Supermoon, Ini Pandangan Islam Soal Gerhana Bulan

Supermoon, Ini Pandangan Islam Soal Gerhana Bulan
Ilustrasi

HARIANRIAU.CO - Fenomena Supermoon bakal menghampiri langit Indonesia pada malam ini, Senin (9/3/2020).

Dikutip dari akun twitter Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), @LAPAN_RI, puncak Supermoon bakal terjadi pada pukul 00.48 WIB.

Masih menurut keterangan LAPAN, Supermoon kali ini dikenal oleh suku-suku asli Amerika awal sebagai Bulan Cacing Penuh karena ini adalah tahun ketika tanah mulai melunak dan cacing tanah akan muncul kembali.

Selain Supermoon, fenomena ini juga dikenal sebagai Full Crow Moon, Full Crust Moon, Full Sap Moon dan Lenten Moon.

Sementara mengutip fox8, supermoon datang sehari setelah bulan mencapai perigree, titik terdekat ke bumi sehingga menjadikan bulan purnama sebagai supermoon, yang membuatnya tampak sedikit lebih besar dan lebih terang dari bulan purnama biasanya.

Lantas, adakah dampak dari fenomena Supermoon?

Berdasar fenomena Supermoon yang pernah terjadi sebelumnya, biasanya memengaruhi kondisi pasang air laut.

Supermoon memengaruhi pasang maksimum air laut di wilayah perairan Indonesia.

Oleh karenanya, masyarakat yang tinggal di pesisir pantai agar waspada terhadap pasang air laut akibat fenomena supermoon

Meski demikian, LAPAN dan BMKG belum memberikan keterangan spesifik mengenai dampak Supermoon malam ini.

Supermoon dan Gerhana Bulan Menurut Pandangan Islam

Malam ini di sejumlah belahan dunia akan mengalami peristiwa gerhana bulan.

Tak hanya itu, gerhana bulan ini juga dapat disaksikan secara sebagian di berbagai daerah Indonesia.

Bersamaan dengan itu, ada juga kejadian supermoon, bulan terlihat lebih besar dan terang.

Supermoon di Indonesia dapat disaksikan mulai malam hingga fajar.

Berkenaan dengan peristiwa alam itu, ditanggapi beragam oleh masyarakat.

Ada yang mempercayai pada saat gerhana bulan tidak boleh keluar rumah bagi wanita hamil.

Atau ada yang memilih untuk memukul benda agar keluar suara berisik.

Namun, dari semua mitos dan kepercayaan itu, di dalam Islam diajarkan cara menyikapi peristiwa alam tersebut.

Dikutip dari nu.or.id, gerhana bulan atau gerhana matahari adalah fenomena alam biasa.

Dua kejadian tersebut menjadi bagian dari ayat kauniyah yang biasanya dibedakan dari ayat qauliyah (Al-Qur’an).

Ayat berarti tanda. Maksudnya, representasi dari kemahabesaran Allah, yang seharusnya membuat manusia kian meresapi kehadiran-Nya dan meningkatkan intensitas penghambaan.

Dalam Islam gerhana matahari dikenal dengan sebutan kusufus syamsi dan gerhana bulan dikenal dengan sebutan khusuful qamar.

Muhammad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Surakarta menyampaikan terkait dengan peristiwa gerhana bulan.

Menurutnya, Imam al-Ghazali dalam risalahnya berjudul Al-Adab fid Din dalam Majmu'ah Rasail al-Imam al-Ghazali (Kairo, Al-Maktabah At-Taufiqiyyah, halaman 437) menyebutkan beberapa adab menyambut gerhana bulan sebagai berikut:

Artinya: “ Senantiasa memiliki rasa takut, menampakkan rasa haru, segera bertobat, tidak bersikap mudah bosan, segera melaksanakan shalat, berlama-lama dalam shalatnya dan merasakan adanya peringatan.”

Dari kutipan di atas dapat diuraikan ketujuh adab menyambut gerhana bulan sebagai berikut:

1. Senantiasa memiliki rasa takut
Sepanjang peristiwa gerhana sebaiknya seseorang menunjukkan rasa takut di hadapan Allah SWT dan bukan rasa takut atas peristiwa gerhana itu sendiri.

Rasa takut itu sangat penting dalam rangka membentuk kartakter takwa kepada Allah-Nya.

Tanpa rasa takut sudah pasti seseorang akan mudah melakukan kemaksiatan.

2. Menampakkan rasa haru
Sepanjang peristiwa gerhana sebaiknya seseorang menampakkan rasa haru atas peristiwa gerhana di hadapan Allah SWT.

Bagaimanapun peristiwa ini merupakan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah SWT sebagai Sang Pencipta sekaligus Sang Penguasa langit, bumi serta seluruh alam berserta seluruh isinya.

3. Segera bertobat
Salah satu rangkaian bertobat adalah membaca istighfar. Hal ini dapat dilakukan, misalnya, ketika duduk di dalam masjid sambil menunggu saat iqamah.

Dalam rangkaian shalat gerhana, khatib dalam doanya sewaktu khutbah mengucapkan istighfar dengan banyak memohon ampunan kepada Allah SWT, dan doa ini diamini oleh para jamaah.

4. Tidak bersikap mudah bosan
Sepanjang gerhana terjadi sebaiknya seseorang merasa betah menyambut peristiwa ini hingga selesai rangkaian pelaksanaan shalat gerhana.

Shalat gerhana memang cenderung memakan waktu lebih lama dari pada shalat-shalat lainnya karena dalam setiap rakaatnya rukuk dilakukan dua kali.

Demikian pula ketika khutbah disampaikan sebaiknya seseorang dapat mendengarkan isi nasihat-nasihatnya dengan khusyu’ dan khidmat.

5. Segera melaksanakan shalat
Begitu gerhana bulan terjadi, shalat khusuf ini sebaiknya segera dimulai dan dilakukan secara berjamaah.

Baik laki-laki maupun perempuan disunnahkan melaksanakan shalat gerhana.

6. Berlama-lama dalam shalatnya
Shalat gerhana berlangsung dua rakaat namun memakan waktu lebih lama dari pada shalat-shalat lainnya karena dalam setiap rakaat terdapat dua ruku’.

Ini artinya dalam setiap rakaatnya dilakukan bacaan al-fatihan dan surah lainnya dua kali karena berdirinya juga dua kali sehingga total rukuk dan bacaan al-fatihah serta surah lainnya adalah empat.

7. Merasakan adanya peringatan
Sepanjang shalat gerhana sebaiknya seseorang merasakan adanya peringatan terkait peristiwa gerhana bahwa hal itu merupakan tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah sebagai Sang Pencipta sekaligus Sang Penguasa langit dan bumi serta seluruh alam berserta seluruh isinya.

Untuk itu diharapkan dengan melaksanakan shalat gerhana seseorang akan meningkat ketakwaannya kepada Allah SWT.

Ketujuh adab tersebut sebaiknya dilakukan secara utuh sebab dapat meningkatkan kesadaran kita akan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT.

Hal yang tak kalah penting dari menyambut peristiwa gerhana ini adalah adanya kesadaran kita akan perlunya memperhatikan kejadian-kejadian alam sebab hal ini dapat meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT.

Halaman :

Berita Lainnya

Index