Rusia Mulai Kirim Sistem Rudal S-300 ke Suriah

Rusia Mulai Kirim Sistem Rudal S-300 ke Suriah
Sistem rudal pertahanan S-300 Rusia diAstrakhan. (Foto: Reuters)

HARIANRIAU.CO - Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan negaranya mulai mengirimkan sistem rudal permukaan ke udara S-300 ke Suriah.

Dia juga memperingatkan kekuatan Barat yang mencoba melemahkan upaya-upaya yang dipimpin PBB guna mengakhiri konflik selama tujuh tahun di negara itu.

Awal pekan ini, Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu mengatakan sistem pertahanan rudal S-300 akan dikirimkan kepada pasukan Presiden Suriah Bashar Al Assad dalam dua pekan, meski ada keberatan dari Israel dan Amerika Serikat (AS).

Sepekan sebelumnya, Rusia menuduh Israel secara tidak sengaja menyebabkan jet militernya jatuh di Suriah.

"Pengiriman sudah dimulai dan Presiden (Vladimir) Putin mengatakan, setelah insiden itu langkah-langkah yang akan kami ambil akan dikhususkan untuk memastikan keamanan dan keselamatan 100 persen dari orang-orang kami," ujar Lavrov, dalam konferensi pers di PBB, seperti dilaporkan Reuters, Sabtu (29/9/2018).

Rusia, bersama Iran, membantu Assad memulihkan sejumlah besar wilayah yang hilang di Suriah tanpa membujuknya untuk menyetujui setiap reformasi politik.

Sebelumnya, Rusia menyebut akan memasok setidaknya delapan sistem rudal pertahanan S-300 ke Suriah untuk melindungi rezim Al Assad. Empat unit di antaranya akan dikirim dalam waktu dua pekan ini.

Dilaporkan Kommersant, enam hingga delapan baterai sistem rudal S-300 akan dikirim kemudian setelah empat unit pertama dikerahkan ke Suriah.

Pasokan pertama senjata pertahanan canggih Rusia itu akan disebar ke wilayah Provinsi Latakia. Sisanya akan ditempatkan di seluruh negeri.

Keputusan Rusia memasok senjata pertahanan kepada sekutunya, Suriah, diambil setelah pesawat intainya, Il-20, secara tak sengaja ditembak jatuh oleh rudal S-200 Suriah di Latakia pada 17 September 2018.

Insiden itu terjadi saat rudal Suriah merespons serangan empat jet tempur F-16 Israel dan menyebabkan 15 tentara Rusia tewas.

Rusia menyalahkan Israel dan menyebutnya menjadikan pesawat pengintai Rusia yang sedang terbang di atas Laut Mediterania sebagai tameng. Namun, Israel menepisnya.

Halaman :

Berita Lainnya

Index