Begini Cara Nabi Muhammad Menghadapi Hinaan dari Kaum Kafir!

Begini Cara Nabi Muhammad Menghadapi Hinaan dari Kaum Kafir!
ilustrasi

HARIANRIAU.CO -Umat Islam mengenal Nabi Muhammad SAW sebagai sosok yang mulia, berakhlak baik, sabar dan sangat baik hati. Jadi wajar saja bila kita sebagai umat Islam merasa geram dan marah ketika panutan kita ada yang mengolok-ngolok. Lalu bagaimana dulu Rasulullah menghadapi celaan dan makian dari kaum kafir?

Pada jaman jahiliyah, Nabi Muhammad mendapat hinaan yang amat kejam dari kaum kafir. Rasulullah sering disebut pendusta, tukang sihir dan nabi palsu oleh kaum Quraisy. Dan semua celaan itu dikatakannya di depan wajah Rasulullah. Tak hanya hinaan secara verbal, tapi Nabi Muhammad juga sering mendapat penindasan secara fisik.

Namun apakah Nabi Muhammad kesal dan ingin balas dendam terhadap kaum kafir? Tentu saja tidak, beliau hanya terdiam dan bahkan tersenyum ketika mendapat hinaan dari mereka. Rasulullah malah kasihan sama mereka dan mendoakan kebaikan bagi mereka.

Perumpamaannya, orang kafir seperti orang yang sedang sakit, dan Rasulullah adalah dokternya. Ketika dokter hendak memberikan obat tapi malah ditolak oleh pasien yang sedang sakit, tentu dokter akan merasa kasihan sama pasien tersebut. Begitupun pandangan Rasulullah terhadap kaum kafir dulu.

Ingatah kisah Rasulullah ketika beliau selalu diludahi oleh seorang pria tua setiap hendak pergi ke masjid. Pria itu selalu mencaci maki dan bahkan meludahi Rasulullah. Namun Rasulullah tak membalasnya dan membiarkannya sambil tersenyum. Setiap kali pergi ke masjid, pria itu selalu ada di jalan yang dilalui Rasulullah untuk meludahinya.

Namun suatu ketika, Rasulullah merasa heran kenapa pria yang selalu meludahinya tidak ada. Lalu beliau bertanya kepada salah seorang di mana pria yang selalu meludahinya. Lalu pria tersebut menjawab bahwa laki-laki yang selalu meludahinya sedang jatuh sakit.

Kalau kita sebagai manusia yang penuh dosa pasti merasa senang ketika ada orang yang suka mencela kita lalu ia jatuh sakit. Tapi Rasulullah tidak, beliau malah jadi orang pertama yang menjenguk pria yang selalu meludahinya itu. Dengan wajah tersenyum sambil membawa beberapa makanan, Rasulullah datang untuk mendoakan pria tersebut.

Sontak saja pria itu heran kenapa orang yang selalu ia caci maki malah menjenguknya sambil mendoakannya. Karena tersentuh melihat akhlak Rasulullah yang begitu mulia, pria itu pun kemudian menangis lalu masuk Islam.

Lalu ingatlah ketika Rasulullah selalu memberi makan pengemis Yahudi yang buta. Pengemis itu tidak tahu kalau orang yang selalu memberinya makan adalah Rasulullah. Sambil disuapi, pengemis itu mengeluarkan kata-kata hinaan terhadap Rasulullah, dengan mengatakan kalau Muhammad adalah nabi palsu, pendusta dan pembohong.

Bayangkan saja, orang yang disuapi Rasulullah malah menghinanya secara terang-terangan. Tapi Rasulullah tidak marah, dan tetap menyuapi pengemis itu dengan lemah lembut. Beliau juga tidak mengatakan kalau dirinya adalah Muhammad di depan pengemis itu.

Hingga suatu ketika, pengemis Yahudi itu heran kenapa pemuda yang selalu memberinya makan tak kunjung datang. Lalu datang Abu Bakar yang mencontoh Rasulullah untuk menyuapi pengemis itu.

“Akhirnya kamu datang juga,” kata pengemis itu sambil mengira kalau Abu Bakar adalah pemuda yang selalu memberinya makan. Kemudian Abu Bakar menyuapi pengemis itu. Sambil menyuapi, pengemis itu kembali mengeluarkan kata-kata hinaan terhadap Rasulullah di depan Abu Bakar. Tentu saja hal itu membuat Abu Bakar sedikit geram.

“Kenapa kamu menyuapiku dengan kasar, kamu sepertinya bukan pemuda yang selalu menyuapiku. Dia itu sangat lembah lembut,” kata pengemis.

“Betul, aku bukan pemuda itu, aku adalah Abu Bakar, salah satu sahabat Rasulullah.”

“Lalu di mana pemuda itu, dan siapa dia, selama ini aku belum pernah tahu siapa namanya?” tanya pengemis itu.

“Orang yang selalu menyuapimu namanya adalah Muhammad. Beliau belum lama ini sudah meninggal,” jawab Abu Bakar.

Pengemis itu langsung menangis setelah mengetahui bahwa orang yang selalu ia hina ternyata adalah orang yang selalu menyuapinya dengan penuh kasih sayang. Kemudian pengemis Yahudi itu masuk Islam.

Begitulah sedikit contoh tentang akhlak Nabi Muhammad ketika mendapat celaan dari orang lain. Beliau sama sekali tidak dendam kepada orang yang membencinya. Rasulullah justru membalas lemparan batu dengan lemparan kapas yang lembut.

Begitupun dengan kita sebagai umatnya yang seharusnya mencontoh Rasulullah. Jika mendapatkan hinaan dari orang lain, jangan dendam padanya, jangan pula membencinya, dan jangan mendoakan keburukan untuknya, tapi doakanlah kebaikan untuknya. Sifat pembenci dan pendendam hanya akan membuat hati gelap dari kebenaran dan melunturkan semua amal kebaikan kita.

Halaman :

Berita Lainnya

Index