Korut-Korsel Minta PBB Edarkan Deklarasi Perdamaian

Korut-Korsel Minta PBB Edarkan Deklarasi Perdamaian

HARIANRIAU.CO - Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel) meminta PBB untuk mengedarkan deklarasi perdamaian yang disetujui pemimpin kedua negara pada bulan April lalu. Pemimpin kedua negara berjanji untuk menghapus senjata nuklir dari Semenanjung Korea dan bekerja mengakhiri secara resmi Perang Korea.

Misi diplomatik PBB Korut mengatakan duta besar kedua negara mengirim surat kepada Sekretaris Jenderal Antonio Guterres dan Presiden Majelis Umum Miroslav Lajcak meminta mereka mengedarkan "Deklarasi Panmunjom tentang Perdamaian, Kemakmuran dan Penyatuan Kembali Semenanjung Korea" sebagai dokumen resmi PBB.

Wakil juru bicara PBB Farhan Haq mengatakan surat itu telah diterima dan sedang diproses.

Pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden Korsel Moon Jae-in menyetujui deklarasi itu di saat bertemu di zona demiliterisasi di Panmunjom pada tanggal 27 April lalu. Kala itu kedua pria dari negara-negara dengan sejarah kesengitan yang mendalam dan pahit saling berpegangan tangan dan berjalan di setiap sisi perbatasan.

"Permintaan untuk mengedarkan mengedarkan dokumen ke 193 negara anggota PBB menunjukkan tekad penuh Korea Utara dan Korea Selatan untuk terus memajukan hubungan Utara-Selatan tanpa penyimpangan dan untuk menunjukkan bahwa mereka "telah memasuki orbit baru perdamaian, orbit rekonsiliasi dan kerja sama," kata misi diplomatik Korut di PBB seperti dikutip dari Daily Mail, Sabtu (8/9/2018).



Korut mengatakan dukungan aktif dari semua anggota PBB untuk melaksanakan deklarasi akan memberikan dorongan besar untuk perubahan dramatis terhadap relaksasi ketegangan dan perdamaian di semenanjung Korea.

Surat gabungan itu menyusul kembalinya reuni keluarga yang baru-baru ini dilakukan oleh kedua Korea yang dipisahkan oleh Perang Korea 1950-53 dan datang beberapa hari setelah para pejabat keamanan Korsel kembali dari pertemuan dengan Pemimpin Korut Kim Jong-un di Pyongyang. Mereka mengumumkan bahwa Kim dan Presiden Korsel Moon Jae-in akan mengadakan pertemuan ketiga mereka pada 18-20 September di Pyongyang, tepat sebelum para pemimpin dunia berkumpul untuk pertemuan tahunan mereka di Majelis Umum PBB.

Chung Eui-yong, penasehat keamanan nasional Presiden Moon dan kepala delegasi Korsel, mengatakan Kim masih memiliki kepercayaan pada Presiden Donald Trump meskipun terjadi kemunduran diplomatik dan keinginan untuk Korut dan AS mengakhiri hubungan bermusuhan mereka selama tujuh dekade sebelum akhir masa jabatan pertama Trump.

Kim mengatakan kepada Chung bahwa membongkar satu-satunya tempat uji coba rudal di Korut berarti penangguhan menyeluruh dari uji coba rudal balistik jarak jauh di masa depan. 

"Pemimpin Korut itu juga mengatakan akan mengambil langkah lebih aktif terhadap denuklirisasi jika langkahnya dipenuhi dengan langkah-langkah goodwill yang sesuai," kata Chung.

Sementara bahasa deklarasi April tentang denuklirisasi dianggap lemah, dokumen itu membuat terobosan pada titik-titik gesekan lain antara kedua Korea. Mereka sepakat untuk menyelesaikan ketidaksetujuan mereka atas perbatasan maritim barat mereka dengan menetapkan sebagai daerah perdamaian dan mengamankan kegiatan penangkapan ikan untuk kedua negara.

Kedua pemimpin mengatakan mereka akan bertemu secara teratur dan bertukar panggilan telepon melalui hotline yang baru dibentuk, dan akan membuka kantor komunikasi permanen di kota perbatasan Korut, Kaesong.

Kedua Korea juga mengatakan mereka akan bersama-sama mendorong pembicaraan dengan Amerika Serikat dan juga  China untuk secara resmi mengakhiri Perang Korea, yang dihentikan dengan gencatan senjata yang secara resmi tidak mengakhiri perang. (Sindonews)

Halaman :

Berita Lainnya

Index