Ameerah Al Taweel, Putri Saudi Nikahi Miliarder di Paris

Ameerah Al Taweel, Putri Saudi Nikahi Miliarder di Paris
Putri Ameerah Al Taweel.

HARIANRIAU.CO - Putri Arab Saudi, Ameerah Al Taweel, menikahi di Paris, Prancis, bulan lalu. Sang suami bukanlah orang sembarangan. Dia adalah miliarder Khalifa bin Butti al-Muhairi.

Dikutip dari Harpers Bazaar Arabia, Senin 8 Oktober 2018, Ameerah dan Khalifa mengikatkan janji sucinya di pernikahan privat Chateu de Vaux le Vicomte. Pernikahan ini juga dihadiri sejumlah tokoh. Salah satunya adalah Oprah Winfrey.

Suami baru Ameerah adalah wirausahawan sekaligus miliarder. Khalifa merupakan ketua KBBO Group—perusahaan yang bergerak di bidang investasi, pertukaran valuta asing (valas), dan ritel.

Dilansir Forbes, kekayaan Khalifa mencapai US$1,5 miliar (Rp22,79 triliun). Pria ini merupakan pemegang saham terbesar NMC Healthcare—sebuah perusahaan kesehatan di Uni Emirat Arab.

Pria berusia 39 tahun ini juga memiliki saham di UAE Exchange—perusahaan yang menangani penukaran uang tahunan senilai US$26 miliar (Rp395,18 triliun).

Lulusan Suffokk University, Boston, Amerika Serikat, ini juga berpartner dengan miliarder Saeed bin Butti Al Qebaisi. Keduanya membangun perusahaan investasi melalui Infinite Investment Centurion Partners.

Sebelumnya, Ameerah menikahi Pangeran Alwaleed bin Talal, namun telah berpisah. Alwaleed merupakan anggota Kerajaan Arab Saudi. Dia tercatat memiliki kekayaan sebesar US$18,7 miliar (Rp248,28 triliun).

Putri Ameerah, Kerabat Raja yang Membela Hak Wanita Saudi

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, wanita Arab Saudi diijinkan ikut memilih dan dipilih dalam pemilihan umum 2015. Raja Arab Saudi, Abdullah Abdulazis mengeluarkan dekrit pada 2011 lalu. Menyusul dekrit ini, Raja menetapkan wanita akan mengisi 30 kursi dari 150 kursi di Dewan Syura. Sebuah lompatan bagi hak wanita yang tidak terbayangkan sebelumnya.

Cara pandang Kerajaan Saudi terhadap hak wanita sedang berubah. Tidak bisa dipungkiri Putri Ameerah Alwaleed punya andil besar. Wanita cantik yang hidup di lingkungan kerajaan Saudi itu melakukan sejumlah gebrakan. Setelah berhasil mengawal hak politik wanita saudi, dia juga menyokong hak kaum hawa mendapat  SIM (surat ijin mengemudi). Sesuatu yang masih dianggap haram di wilayah kerajaan Saudi.

“Jika kami ingin dunia melihat kami berbeda, maka hal hal simbolik ini (wanita bisa punya SIM, hak pilih wanita dalam pemilu) harus diubah,” kata Ameerah dalam wawancara dengan Christiane Amanpour dari CNN, tahun lalu. Pesona wanita berusia 31 tahun ini memang mendunia. Komentar-komentarnya yang cukup vokal menjadi perhatian media hampir di seluruh dunia.

Kecerdasaannya tiada diragukan. Dia meraih gelar sarjana bussiness administration dari New Haven University, Amerika Serikat dengan lulus cum laude. Wajar jika dia mudah bersosialisasi dengan media untuk menyampaikan peran wanita Saudi. Menurutnya, wanita Saudi banyak yang bekerja mandiri dan memberi kontribusi besar pada negerinya. Sayangnya, peran itu tak pernah mendapat pengakuan dunia internasional. Dunia selalu menghakini Saudi sebagai negara yang menekan hak kaum wanita hanya karena negeri itu melarang wanita mengemudi, misalnya.

Alasan Kerajaan Saudi melarang perempuan mengendarai mobil sendiri untuk  mencegah wanita keluyuran sendiri keluar rumah. Ditakutkan wanita akan menarik perhatian pandangan mata pria saat mengemudi sehingga menimbulkan interaksi dengan pria-pria asing. Paling tidak dengan polisi lalu lintas dan mekanik.

Perlawanan Ameerah dan wanita Saudi atas larangan mengemudi sendiri sangatlah beralasan. Saat ini wanita Saudi terpaksa menghabiskan 30 persen penghasilannya untuk membayar sopir, antara tiga sampai empat juta rupiah. Akibatnya, wanita yang tak mampu membayar supir hanya bisa naik kendaraan pribadi jika ada keluarga lelaki. Padahal hanya untuk mengantar mereka pergi bekerja, sekolah, belanja, atau ke dokter.

