Curhatan Pramugari Lion Air JT610, Vita: Beratnya Memakai Seragam Ini

Curhatan Pramugari Lion Air JT610, Vita: Beratnya Memakai Seragam Ini
Vita bersama rekan-rekan pramugari Lion Air (Foto: Ask.fm Vita)

HARIANRIAU.CO - Pramugari Lion Air, Vita Damayanti Simarmata menjadi salah satu korban pesawat JT610 yang jatuh di Tanjung Karawang, pada 29 Oktober 2018. Perempuan yang akrab disapa Vita tersebut cukup aktif di media sosial di antaranya Instagram, Facebook, Twitter, dan Ask.fm.

Sayangnya, beberapa akun media sosialnya diprivate atau tak terlihat untuk publik. Beda halnya dengan akun Ask.fm-nya yang merupakan platform untuk tanya jawab, beberapa jejak Vita masih terlihat.

Perempuan kelahiran Medan, 3 Juli 1996 tersebut aktif menjawab pertanyaan di akun @vitads_ sekira 6 bulan yang lalu. Ada beberapa posting-an yang menarik perhatian, di mana ia mengungkapkan jika pekerjaanya saat ini sebagai pramugari, merupakan cita-cita "terngaco".

Lengkapnya, sekira 1 tahun yang lalu akun Alifyana R bertanya cita-citanya. Vita menjawab dengan beberapa deskripsi.

"Banyak. Mulai dari cita-cita termainstream jaman SD; jadi polwan. Belom lagi pas SMP sempet pengen banget jadi penyanyi. Modal suara 'yang penting gak fals', ditambah abal-abal juara nyanyi Kebumen Fiesta. Ngehehehe," kata Vita dikutip harianriau dari laman okezone.com.

Ia melanjutkan, "Cita-cita berubah lagi sewaktu menginjak sekolah menengah atas, waktu di mana aku lagi aktif-aktifnya ikut eskul basket dan turut serta dalam beberapa turnamen dalam/luar kota. Ah, pas jaman itu pengen banget rasanya jadi atlet basket profesional," ujarnya.

Kemudian ia mengatakan bahwa cita-cita 'terngaco' ialah menjadi pramugari. "Ini panjang banget ceritanya dan gak akan aku ceritain juga karna jempolku bisa kapalan gegara kelamaan ngetik. Wkwk. Asli deh, cita-cita yang mungkin cuma di-hahaha-in doang sama orang-orang. Tapi Tuhan memang Mahabaik ya, cita-cita ini terkabulkan tanpa disangka-sangka. Dan gak pernah berhenti bersyukur bisa jemput rejeki pakai seragam pramugari," jelasnya.

Selain itu, dia pun pernah mengungkapkan keluh kesah dan perasaannya sebagai seorang pramugari. Perempuan 22 tahun itu menuturkan bagaimana beratnya memakai seragam pramugari, di mana sang pramugari harus selalu tersenyum dalam berbagai keadaan.

"Jangan tertipu dengan seragam dan senyumnya. Apakah kami cantik? Wanita kelas atas? Tidak. Saat make up kita hapus dan seragam kita dilepas, itulah kami. Wanita biasa. Beratnya memakai seragam ini, kami harus selalu tersenyum saat kalian berkata penerbangan ini buruk, saat ada sistem pesawat yang tidak dapat digunakan, saat cuaca buruk kemudian jadwal penerbangan diundur, kami harus meminta maaf dan menerima kritik dari kalian padahal bukan kitalah penyebabnya," tuturnya.

 "Saat seragam ini kita pakai dini hari dan kita lepas petang hari dengan setumpuk beban di kepala. Mungkin keluarga kita sedang sakit dan kita tidak bisa merawatnya. Mungkin saat hari raya keluarga kita menunggu kita di rumah dan kita tidak bisa berkumpul bersamanya. Mungkin saat kita mulai tak enak badan namun harus tetap menjalankan tugas sebab disinilah letak penghasilan kita," terangnya.

"Ya, Tuhan meletakan jalan rejeki kita disini. Percaya tidak percaya kita senang melihat anak kecil yang masuk ke pesawat. Lucu rasanya membangunkan orang yang tidak dikenal hanya sekedar untuk memakai seatbelt atau menawarkan makan. Bahkan terkadang kita menemukan jodoh di sini. Jangan sangka kita tidak takut pada saat cuaca buruk, justru di situlah letak ketakutan paling tinggi. Tak sedikit dari kami adalah tulang punggung keluarga. Tapi yang terpenting saat ini adalah memastikan penumpang kami baik-baik saja. Bekerja di udara berbeda dengan bekerja di darat. Tekanan udara berbeda. Suhu udara berbeda. Kita menerjang cuaca yang bisa tiba-tiba buruk. Begitulah sepenggal cerita tentang seragam ini," katanya.

Untuk informasi, selain Vita, dalam laporan perjalanan dari Lion Air juga disebutkan bahwa pilot pesawat Bhavye Suneja dan SIC Harvino dan empat pramugari lainnya, Shintia Melina, Citra Novita Anggelia Putri, Merry Yulyanda, dan Alfiani Hidayatul Solikah berada dalam pesawat.

Lengkapnya, pesawat Lion Air dengan kode JT610 jatuh di sekitar Tanjung Karawang pada 29 Oktober 2018. Adapun total korban pesawat Lion Air JT-610 yang jatuh di Tanjung Karawang 188 orang.

Terdapat 178 penumpang dewasa, 1 penumpang anak-anak dan 2 bayi, selanjutnya 2 orang pilot dan 5 pramugari.

Pesawat type B737-8 Max terbang dari Bandar Udara Soekarno Hatta Banten menuju Bandar Udara Depati Amir di Pangkal Pinang, dilaporkan telah hilang kontak sekitar pukul 06.31 WIB, sebelum dinyatakan jatuh.

Halaman :

#Lion Air Jatuh

Index

Berita Lainnya

Index