Cara Mengenal Allah

Cara Mengenal Allah
Ilustrasi

Setiap umat beragama meyakini keberadaan Tuhan sebagai sang pencipta. Itu menandakan sebuah keimanan seseorang terhadap Tuhan dan agamanya. Begitu pun dengan Islam, umat Islam wajib percaya bahwa Allah SWT sebagai Tuhannya.

Mengenal Allah lebih dalam sangat dianjurkan bagi umat Islam sebagai ben tuk upaya memperkuat keimanan. Ada banyak penjelasan tentang cara mengenal lebih dekat Allah SWT. Baik itu dari Alquran maupun di dalam hadis.

Ustaz Weemar Aditya memaparkan tentang ketuhanan dalam Islam. Hal tersebut ia sampaikan dalam kajian pekanan Fastabiqul Khairat (FAST), di Jalan Daksa Piun, Jakarta Selatan, Ahad (30/7). Ustaz Weemar berharap dari kaji an tersebut, jamaah mendapatkan ilmu tentang ketuhanan dalam Islam.

Ia mengatakan, sebagai Muslim ha rus mempunyai keimanan yang kuat kepada Allah. Kuatnya keimanan seseorang, menurut dia, hanya bisa didapatkan dengan fondasi yang kuat. Ia tidak akan mudah menyimpang, meskipun digoda oleh cobaan apa pun. "Keimanan yang punya dasar kuat tidak akan tergantikan," ujar Ustaz Weemar.

Sebaliknya, ia menilai, keimanan yang tidak kuat akan lebih mudah rapuh. Ia mencontohkan, jika seseorang meme luk agama Islam karena berangkat dari mimpi dikhawatirkan keimanannya akan mudah berganti-ganti.

Untuk itu, kata ustaz Weemar, seseorang perlu menjalankan sesuatu ten tang jalan menuju keimanan, yaitu pro ses berpikir tentang Allah SWT sebagai pencipta. Menurut dia, proses tersebut penting dilakukan oleh seseorang guna mempertebal keimanannya. Misalnya, tentang dari mana manusia diciptakan, untuk apa diciptakan, dan akan berbuat apa.

"Proses berpikir itu wajib, biar pera saan bisa diatur. Maka harus berpikir baik-baik maka akan berperasaan baikbaik," kata ustaz Weemar.

Ustaz Weemar menuturkan, jika perasaan lebih menguasai daripada pro s es berpikir, diyakini hidup mereka akan selalu emosional. Akibatnya, mereka tidak dapat berpikir secara jernih. Seseorang yang emosional, ia menegaskan, kehidupannya tidak akan tenang.

Ustaz Weemar menambahkan, pikiran yang mampu diatur oleh seseorang maka perasaannya juga akan bisa dikontrol. Dengan begitu, hidup mereka akan selalu dibimbing oleh wahyu atau petunjuk Allah. "Nafsu akan ditekan oleh wahyu atau petunjuk Allah. Wahyu juga mempunyai cara meluapkan nafsu dengan cara yang benar," ujarnya.

Namun, ustaz Weemar menegaskan, ketika seseorang enggan berpikir maka ketika pemikiran hilang maka seluruh hidupnya akan dikuasai oleh perasaan. Padahal, kata dia, perasaan tidak akan pernah bertemu dengan wahyu. Hal tersebut juga diterangkan oleh Allah dalam ayat Alquran surah Yunus ayat 36.

Jika umat Islam mampu mendahulukan proses berpikir, mereka akan memperoleh jalan hidup yang terbaik. Kendati demikian, Ustaz Weemar mengakui mendahulukan proses berpikir merupakan hal yang tidak sederhana dan sulit dipraktikkan di lapangan. Dari proses tersebut, Ustaz Weemar berharap umat Islam meyakini dengan total bahwa Allah sebagai Tuhannya. Ustaz Weemar mengajar agar kaum Muslim berpikir tentang tanda-tanda adanya Pencipta alam.

Menurut dia, keberadaan sesuatu di alam ini merupakan kaidah tentang tanda adanya sang pencipta. Kaidah lainnya yaitu sesuatu yang diciptakan tidak akan sama dengan penciptanya. Ia mencontohkan, komputer tidak akan sama dengan manusia yang menciptakan. Begitu juga dengan Allah, kata dia, tidak akan sama dengan manusia sebagai ciptaannya. Karena itu, Ustaz Weemar juga meminta kepada umat Islam untuk tidak menyamakan Allah dengan manusia.

"Menyamakan sesuatu dengan Allah itu tidak masuk akal. Menyamakan Pencipta dengan ciptaannya itu tidak masuk akal. Jangan dibayangkan," kata Ustaz Weemar menegaskan. Kemudian, kaidah selanjutnya yaitu ciptaan merefleksikan karakteristik penciptanya. Hal ini, kata Ustaz Weemar, sangat masuk akal jika melihat seluruh benda-benda yang ada di alam yang saling ketergantungan. "Jadi, ini sebenarnya pelajaran sederhana dari Islam. Ternyata ciptaan Allah luar biasa bergantung dengan yang lain," katanya.

Menurut dia, semua itu merupakan proses yang harus diketahui oleh umat Islam untuk membuktikan bahwa Allah SWT sebagai Pencipta. Proses tersebut hanya bisa didapatkan dengan cara berpikir. "Kita butuh tahu bahwa Islam itu tidak salah. Kita harus yakin seyakinyakinnya bahwa agama ini benar. Soal keimanan kita harus punya dasar yang tidak terbantahkan," katanya.

Halaman :

Berita Lainnya

Index