Mahasiswi Cantik ini Dipaksa Jadi PSK dan Layani Minimal 20 Pria Sehari

Mahasiswi Cantik ini Dipaksa Jadi PSK dan Layani Minimal 20 Pria Sehari
Ilustrasi

HARIANRIAU.CO - Kisah nyata ini terjadi pada wanita yang ingin menuntut ilmu di Negeri Elisabeth II. Adalah Anna ingin kuliah di London tapi kejadian pada Maret 2011 mengubur mimpinya dan meninggalkan luka yang sangat dalam. Seperti remaja pada umumnya, Anna punya mimpi berkuliah, mendapatkan pekerjaan, dan bisa menyisihkan uang untuk membantu meringankan beban keluarga.

Itulah sebabnya, di usia yang masih belia, Anna memutuskan meninggalkan Rumania dan pindah ke London. Anna ingin masuk ke perguruan tinggi di ibu kota Inggris ini, namun sebelum ia bisa mewujudkan cita-citanya itu, ia harus bekerja dulu agar punya tabungan yang cukup untuk membayar biaya kuliah.

Ia bekerja serabutan, apa saja. Jadi pelayan restoran, petugas kebersihan, hingga mengajar les privat matematika. Semuanya sesuai rencana hingga kejadian pada suatu siang di bulan Maret 2011 mengubah segalanya.

Ia tengah dalam perjalanan pulang menuju rumah sewanya di London utara ketika disekap oleh seseorang dari belakang dan dimasukkan secara paksa ke dalam mobil berwarna merah tua.

Di dalam mobil ada dua orang, satu laki-laki dan satu perempuan. Yang perempuan merebut tas Anna dan meneliti isi tas tersebut. Ia mengambil telepon genggam milik Anna dan mengecek semuanya.

Mulai dari nomor-nomor telepon yang Anna hubungi hingga siapa saja teman Anna di Facebook. Keluarga akan dibunuh. Ia juga mengambil paspor Anna.

Dari London Anna dibawa ke Irlandia dan dipaksa menjadi pelacur selama sembilan bulan.  Anna membawa paspor ke mana-mana, lantaran dokumen penting ini pernah menjadi sasaran pencurian.

Di dalam mobil, Anna dikeroyok. "Mereka menampar, memukuli, dan mengancam saya," ungkap Anna.

Dari sini ia tahu bahwa kelompok yang menyekapnya berasal dari Rumania. "Mereka mengatakan, kalau saya menolak mengikuti permintaan mereka, seluruh keluarga saya di Rumania akan dibunuh," tutur Anna.

Di dalam mobil, otak Anna berputar dan mengantisipasi kemungkinan terburuk, dari mulai akan diambil organ tubuh, dipaksa menjadi pelacur, hingga dibunuh.

Tak lama kemudian mobil tiba di bandar udara. Di sini seorang laki-laki sudah menanti. Kelompok yang menculiknya sudah tahu siapa dan di mana keluarganya tinggal di Rumania.

Saat check-in Anna sebenarnya menangis, tapi petugas penerbangan sepertinya tidak curiga. Pesawat yang ia tumpangi membawanya ke satu bandara kecil di Irlandia. Di sini, dua laki-laki sudah menunggu.

"Ini lebih cantik dari sebelumnya," kata seseorang di antaranya saat melihat Anna. Anna langsung sadar bahwa dirinya telah dijual untuk dijadikan sebagai pelacur.

Ia dibawa dengan mobil ke satu apartemen tak jauh dari rumah taruhan. Ia dibawa ke lantai atas yang penuh dengan bau minuman keras, asap rokok, dan keringat.

Ia melihat beberapa laki-laki, sementara sejumlah perempuan keluar masuk ke beberapa ruangan dengan pakaian minim.

Seorang perempuan memaksanya hanya memakai pakaian dalam. Seorang laki-laki memotretnya dan mengunggah fotonya ke internet. Di situs yang menjual dirinya, Anna punya banyak nama, dari Natalia, Lara, Rachel, hingga Ruby. Usianya pun macam-macam.

