggal ikaan," tuturnya.

Diungkapnya, dari tahun 1998 hingga saat ini masih terjadi konflik berbau kesukuan, keagamaan, dan konflik ras. "Alhamdulillah ini tidak terjadi di Riau," ucapnya.

Konflik-konflik itu jadi tantangan nasional karena masih banyak kelas bawah menominasi. Kecemburuan sosial bisa meledak dari low class yang belum dewasa berdemokrasi. "Ini berbahaya bagi negara kita" pungkasnya. (Clc)

Halaman :

Berita Lainnya

Index