SEREM... Meninggal di Ruang Praktik, Arwahnya Mengamuk di Puskesmas

SEREM... Meninggal di Ruang Praktik, Arwahnya Mengamuk di Puskesmas
Ilustrasi

HARIANRIAU.CO - Kisah ini bersumber dari pengalaman seorang perawat muda bernama Dian Prastiwi, yang mendapat tugas pelayanan di salah satu puskesmas di Majalengka, Jawa Barat. Puskesmas ini termasuk salah satu puskesmas yang buka 24 jam dengan peralatan medis yang cukup memadahi.

Namun, di balik pelayanan medis yang selalu diberikan kepada masyarakat sekitar, ternyata menyimpan kisah mistis. Kisah tersebut dialami Dian. Saat ia sedang berlibur ke Jakarta, Rabu (27/6/2018), NNC berhasil berbincang-bincang mengenai pengalamannya.

“Saya dididik mengandalkan science. Tapi, saat berhadapan seperti ini, saya harus mengakui, di sekitar kita ada kekuatan gaib, apapun istilahnya,” ia memulai kesaksiannya.

Di awal bekerja di puskesmas itu, Dian merasa heran. Setiap Jumat pagi, peralatan medis di lemari ruangannya selalu berhamburan. Ia mengira karena ada kucing memburu tikus.

Namun, dugaannya berubah menjadi kecurigaan, sebab kejadian tersebut selalu terjadi berulangkali. Ia berpikir bahwa bila disebabkan kucing atau tikus, maka harus segera diusir dari ruangan puskesmas.

Karena baru bekerja, ia pun mengadukannya kepada rekan kerja yang sudah lama bekerja di situ. Namun, setelah mengungkapkan ke mereka, Dian justru dibuat kaget. Antara percaya dan tidak, ia sedang berhadapan dengan fenomena gaib dan misterius.

Semua orang yang ditanyai Dian, mulanya tampak dingin dan balik memandangnya dengan muka sedih. Kebanyakan dari mereka berkata agar Dian sabar dan tidak perlu emosi menghadapi pengacau ruangannya. Ia justru dibuat penasaran.

Beberapa di antara mereka akhirnya mau berterus terang bahwa yang sering membuat ruangan berantakan adalah sosok arwah perempuan yang kini menjadi penunggu puskesmas tersebut.

"Bulan Februari tahun 1996, ada seorang akseptor KB baru mengajukan kontrasepsi. Ia memilih model suntik. Sang dokter pun kemudian memberikan suntikan. Tak lama setelah disuntik, ibu itu mengaku mual dan pusing. Bedanya mengeluarkan keringat dingin,” papar Dian.

“Kejadiannya berentetan dan berlangsung sangat cepat. Mungkin sekitar 30 menit sejak menjalani suntikan KB. Perempuan itu kemudian muntah-muntah dan pingsan,” lanjut Dian.

Nyawa ibu itu tidak bisa diselamatkan, ia meninggal di Puskesmas tersebut. Kejadian itu membuat heboh. Suami dan keluarganya datang. Mereka marah dan mencaci maki semua pegawai puskesmas dari mulai dokter sampai petugas kebersihan.

Polisi dipanggil dan penyelidikan dilakukan. Petugas dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) juga melakukan penelitian. BPPKB mengambil bekas suntikan yang diberikan kepada korban. Mereka juga memeriksa semua stok obat yang ada di puskesmas tersebut.

Dalam laporan hasil penyelidikan dinyatakan bahwa korban adalah akseptor baru dan baru pertama kali menggunakan kontrasepsi suntik. Berdasar pemeriksaan awal sebelum disuntik, korban dalam kondisi sehat. Suhu badan ataupun tensinya dalam kondisi normal.

Ibu itu tewas karena tubuhnya mengalami reaksi penolakan terhadap zat kimia kontrasepsi yang masuk ke tubuhnya. Suntikan yang diberikan dokter tak mengindikasikan kesalahan prosedur.

"Setelah obat itu masuk ke tubuh korban, tubuhnya menolak sehingga terjadi hal demikian. Kasus seperti ini bisa saja terjadi dalam jumlah sepuluh ribu banding satu, dan kebetulan kasusnya terjadi di Majalengka," demikian pendapat Dian.

Keluarga korban akhirnya tidak menuntut lebih jauh. Mereka berusaha mengikhlaskan kepergian ibu tersebut. Namun berbeda dengan arwah korban, ia masih tidak terima dan sering menampakkan diri dan mengganggu pegawai puskesmas.

Sering dijumpai penampakan perempuan berambut acak-acakan melintas ruangan puskesmas. Saat dicari, perempuan itu tidak ada. Juga tak jarang, penjaga malam mendengar suara aneh seperti suara orang menangis di malam hari.

Pengalaman Dian menyaksikan peralatan medis yang dibuat berantakan bisa dikatagorikan masih sepele. Konon, sebelumnya jauh lebih parah. Meja, lemari, dan kursi sering dibuat terjungkir balik. Pegawai puskesmas harus bersusah payah mengembalikan posisinya.

Ditambah lagi, sejumlah pasien, saat hari-hari tertentu dibuat kesurupan. Pasien itu mengamuk dan mengeluarkan kata-kata umpatan tak jelas ujung pangkalnya. Dengan susah payah pula dokter dan perawat puskesmas menyembuhkan pasien yang kesurupan tersebut.

Kejadian seperti itu sudah berulang. Lama-kelamaan para pegawai puskesmas mengetahui penyebabnya. Dokter, perawat, dan semua petugas di puskesmas tersebut kemudian rutin mengadakan doa bersama.

Setiap pagi, sebelum bekerja, mereka berdoa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing. Mereka juga mendoakan agar semua orang yang telah meninggal di puskesmas tersebut diberikan ketenangan dan kedamaian.

Rupanya doa-doa tersebut sangat besar manfaatnya. Arwah korban kontrasepsi tersebut kemudian jarang mengamuk dan mengganggu lagi. Namun, sesekali masih muncul, terutama kepada pegawai yang baru bekerja di tempat itu.

Bisa jadi, arwah tersebut ingin mengenal dan menguji kesabaran dan dedikasi Dian. Maka, di awal dinasnya, ia digoda dengan mengacaukan peralatan medis di ruangannya.

“Saya selalu berusaha belajar tentang arti kehidupan. Pengalaman mistis di Puskesmas Majalengka, saya ambil hikmahnya. Saya harus bekerja dan melayani sebaik-baiknya. Jangan sampai malpraktik terjadi. Kisah mistis yang saya alami adalah kontroversi terkait malpraktik,” pungkas Dian.


Sumber: netralnews

Halaman :

Berita Lainnya

Index