Kadang ia dikatakan berusia 18 tahun, pada kesempatan lain dikatakan berusia 19 atau 20 tahun. Sejak itu Anna melayani ribuan aki-laki, dalam sehari rata-rata ia dipaksa tidur dengan 20 laki-laki.  Ia dipaksa menjadi budak untuk memuaskan keinginan klien.

Sering Anna tidak makan selama beberapa hari. Kalau pun tersedia, hanya berupa beberapa lembar roti tawar atau makanan sisa orang lain. Di rumah bordil ini, ia tak pernah bisa melihat siang hari.

Ia hanya dibolehkan tidur ketika tidak ada klien. Sering ia tidak makan selama beberapa hari. Kalau pun tersedia, hanya berupa beberapa lembar roti tawar atau makanan sisa orang lain.

Berat badannya turun drastis akibat kombinasi kurang makan, kurang tidur, dan dipaksa melayani laki-laki siang dan malam. Klien membayar 80-100 euro untuk layanan setengah jam dan 160-200 euro untuk satu jam.

Perlakuan yang ia alami dari laki-laki yang ia layani kadang membuatnya tak kuat berdiri, berdarah, atau merasakan sakit yang luar biasa, yang membuatnya mengira ia akan mati.

"Mereka tahu bahwa saya dan beberapa perempuan disekap dan dipaksa menjadi pelacur ... mereka tahu dari bekas luka atau lebam di tubuh kami. Tapi mereka tak peduli," kata Anna.

Pada bulan Juli polisi menggerebek rumah bordil dan menahan semua perempuan yang dipaksa menjadi pelacur. Anehnya, orang-orang yang menjalankan bisnis layanan seks ini hilang. Mereka sepertinya tahu polisi akan melakukan razia.

Anna dan beberapa perempuan lain diadili tapi kemudian dibebaskan. Di luar gedung pengadilan, orang-orang yang menjalankan bordil sudah menunggu. Anna tak punya pilihan lain. Ia tak punya uang dan tak tahu akan lari ke mana. Ia kembali menjadi pelacur.

Setelah penggerebekan, ia dan beberapa perempuan lain lebih sering diminta melayani laki-laki di hotel. Tapi ada klien yang meminta dilayani di rumah mereka. Dari sini Anna melihat peluang untuk kabur.

Kesempatan ini terbuka saat Anna diminta melayani laki-laki bernama Andy di apartemennya. "Ia tak pernah meminta hubungan badan, ia hanya ingin ngobrol," kata Anna.

Anna mencoba mengingat-ingat lokasi di mana Andy tinggal. Pada suatu malam, dengan berjalan kaki, Anna menuju rumah Andy dan untungnya ia ada di rumah dan mengizinkannya untuk tinggal sementara.

Anna kemudian memutuskan untuk mengontak polisi dan kali ini polisi mendengarkan seluruh kisahnya, bahwa ia adalah korban penculikan dan dipaksa menjadi pelacur.

Polisi melakukan investigasi yang berujung dengan penangkapan orang-orang yang menculik dan memaksa Anna menjadi pelacur. Mereka kemudian dijatuhi hukuman penjara dua tahun.

Perjalanan pilu dan mengenaskan yang dialami Anna selama sembilan bulan menjadi budak seks membekas sangat dalam di ingatannya.

Ia sulit tidur dan sering mengalami mimpi buruk. Kadang ia bisa merasakan bau menyengat minuman keras, nafas, keringat, dan rokok orang-orang yang ingin dilayani.

Namun kini ia ingin menatap masa depan dan melupakan masa lalu yang kelam. Anna sempat kursus untuk mendapatkan gelar, namun berhenti di tengah jalan karena kehabisan uang. Ia juga dinyatakan tak berhak menerima beasiswa.

Sekarang ia bekerja dan ingin suatu saat nanti melanjutkan kuliah. "Tapi untuk sekarang, saya harus bekerja keras (mengumpulkan uang agar bisa berkuliah lagi)," kata Anna. (*)

Semua nama disamarkan. Anna menuturkan kisahnya ke wartawan BBC News Sarah McDermott.

Halaman :

Berita Lainnya

Index