Polisi Syariah ISIS Sempat Berkantor di Sebuah Gereja di Mosul

Polisi Syariah ISIS Sempat Berkantor di Sebuah Gereja di Mosul

BAGHDAD - Sebuah bangunan gereja di Mosul, Irak sempat dijadikan markas polisi kelompok Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Namun kini wilayah itu telah kembali dikuasai Irak.

Seperti dilansir AFP, Jumat (10/3/2017), tanda di atas pintu bangunan itu masih bertuliskan 'Chaldean Catholic Church'. Bangunan gereja yang tadinya bernama Um al-Mauna itu terletak di wilayah Mosul bagian barat, yang sebagian masih dikuasai ISIS.

"Dilarang masuk, dengan perintah Divisi Hesba Daulah Islamiyah (nama polisi syariah ISIS)," demikian coretan ISIS pada dinding luar bangunan itu.

Pasukan militer Irak berhasil merebut kembali wilayah yang menjadi lokasi gereja tersebut pekan ini. Dituturkan Letnan Kolonel Abdulamir al-Mohammedawi dari Divisi Cepat Tanggap pasukan elite militer Irak, saat melakukan pemeriksaan tentara Irak menemukan markas polisi syariah ISIS di dalam gereja itu.

"Menjadi kantor penting untuk otoritas yang ditugaskan memastikan warga (Mosul) memanjangkan jenggot, mengenakan gamis dan mematuhi vonis ekstremis mereka," terangnya.

Tanda salib di bagian atap bangunan telah dihancurkan ISIS dan diganti dengan bendera mereka. Tanda salib lainnya di bagian pintu bangunan gereja juga terlihat dicopot paksa. Tidak satupun simbol Kristen, baik patung Yerus maupun Bunda Maria yang masih ada di dalam bangunan. Seluruh simbol-simbol itu telah dihancurkan oleh ISIS. Hanya bagian altar dengan marmer abu-abu yang masih tersisa.

Berbagai poster dan selebaran ditempel di dinding bagian dalam bangunan itu dan menunjukkan bagaimana hidup di bawah kendali ISIS. Satu poster bertuliskan bacaan doa-doa, sedangkan poster lainnya menjelaskan pahala melakukan salat di masjid. Poster lainnya berjudul 'dokumen kota' berisi daftar aturan bagi warga Mosul yang hidup di bawah ISIS.

"Penjualan dan konsumsi alkohol, narkoba dan rokok dilarang," demikian bunyi salah satu aturan pada poster itu, seperti dikutip AFP.

Dalam daftar aturan itu, kaum wanita di Mosul juga diwajibkan mengenakan pakaian yang sopan dan hanya muncul ke publik jika diperlukan saja. Sebuah pamflet yang tertutup puing-puing di lantai terlihat menjelaskan bentuk hukuman untuk berbagai pelanggaran seperti pencurian, konsumsi alkohol, perzinaan dan homoseksualitas. Terdapat ilustrasi mengerikan dalam pamflet itu.

Warga Chaldean merupakan mayoritas penganut Kristen di Irak. Jumlahnya sempat mencapai lebih dari 1 juta orang sebelum Presiden Saddam Hussein dilengserkan pada tahun 2003 lalu. Namun kini jumlahnya dilaporkan berkurang, hanya menjadi 350 ribu orang saja karena maraknya kekerasan terhadap mereka. (hlr)

Halaman :

Berita Lainnya

Index