Cerpen

Pulang Kerja, Wanita Ini Temukan Suami dan Neneknya Bedua di Kamar Mandi. Pengakuannya Bikin Marah

Pulang Kerja, Wanita Ini Temukan Suami dan Neneknya Bedua di Kamar Mandi. Pengakuannya Bikin Marah

HARIANRIAU.CO - Kedekatan orang tua dengan anak-anak saat masih kecil berbeda ketika saat kita beranjak dewasa. Saat sudah beranjak dewas, sudah tidak wajar kita masih tidur satu kamar dengan orangtua atau orang yang mengasuh kita. Atau bahkan masih melibatkan orang tua untuk membersihkan bagian tubuh kita.

Meskipun hal ini dianggap tidak lazim, masih saja ada yang melakukan hal seperti ini. Dikutip Sripoku.com dari Cerpen.co.id, seorang wanita dari Tiongkok mengungkapkan perasaannya saat melihat ibu mertuanya memperlakukan anaknya secara ektream.

Wanita ini mengungkap, sejak kecil suaminya tinggal seorang diri dan dirawat oleh neneknya. Karena neneknya yang merawatnya sejak kecil, suaminya menggap neneknya adalah ibunya sendiri.

Segala sesuatu kebutuhan suaminya disiapkan oleh nenknya ini, bahkan sampai mereka menikah pun neneknya ini  tetap tinggal bersama mereka dan tetap menyiapkan semua keperluan suaminya ini.

Karena perlakuan mertuannya ini yang tidak biasa ini sempat menimbulkan rasa cemburu pada wanita ini.

Namun agar rumah tangganya tetap baik-baik saja, wanita ini mencoba memahami jika dan memilih meminimalisir rasa cemburu yang dimilkinya.

Sampai suatu hari, kemarahannya wanita ini pun sampai ke puncaknya, saat melihat mertuannya dan suaminya berdua bersama di dalam kamar mandi.

Berikut kisah lengkap yang dibagikan

"Kisah ini berawal dari kehidupan suamiku yang pada saat ia kecil ia tinggal seorang diri dan dirawat oleh neneknya seorang diri sampai ia besar.

Neneknya pun dengan susah payah membesarkan suamiku. Setelah kami menikah nenek pun tinggal serumah bersama kami.

Bagi nenek suamiku adalah segalanya buatnya segala kebutuhan suami akan disediakan oleh nenek mulai dari pakaian yang akan dipakai, makanan yang akan dimakan hingga semua detail barang sekecil apapun akan disiapkan oleh nenek.

Aku pun sempat merasa cemburu karena perlakuan nenek yang begitu ekstrim. Tapi aku akhirnya mengerti karena nenek menganggap suamiku sebagai segalanya buat dirinya, cuma suamiku saja keluarganya yang tersisa.

Aku cuma berharap kalau suamiku bisa menjadi lebih mandiri, tapi suamiku berkata: yah biarkan saja nenek melakukan apa yang ia suka. Aku pun berpikir kalau yang dikatakan oleh suamiku ini masuk akal dan aku pun mengiyakannya.

 Tapi pada satu hari, tepatnya di bulan April terjadi sesuatu yang aku sendiri tidak tahu harus berbuat apa.

Awal mula ceritanya pada hari itu aku mengira kalau suamiku masih belum pulang dari tugas dinasnya, sepulang dari kantor aku pun menyempatkan diri ke pasar untuk membeli bahan-bahan dan bergegas pulang ke rumah, namun aku melihat ada sepatu suamiku di depan pintu rumah.

Aku pun senang dan menyapa suamiku yang baru pulang dari dinasnya yang melelahkan, namun tidak ada balasan apa-apa yang aku dengar.

Akhirnya aku pun masuk kedalam rumah, dan terdengar "hua hua hua" suara air mengalir dari arah kamar mandi, dan tendengar suara nenek dan suamiku di dalam kamar mandi.

Pikiranku ku menjadi kacau dan aku pun bertanya-tanya ada apa ini?! Kenapa bisa ada kejadian seperti ini? Apa yang mereka lakukan? Barang-barang yang ada ditanganku pun terjatuh, dan nenek pun keluar dari kamar mandi setelah mendengar suara itu.

Dengan raut wajah yang tidak seperti biasanya nenek pun berkata: "ah, kamu sudah pulang ya? Tadi xiao ming pulang kecapaian dan lupa membawa baju ganti yang bersih, jadi aku pun membawakannya kedalam, ya sudah aku masak nasi dulu yah". Aku dalam hati pun berkata "bagaimana mungkin aku punya selera makan setelah kejadian seperti ini". 

Setelah malam hari, aku pun mendekati suamiku dan bertanya kepadanya apa yang ia lakukan di siang hari tadi.

Aku tahu suamiku adalah orang yang jujur dan ia tidak akan berbohong, ia pun menceritakan kejadian sebenarnya kepadaku.

Tapi setelah aku mendengarkan penjelasannya malah hatiku bukan membaik malah menjadi lebih kacau dari sebelumnya.

Ia berkata: "pada saat aku pulang kerumah badanku sangat lelah sekali, dan aku pun langsung mandi, tapi aku tidak bisa mengosok badanku, akhirnya aku meminta tolong kepada ibuku untuk mengosokan badanku".

Lalu aku pun berkata dengan suara yang mulai meninggi : "kamu tahu sekarang berapa umurmu? Kamu sekarang uda orang dewasa! Kamu dalam keadaan telanjang meminta mamamu untuk mengosokan punggungmu? Kamu pikir itu benar? Bagaimana kalau tetangga mengetahui apa yang kalian perbuat? Kamu ada memikirkan perasaanku ngak?".

Suamiku pun membalas dengan suara yang juga meninggi: "memangnya kenapa? Dia itu ibuku! Kami itu ibu dan anak, memangnya kenapa? Bukannya kita dari awal menikah sampai sekarang juga melakukan hal yang sama?

Apakah pada saat kamu kecil ayahmu tidak mengosokkan punggungmu? Kenapa pemikiranmu sepolos itu?". Aku pun membalas: "polos? Pada saat kecil itu hal yang normal, tapi kalau sekarang dengan usia seperti ini, itu bukanlah hal yang patut untuk dilakukan!".

Akhirnya ia pun berkata : "tolong jangan pakai apa yang ada pikiranmu untuk merendahkan seseorang! Itu ibuku! Tunjukan rasa hormatmu yah!". Akhirnya aku pun menangis meninggalkan ruangan itu.

Tapi pada akhirnya suami datang meminta maaf dan nenek pun datang dan meminta maaf .

Tapi aku sadar kalau sebenarnya nenek hanyalah bermaksud untuk membantu cucunya yang sudah dianggap anaknya sendiri.

Tapi aku merasa bahwa kejadian seperti bukanlah sesuTapi aku tetapi merasa bahwa kejadian seperti bukanlah sesuatu yang pantas untuk dilakukan. 

Bagaimana menurut pendapat kalian? Semoga kisah di atas bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua.



sumber: sripoku.com

Halaman :

Berita Lainnya

Index