Fakta Mengerikan Sistem Pendidikan di Korea

Fakta Mengerikan Sistem Pendidikan di Korea

HARIANRIAU.CO - Pendidikan merupakan hal yang paling penting, bukan hanya untuk saat ini namun juga untuk masa depan. Oleh karena itu, setiap orang berlomb-lomba meraih pendidikan dan ilmu setinggi mungkin demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Hal ini juga dirasakan oleh masyarakat Korea, ternyata bukan hanya terkenal karena bakat-bakat para generasi mudanya, namun juga kualitas pendidikan yang ditanamkan di sana sangatlah jauh berbeda dengan di Indonesia.

Sistem pendidikan di Korea sangatlah berat, jam belajarnya saja dua kali lipat dengan di Indonesia. Bahkan, karena tekanan belajar yang begitu berat, banyak siswa memustuskan untuk bunuh diri. Berikut diketahui fakta-fakta mengerikan tentang sistem pendidikan Korea.

1. Para siswa menghabiskan banyak waktu di sekolah

Karena padatnya jam sekolah, hal ini membuat para siswanya menghabiskan waktu mereka di sekolah. Pada kesempatan inilah mereka dapat belajar, makan dan bergaul bersama. Karena seharian berada di sekolah, beberapa lembaga pendidikan disana memperbolehkan siswinya membawa alat make up, memanjangkan dan mewarnai rambut hingga bersolek.

2. Belajar di sekolah sampai 14 jam sehari

SMA di Indonesia pada umumnya memulai pelajaran pukul 07.00 dan berakhir sampai pukul 14.00. Jika di Korea, jam pelajaran dimulai pukul 08.00-21.30, ini artinya jam belajar di sana dua kali lebih lama daripada di Indonesia. Sedangkan bagi siswa SMP masih diberi toleransi sehingga mereka biasa mengakhiri pelajaran pukul 16.00.

3. Hukuman fisik masih berlaku di sekolah

Sistem pendidikan di Korea masih terkenal ketat dan keras. Jika hukuman fisik sudah diberantas di Indonesia, di Korea justru hukuman fisik masih diperbolehkan namun tentu ada batasnya. Para orang tua siswa pun merasa tidak masalah dengan hukuman fisik tersebut karena demi mendisiplinkan anak-anak mereka.

4. Setelah belajar di sekolah, siswa tetap ikut bimbingan belajar

Kebanyakan dari mereka merasa bahwa belajar di sekolah saja tidak cukup, apalagi jika melihat persaingan di zaman ini yang semakin sulit. Karena itulah para siswa menengah atas khususnya mengambil bimbingan belajar di lembaga-lembaga swasta. Tak lain tujuan mereka adalah agar dapat masuk ke perguruan tinggi favorit.

5. Tekanan belajar memicu para siswa melakukan bunuh diri

Terkadang para siswa merasa putus asa jika nilai-nilai mereka menurun atau karena mereka tak lolos dalam seleksi perguruan tinggi. Karena merasa tidak memilki masa depan yang baik, bunuh dirasa jadi solusi terbaik.

Halaman :

Berita Lainnya

Index