DRAMATIS... Kisah Tukah, Wanita yang Selamat dari Ganasnya Tsunami

DRAMATIS... Kisah Tukah, Wanita yang Selamat dari Ganasnya Tsunami
Tukah bersama kedua putrinya. Wanita penjual siomay ini selamat usai tergulung tsunami.

HARIANRIAU.CO -  Sore itu, sekitar pukul 17.30 Wita. Langit sudah mulai gelap. Hanya lampu-lampu kecil, yang menerangi Anjungan Nusantara, Kota Palu, Jumat (28/9/2018) sore.

Tukah bersama suaminya, Ahmad Bejo, mulai merapikan gerobak siomay. Plastik pembungkus, disusun di pojok kanan gerobak. Juga dengan tusuknya, yang terbuat dari bambu. Di tempat lainnya, disusun botol kecap. Sambal. Dan kacang.

Tukah, mulai menggoreng satu per satu siomaynya. Dibantu suami, siomay yang sudah matang, diangkat dari kuali.

Belum ada pembeli saat itu. Anjungan Nusantara sudah mulai ramai. Hanya belum sesak. Keduanya, masih menunggu pembeli datang. Berharap, ada anak yang merengek minta dibelikan dagangannya.

Belum setengah jam Tukah berjualan. Dentuman keras terdengar. Tanah bergoyang. Orang-orang berjatuhan. 

"Tanah di samping kanan saya terbelah, luas, dalam. Kira-kira dua meter dalamnya. Saya jatuh di dalam sama suami," cerita Tukah yang ditemui, di Asrama Haji Sudiang, Kamis (4/10/2018) sore.

Bukan hanya berdua. Tapi banyak. Ada puluhan orang lainnya, ikut terperosok. Tukah sadar. Yang terjadi barusan itu adalah gempa bumi.

Tukah terjepit. Susah bernapas. Beberapa bagian tubuhnya terluka. Pergelangan tangannya mengeluarkan darah.

"Kita tidak bisa naik lagi. Siapa yang mau tolong. Semua orang teriak-teriak. Tolong. Tolong. Masih sempat aku tarik suami saya. Sudah itu tidak tahu ke mana," tambah Tukah bercerita.

Beberapa saat kemudian, gelombang besar datang. Tsunami dahsyat itu, menyapu semua orang-orang yang ada di Anjungan Nusantara. Tukah masih sadar. Air laut menutupi seluruh tubuhnya. Dia tenggelam.

Air laut sudah berwarna kecokelatan. Dia lalu digulung ombak besar itu. Membawa Tukah sampai ke sebuah gedung. Ia menyebutnya sebuah ruko berlantai 3.

"Saya pegangan di besi-besi di ruko. Airnya deras. Kayu, mobil, motor sudah pada hanyut semua, saya sudah terpisah sama suami. Orang teriak semua," kata wanita berumur 34 tahun ini.

Di ruko yang gelap itu, Tukah terus berpegangan kuat. Jangan sampai terbawa arus. Lama Tukah berpegangan. Kedua tangannya masih menggenggam kuat batang besi itu.

"Yang ada di pikiran saya, saya sudah tidak hidup lagi. Sudah mati saya ini. Cuma bisa istigfar terus, Allahu Akbar dalam hati."

Nasib suami Tukah, sudah dipasrahkan kepada Tuhan. Ia masih berharap, suaminya itu masih hidup.

"Tapi katanya sudah meninggal. Anak tiri saya di sana lihat mukanya. Katanya begitu, sudah meninggal. Sudah dikuburkan massal," urai Tukah, matanya berkaca-kaca.

Beruntung, kedua anaknya tidak ikut sore itu ke anjungan. Selfi dan Aulia, berada di rumah. Keduanya selamat. Meskipun ikut merasakan dahsyatnya gempa yang terjadi di Palu.

Kini, Tukah dan anaknya itu, masih merasakan trauma yang mendalam. Katanya, ia mau cepat-cepat melupakan peristiwa itu.

"Soalnya sedih sekali saya. Saya pikir dua anak saya ini. Saya disuruh dirawat di rumah sakit, tidak mau saya. Tidak mau jauh dari anak saya. Ini air mata sudah kering. Masih sedih sampai sekarang," demikian Tukah.

Halaman :

#Tsunami Palu

Index

Berita Lainnya

Index