Ternyata suara Ameerah punya pengaruh di negeri tanah suci itu. Maklum, dia pernah menjadi istri Pangeran Alwaleed Bin Talal Alsaud, sepupu Raja Arab Saudi. Nama Alwaleed juga cukup kesohor di dunia dan menempati peringkat 30 daftar orang terkaya dunia versi majalah Forbes. Hartanya sekitar Rp 240 triliun. Dia punya kepemilikan terbesar atas perusahaan multinasional Citigroup.

Meski sejak dua tahun lalu Ameerah dan Alwaleed sudah memutuskan pernikahan, namun hubungan mereka tetap baik. Ameerah masih dipercaya menjabat wakil direktur di Alwaleed Bin Talal Foundation. Sebuah lembaga donor yang menggelontorkan uang jutaan dollar untuk kegiatan sosial.

Melalui lembaga ini, hak-hak wanita Saudi ikut disuarakan. Menurut Ameerah mereka mengharap kebebasan berbicara dan partisipasi politik yang lebih besar. Selain itu perlu juga persamaan hak antara wanita dan pria. Banyak kenalan Ameerah yang khawatir dia akan putus asa karena melawan tembok istana yang tradisional.

Ameerah melihat dengan positif. Baginya Saudi bukanlah negeri yang tidak mau berubah. Reformasi bagi wanita Saudi memang tidak bisa melalui tradisi atau budaya. Namun lebih banyak mengandalkan kekuatan lobby pada kepemimpinan gaya konservatif Saudi. Sebuah perubahan besar pernah terjadi di negeri itu kala wanita diijinkan mendapat hak pendidikan. “Keputusan itu dulu juga dianggap sangat kontroversial,” kata sang putri.

Hingga kini masih ada lembaga di pemerintahan Saudi yang menolak peran wanita. Sebut saja salah satunya di lembaga hukum. Ketika wanita sudah lulus sekolah hukum, mereka tidak akan mendapat lisensi menjadi penegak hukum. Ruang sidang menjadi wilayah eksklusif pria. “Bayangkan jika kita masuk ke lingkungan yang didominasi semua oleh lelaki,” katanya. Pengacaranya lelaki, hakimnya lelaki, semuanya lelaki. Saat wanita berpekara, maka dia akan menjadi satu-satunya wanita disana yang boleh bicara. “Kita akan kesulitan menjelaskan situasi dari kasus yang dihadapi,” tambahnya.

Agar perjuangan lebih fokus, lembaga tempat Ameerah bekerja mengumpulkan 600 pengacara wanita untuk menyuarakan opini mereka. Menurut mereka, jika makin banyak wanita di ruang pengadilan, maka nantinya akan muncul wanita sebagai hakim. “Itu akan membuat kami para wanita menjadi lebih nyaman,” katanya.

Kini Sang Putri telah menjadi simbol perubahan bagi wanita Saudi. Dukungan dari negara-negara di wilayah arab maupun dunia mengalir deras. Dia bersafari menerima undangan interview dengan CNN, Forbes, dan terlibat dalam Clinton Global Initiative. Pada suatu kesempatan di New York City, dia mengatakan bahwa generasi baru wanita Saudi tak hanya ingin diijinkan nyetir, mereka juga ingin memberi kontribusi penuh pada negerinya. Dia menawarkan “Evolusi, Bukan Revolusi”.

Namun suara miring juga harus diterima Ameerah. Kaum konservatif mempergunjingan sikap kerajaan Saudi pada aktifitas Ameerah. Selama ini pihak Kerajaan tidak pernah secara terbuka menyatakan risih dengan perjuangannya. Mereka seolah mengamini peran Ameerah sebagai agen perubahan bagi wanita Saudi. Bahkan, pihak kerajaan juga tidak pernah menyatakan kecamannya atas penampilan Ameerah yang bergaya kebarat-baratan dan tidak pernah memakai cadar ataupun burqah penutup layaknya wanita Saudi kebanyakan.

Dalam sebuah wawancara Ameerah sempat ditanya, apakah penampilannya itu juga bentuk menyuarakan agar wanita tidak perlu berkerudung ? “Saya tidak sedang mengirim pesan itu,” jawabnya tegas. “Inilah saya, dan cukup  banyak gadis gadis di Saudi yang ingin tampil (tanpa cadar) sesuai dengan generasinya, generasi saya saat ini.”

Pada setiap kesempatan Ameerah selalu menyampaikan bahwa wanita Saudi tidak terbelakang. Mereka bukanlah masyarakat kelas dua. “Mungkin aturannya yang terbelakang, tapi itu bukan kami. Kami masyarakat terpelajar. Kami sangat menghormati keluarga, kami pengusaha, bisnis woman, pemimpin social,” kata Sang Putri.

Halaman :

Berita Lainnya

Index