Data Facebook Bocor, Zuckerberg Siap Temui Kongres AS

Data Facebook Bocor, Zuckerberg Siap Temui Kongres AS
ilustrasi

HARIANRIAU.CO - Pendiri dan Chief Executive Officer (CEO) Facebook, Mark Zuckerberg, menyatakan siap menghadap Kongres Amerika Serikat (AS) untuk memberikan keterangan mengenai kasus kebocoran data pengguna media sosial miliknya itu.

Sekitar 50 juta akun pengguna Facebook bocor melalui perusahaan konsultan data Cambridge Analytica yang menjadi konsultan politik tim kampanye Presiden AS Donald Trump. Kasus ini membuat saham Facebook anjlok dan memicu reaksi global. Facebook menyatakan siap mengirimkan pejabat tinggi lainnya jika dianggap memadai untuk mengatasi masalah itu.

Atas kasus tersebut, para penegak hukum, baik di AS ataupun Eropa, meminta Zuckerberg dan Chief Operating Officer (COO) Sheryl Sandberg untuk memberikan keterangan mengenai bagaimana data lebih dari 50 juta akun Facebook itu bisa berada di tangan Cambridge Analytica.

"Apa yang kami coba lakukan ialah mengirim orang Facebook yang dapat memenuhi apa yang dipelajari Kongres. Jadi jika itu saya, dengan senang hati saya siap menemui mereka. Tapi saya dapat membayangkan, mungkin nanti ada beberapa topik yang memang saya yang bisa menjawabnya," ujar Zuckerberg seperti dikutip CNN.

Sehari sebelumnya Zuckerberg sudah buka suara untuk pertama kali mengenai isu kontroversial yang melingkari perusahaannya. Dia menganggap skandal ini sebagai perusakan kepercayaan antara Facebook dan para penggunanya yang berekspektasi sangat tinggi. "Kami harus menyelesaikan masalah ini," ujar Zuckerberg.

Kasus ini membuat Facebook terguncang. Atas skandal tersebut, saham Facebook jatuh sekitar 2% dalam perdagangan pre-market pada Rabu (21/3/2018) waktu lokal. Saham perusahaan media sosial itu terus jatuh secara beruntun dalam tiga hari terakhir. Akibatnya, kapitalisasi pasar Facebook senilai USD50 miliar (Rp688 triliun) hilang. Saham Facebook terus turun selama perdagangan Kamis (22/3/2018) mencapai 3%. Tampaknya permintaan maaf dari Zuckerberg belum mampu menepis kekhawatiran para investor terhadap perusahaan media sosial terbesar tersebut.

Saham-saham perusahaan teknologi juga turun bersama Facebook pekan ini saat para investor khawatir kasus itu memicu kecurigaan global pada berbagai platform global seperti Google, Twitter, Snapchat. "Kami perkirakan kekhawatiran lebih besar para investor FB (Facebook) pada poin hingga FB meningkatkan keamanan yang akan menahan laba," papar Brian Nowak dari Morgan Stanley.

Ketika diwawancarai Channel 4 News, eksekutif senior Cambridge Analytica Alexander Nix mengungkapkan pihaknya melakukan semua operasi digital itu untuk tim kampanye Presiden AS Donald Trump pada 2016. Cambridge Analytica menuduh Channel 4 News menjebak Nix untuk mengeluarkan pernyataan tersebut. Cambridge Analytica kemudian menghentikan sementara Nix.

Atas berita miring itu, DZ Bank menjadi broker ketiga Wall Street yang memangkas target harga terhadap Facebook dari USD20 menjadi USD210. Hal itu membuktikan kekhawatiran di antara investor yang kian meluas. "Kami kira saham Facebook akan jatuh dalam beberapa pekan ke depan," ungkap Credit Suisse seperti dikutip Reuters.

Para ahli menyampaikan skandal ini akan berdampak negatif terhadap kepercayaan pengguna Facebook yang berujung pada penayangan iklan. Pemerintah AS, juga Eropa, meminta keterangan kenapa Facebook tidak memberitahu para penggunanya dan bagaimana Cambridge Analytica memperoleh akses data tersebut.

Sehari sebelumnya Evercore ISI juga memangkas target harga saham dari USD20 menjadi USD205, reduksi terbesar di sepanjang sejarah Evercore ISI. Macquarie Research juga memangkas targetnya dari USD5 menjadi USD200, reduksi pertama Mac quarie Research sejak saham Facebook diluncurkan pada Oktober 2012.

Facebook Inc dan lembaga konsultan politik Cambridge Analytica digugat di AS karena mengambil informasi milik 50 juta pengguna Facebook tanpa izin. Dokumen gugatan itu diajukan pada Selasa (20/3/2018) malam oleh warga Mary land, Lauren Price, sebagai gugatan pertama.

Diperkirakan akan muncul lebih banyak gugatan hukum atas kerugian akibat ketidakmampuan Facebook melindungi data pengguna. Cambridge Analytica digugat karena memanfaatkan data yang menguntungkan kampanye Presiden Donald Trump pada 2016. "Semua pengguna Facebook memiliki kepentingan dalam gugatan ini dan perlindungan hak privasi mereka," ungkap John Yanchunis, pengacara Price.

Gugatan itu diajukan di Pengadilan Distrik AS di San Jose, California, beberapa jam setelah Facebook dikalahkan dalam gugatan pemegang saham yang diajukan di San Francisco karena turunnya harga saham Facebook setelah pengambilan data itu terungkap. Hampir USD50 juta nilai pasar Facebook hilang dalam dua hari.

Facebook dan Cambridge Analytica tidak segera merespons untuk memberikan komentar. Price menuduh Facebook dan Cambridge Analytica ceroboh dan melanggar hukum persaingan tidak adil di California. Price menyatakan, pengambilan data itu bertentangan dengan kebijakan privasi Facebook.

"Klien saya melihat pesan politik yang luar biasa selama kampanye di halaman Facebooknya yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Dia belum memahami saat itu, tapi sekarang melihat ada upaya memengaruhi suaranya," ungkap Yanchunis.

sumber: sindonews

Halaman :

Berita Lainnya

Index