Kisah Wanita yang Kecanduan Berhubungan Intim, Sehari Lima Kali Itupun Kurang

Jumat, 24 Juni 2022 | 08:40:33 WIB
Dailymail/Warren Smith

HARIANRIAU.CO - Wanita ini mengakui jika dirinya mengalami kecanduan berhubungan intim. Bahkan, dirinya menyebutkan jika 5 kali sehari puaskan nafsunya tapi masih tetap kurang. Akhirnya, wanita ini pilih lakukan hal ini untuk rem hasrat seksualnya yang membuncah.

Kisah wanita ini pun menjadi sorotan banyak pihak.

Dilansir dari laman Grid.Id, Rebecca Barker, wanita asal Inggris blak-blakan mengungkap dirinya mengalami kecanduan berhubungan intim sejak 2014 lalu.

Saking parahnya, Rebecca Barker harus berkonsultasi pada psikiater untuk mengobati kecanduan berhubungan intim yang ia alami.

Kondisi tersebut membuat ia tidak pernah merasa cukup dalam berhubungan badan.

“Yang lebih buruk lagi, berhubungan badan lima kali dalam seharipun tidak cukup bagiku,” kata Rebecca Barker.

Ibu tiga anak itu bilang, kondisi itu menguasai kehidupannya pada 2014 dan menghancurkan hubungannya dengan pasangan.

 

Pasalnya, kecanduan seks membuat Rebecca terus menerus memintanya pada pasangan untuk bercinta.

Ia mengaku, berhubungan badan adalah hal pertama yang dipikirkannya saat bangun tidur.

Parahnya, ia tidak bisa menghilangkan hal tersebut dari pikirannya.

Ia juga merasa segalanya mengingatkan dirinya akan seks.

Ia pikir kecanduan seks ini berhubungan dengan depresinya dan kurangnya serotonin.

Ia selalu merasa seluruh tubuhnya membutuhkan seks.

Selain itu, berhubungan badan memberikan dirinya pukulan sesaat dan lima menit kemudian ia menginginkannya lagi.

Akibatnya, ia menjadi seorang pertapa dan ia tinggal di rumah karena aku merasa malu.

 

“Hubungan seks adalah seluruh hal yang aku bisa pikirkan. Walaupun tidak ada orang yang dapat membaca pikiranku, hal itu tetap terasa sangat tidak nyaman bagiku berada di kelilingi orang lain,” kata Rebecca.

Dilansir dari BBC.co.uk, Senin (28/1/2020), kecanduan Rebecca akan seks menyebabkan masalah serius dalam hubungannya.

Pada awalnya, pasangannya menikmati hal itu, namun kemudian menjadi tidak dapat diatasi oleh pasangannya.

Setelah beberapa bulan pasangannya mulai mengajukan pertanyaan mengapa dan darimana hal itu bisa terjadi.

“Ia menuduh aku berselingkuh, ia pikir aku merasa bersalah karenanya dan itu sebabnya aku menginginkan seks dengan dirinya,” cerita Rebecca.

Pada November 2014, Rebecca ‘butuh mengakhiri’ hubungan itu dan tinggal bersama ibunya.

Ketika ia pergi, ia bilang kepada pasangannya bahwa ia perlu menenangkan diri.

 

Pasangannya membiarkan Rebecca pergi, dan kemudian hubungan mereka berakhir segera setelah kepergiannya.

Ia menambahkan sedang dalam perawatan psikater saat itu dan psikaternya mengatakan ia mengubah pengobatannya.

Namun, psikater tidak pernah mengatakan adanya grup yang bisa membantu atau lainnya.

Rebecca didiagnosa mengalami depresi pada 2012 setelah kelahiran anak ketiganya.

Ia mengatakan setelah kecanduan seks pada 2014, ia berganti pekerjaan, berpisah dengan pasangannya, dan pindah ke Prancis.

“Aku membuat banyak perubahan gaya hidup dengan tujuan untuk mengatasi depresi dan kecanduan seks, dan bagiku hal itu bisa berjalan,” tutup Rebecca.

Sebagai tambahan yang dikutip dari laman kompas.com, kecanduan seks merupakan kondisi ketika seseorang kesulitan mengontrol pikiran, dorongan, dan perilaku seksualnya.

Perlu digarisbawahi bahhwa dorongan seksual merupakan sesuatu yang alami, namun kecanduan seks mengarah pada perilaku yang berlebihan hingga menghasilkan dampak negatif.

 

Seseorang yang kecanduan seks mungkin akan mengabaikan aktivitas penting sehari-hari untuk menuruti hasrat seksualnya.

Untuk mengidentifikasi hal ini, dibutuhkan bantuan profesional, seperti dokter atau psikolog.

Namun, ada beberapa hal yang bisa menjadi tanda kecanduan seks.

Salah satunya menghabiskan wakty berlebihan untuk seks.

Tak hanya itu, sering melakukan masturbasi juga menjadi ciri orang kecanduan seks.

Masturbasi bisa menjadi cara untuk mengekspresikan dorongan seksual, namun jika dilakukan secara berlebihan tentu akan memberikan dampak negatif.

Ini mungkin terlihat seperti masturbasi kompulsif, masturbasi pada waktu yang tidak tepat, atau bahkan masturbasi hingga menyebabkan rasa sakit.

Lihat artikel asli

Terkini