Sebanyak Ratusan Orang Tahanan Lari dari Penjara Tripoli

Sebanyak Ratusan Orang Tahanan Lari dari Penjara Tripoli
Ilustrasi/Int

HARIANRIAU.CO - Sebanyak 400 tahanan melarikan diri dari satu penjara di ibu kota Libya, Tri poli, Minggu (2/9) saat terjadi baku tembak antara dua kelompok bersenjata di dekat gedung penjara.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta semua pihak yang bertikai segera bertemu untuk menyelesaikan konflik bersenjata. “Para tahanan pun membuka paksa pintu-pintu di penjara Ain Zara dan para penjaga tak dapat menghentikan mereka,” ungkap sumber pejabat Libya, dikutip kantor berita Reuters. 

Penjara itu terletak di selatan Tripoli, lokasi yang mengalami pertikaian bersenjata selama sepekan antara dua kelompok. Secara terpisah, satu rudal jatuh di kamp al-Fallah yang dihuni para pengungsi Tawergha pada Minggu (2/9), menewaskan dua orang, dan melukai tujuh orang lainnya, termasuk dua anak.

Komunitas Tawergha terpaksa mengungsi dari permukiman mereka di dekat Kota Misrata saat pasukan yang didukung NATO menggulingkan Muammar Gaddafi pada 2011. Kini komunitas Tawergha itu dilarang kembali ke tempat asalnya dan tinggal di kamp pengungsian. 

Aktivis Emad Ergeha yang juga berasal dari komunitas Tawergha mengunggah video pertempuran yang terjadi dan menunjukkan kerusakan parah di kamp tersebut. Satu roket juga mengenai Hotel Wad dan di pusat Tripoli, dekat Kedutaan Besar (Kedubes) Italia pada Sabtu (1/9). 

Tiga orang terluka akibat serangan itu. Perusahaan minyak negara NOC mengonfirmasi salah satu depot solar yang digunakan untuk menyuplai pembangkit listrik telah terkena roket pada Sabtu (1/9).

Pertempuran sengit juga terjadi pekan lalu antara Brigade Ketujuh atau Kaniyat dari Tarhouna, 65 km tenggara Tripoli, melawan Brigade Revolusioner Tripoli (TRB) dan Nawasi, dua kelompok bersenjata terbesar di ibu kota.

Pemerintahan di Tripoli yang didukung PBB mendeklarasikan keadaan darurat di ibu kota karena situasi yang terjadi. Meskipun pemerintahan berjalan normal, mereka tidak dapat mengontrol ibu kota karena berbagai kelompok bersenjata bergabung untuk mengelola secara otonom, didorong oleh motif uang dan kekuasaan.

Untuk mengakhiri konflik bersenjata itu, misi PBB di Libya meminta semua pihak bertemu segera untuk membahas kondisi keamanan. (Sindonews)

Halaman :

Berita Lainnya

Index