Perjuangan Petani Cacat Bekerja Keras Demi Keluarganya, Kisah Suksesnya Sangat Menginspirasi

Perjuangan Petani Cacat Bekerja Keras Demi Keluarganya, Kisah Suksesnya Sangat Menginspirasi

HARIANRIAU.CO - Bekerja di sawah dianggap sebagai pekerjaan yang sulit karena membutuhkan perawatan yang tinggi dan pengawasan yang sering. Tidak semua orang bisa beradaptasi dengan ladang dan lumpur.

Tidak semua orang bisa bekerja di bawah terik matahari sepanjang hari.

Namun hal itu bukan menjadi halangan bagi Li Jiewen meskipun kakinya diamputasi karena penyakit polio.

Dilansir TribunWow.com dari en.goodtimes.my, Li Jiewen berasal dari kabupaten Peng'an di China.

Ia menjalani hidupnya sebagai petani di persawahan meskipun telah kehilangan kedua kakinya.

46 tahun yang lalu, saat ia lahir, orang tuanya sangat bahagia karena memiliki seorang anak.

Namun kegembiraan itu berubah menjadi kesedihan saat Li Jiewen didiagnosis Poliomyelitis atau polio kongenital.

Penyanyi yang berpotensi mematikan itu disebabkan oleh infeksi virus dari poliovirus.

Penyakit yang menyerang kaki Li Jiewen itu mengakibatkan ia tak bisa bejalan.

Namun, Li Jiewen telah menyesuaikan siri dengan kondisinya.

"Saya tidak pernah merasa kecewa dengan hidup saya meski tak memiliki kaki," kata Li Jiewen.

Dengan bantuan tongkat, Li Jiewen belajar berjalan.

Ia bisa mencuci pakaian sendiri, memasak dan pergi ke sekolah.

"Saya adalah seorang pria dengan cacat tubuh, yang tidak bisa bergerak seperti orang normal lainnya tapi bukan berarti saya tidak bisa pergi ke sekolah dan belajar seperti orang lain," kata Li Jiewen.

Li Jiewen juga sangat bangga dengan tekadnya dalam belajar dan mendapatkan banyak pengetahuan.

Setelah lulus dari bangku skeolah dasar, Li Jiewen tak bisa melanjutkan pendidikan tingkat menengah karena lokasi yang jauh dari rumahnya.

Sehingga Li Jiewen hanya menyelesaikan pendidikan sekolah dasar.

Pada tahun 1991, kedua kaki Li Jiewen harus diamputasi untuk mencegah virus menyebar ke bagian tubuh yang lainnya.

Sebelumnya, ia mengandalkan bangku untuk membantunya bergerak.

Setelah dioperasi, ia membuat sebuah kruk kayu, sehingga ia bisa lebih bebas bergerak.

Saat usia Li Jiewen 26 tahun, ia menikah.

Karena memiki tanggung jawab yang lebih besar, Li Jiewen menukar kruk kayunya dengan sepasang kruk baja yang lebih bagus.

"Saya bisa melakukan semua hal yang dilakukan orang normal lainnya tapi dengan kecepatan lebih lambat" katanya.

Saat menanam padi di sawah, Li Jiewen akan mengambil ban dan menaruhnya di sawah yang penuh air.

Saat ban mengambang di air, Li Jiewen kemudian meletakan sepotong kayu di atas ban dan duduk di atasnya.

Li Jiewen menagatakan jika hal itu sangat membantunya menanam benih karena ia hanya perlu meluncur untuk menyelesaikan pekerjaannya tanpa bantuan orang lain.

Selain bekerja di sawah, Li Jiewen juga menyewakan kolam ikan, menjual ayam dan bebek dan beberapa karya lainnya untuk mencari nafkah.

Li Jiewen juga mendapat bantuan dari Serikat Penyandang Cacat di distrik tersebut dan dewan perwakilan desa untuk membangun rumah baru dan lebih baik bagi keluarganya.

Dia juga bisa membuka toko untuk memulai bisnisnya.

Berkat keringat dan air matanya, sekarang, dia dan keluarganya menjalani kehidupan yang lebih baik

"Meskipun saya tidak seperti orang normal lainnya, saya dapat melakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan orang lain seperti memperbaiki peralatan listrik dan pengelasan yang rusak" katanya.

Ketekunan dan kerja keras Li Jiewen mengajarkan kepada kita untuk menghargai hidup kita dan bekerja lebih keras meski ada kesulitan dan tantangan yang mungkin harus kita lalui.

sumber: tribunwow

Halaman :

Berita Lainnya

Index