Petaka di Bukit Uhud Gugurkan 70 Syuhada

Petaka di Bukit Uhud Gugurkan 70 Syuhada

HARIANRIAU.CO - Pada tahun 2 Hijriyah, kaum musyrikin Makkah mengalami kekalahan dari kaum Muslimin dalam pertempuran Badar dan sejumlah pembesar mereka terbunuh. Kekalahan itu meninggalkan luka yang mendalam bagi mereka.

Kaum musyrikin Makkah berniat membalas dendam atas kekalahan di Badar, sehingga pada tahun berikutnya, yakni tahun 3 Hijriyah di bulan Syawal, mereka menyiapkan sejumlah pasukan dengan peralatan perang yang lengkap. Mereka juga dibantu oleh sebagian kabilah yang berada di sekitar Kota Makkah.

3000 pasukan di bawah pimpinan Abu Sufyan bin Harb berangkat menuju Madinah lalu mengambil posisi di dekat bukit Uhud, di lereng bukit yang terletak di bibir lembah, daerah yang berhadapan dengan Madinah. Semula kaum Muslimin tidak mengetahui persiapan pasukan musuh. Rasulullah pun baru memperoleh berita hanya dua atau tiga hari sebelum pasukan musuh tiba di Uhud, dari paman beliau Abbas bin Abdul Mutthalib yang saat itu masih tinggal di Makkah.

Setelah Rasulullah mendengar kabar tersebut, beliau pun keluar kota disertai pasukan dengan kekuatan 1000 orang untuk menyongsong pasukan musuh. Namun, baru saja beliau berangkat, sekelompok kaum munafik berjumlah sekitar 300 orang di bawah pimpinan Abdullah bin Ubay, membelot. Abdullah bin Ubay beralasan bahwa Nabi tidak menyetujui pendapatnya dan memilih untuk menyetujui pendapat orang lain.

Meskipun banyak pasukan munafik yang berbalik ke Madinah, Nabi beserta para sahabat meneruskan perjalannya hingga sampai di bukit Uhud yang terletak sekitar tiga kilometer dari Madinah. Beliau menjadikan bukit Uhud sebagai pelindung dari belakang bagi diri beliau dan tentaranya. 

Abdullah bin Jubair diangkat sebagai panglima barisan pemanah yang jumlahnya 50 orang. Rasulullah berpesan kepada pasukan pemanah ini, “Lindungilah kami dari serangan tentara kuda dengan panah, jangan sampai mereka datang kepada kami dari belakang baik kami menang maupun kami kalah.”

Beliau juga berpesan kepada mereka untuk tidak meninggalkan tempat mereka apa pun yang terjadi. Nabi mengenakan pakaian perang besi beliau dan menyerahkan bendera Islam kepada Mush`ab bin Umair.

Di bukit Uhud itu bertemulah kedua pasukan, satu membawa panji tauhid dan yang lain membawa panji kekafiran. Perang pun pecah tepat pada hari Sabtu, 15 Syawal tahun ke-3 Hijriyah atau 625 M. Pihak kaum musyrikin mulanya mengalami kekalahan besar, meski jumlah tentara dan persenjataan mereka jauh lebih besar.

Ketika barisan pemanah kaum Muslimin melihat kekalahan berada di pihak musuh dan banyak dari mereka yang melarikan diri, pasukan pemanah yakin bahwa mereka telah mendapatkan kemenangan. Karena itu mereka keluar dari barisannya dan ikut memperebutkan harta rampasan perang (ghanimah).

Abdullah bin Jubair selaku pemimpin pasukan pemanah berteriak-teriak melarang anak buahnya meninggalkan tempat sesuai dengan yang dipesan oleh Rasulullah sebelumnya. Akan tetapi mereka tidak menghiraukannya. Mereka mengira bahwa kaum musyrikin yang melarikan diri tidak akan kembali lagi ke dalam medan pertempuran.

Pasukan pemanah kaum muslimin terlena dengan harta rampasan perang sehingga mereka tidak menghiraukan lagi seruan pemimpin mereka. Akibatnya, kaum musyrikin kembali dari belakang dan menghujani kaum Muslimin dengan serangan yang bertubi-tubi di bawah pimpinan Khalid bin Walid, seorang yang kelak masuk Islam dan bergelar `Pedang Allah yang Terhunus`.

Pada waktu itu sebagian besar barisan depan pemegang panji kaum musyrikin telah banyak yang terbunuh. Namun mereka yang melarikan diri itu datang kembali dan menyerang lewat belakang kaum Muslimin. 

Di saat itu, ada yang berteriak bahwa Muhammad telah terbunuh. Teriakan itu menjadikan kaum Muslimin bertambah panik dan banyak meninggalkan medan pertempuran karena putus asa. Kesempatan tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh kaum musyrikin untuk menghancurkan kaum Muslimin. Rasulullah berhasil selamat, namun beliau terluka parah.

Sekitar 70 pasukan kaum Muslimin gugur sebagai syuhada. Di antara mereka adalah paman nabi yang tercinta Hamzah bin Abdul Mutthalib, Abdullah bin Jahsy, putra dari bibi Rasulullah, dan Mush`ab bin Umair, da`i pertama yang beliau utus ke Madinah.

Innalillahi wa Inna Ilaihi Radjiun....semoga syurga menjadi tempat yang disiapkan buat para syuhada. Aamiin.
 

sumber: harianamanah

Halaman :

Berita Lainnya

Index