Dari Utak-atik, Lahir Televisi Mas Kusrin

Dari Utak-atik, Lahir Televisi Mas Kusrin
Ilustrasi

HARIANRIAU.CO JAKARTA - Ratusan tabung monitor komputer bekas tertumpuk rapi di bengkel kerja Muhammad Kusrin (36) di Desa Jatikuwung, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah. Debu tipis menutupi ratusan tabung bekas itu. 

Di dekat tempat mencuci tabung monitor, kardus-kardus berisi televisi berwarna ditata bertingkat. Kardus itu bertuliskan Maxreen, Zener, dan Veloz, dengan gambar televisi tabung. Di ruang terbuka bengkel kerja Kusrin itu tujuh karyawannya sedang merakit ”jeroan” televisi.

Ada yang mengenakan celana pendek kolor, celana jeans pendek, bersandal jepit, dan ada pula yang bertelanjang dada. Di dalam bangunan seluas 415 meter persegi yang juga merangkap tempat tinggal itu, Kusrin bekerja dibantu ”para karyawannya”. 

Mereka merakit televisi dari tabung monitor komputer bekas berukuran 14 inci dan 17 inci. Tabung monitor bekas dibeli Rp 50.000 per unit. ”Kondisi monitornya masih bagus dan lolos uji kualitas produk,” kata Kusrin.

Meski televisi rakitan menggunakan tabung monitor komputer bekas, bagian lain seperti casing, pelantang suara, kabel, dan rangkaian elektronik, hingga kardus pembungkus, dalam kondisi baru. 

Televisi karya Kusrin dijual Rp 365.000-Rp 385.000 per unit. Ia menjamin televisi rakitannya tidak mudah rusak. ”Saya memberikan garansi produk satu tahun. Kalau rusak akan diperbaiki,” katanya.

Kusrin mulai bangkit lagi setelah tersandung hukum. Bulan Mei 2015, aparat Kepolisian Daerah Jawa Tengah menggerebek tempat usahanya. 

Di Pengadilan Negeri Karanganyar, ia dinyatakan melanggar Pasal 120 (1) jo Pasal 53 (1) huruf b UU RI No 3/2014 tentang Perindustrian dan Permendagri No 17/M-IND/PER/ 2012, Perubahan Permendagri No 84/M- IND/PER/8/2010 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) terhadap Tiga Industri Elektronika Secara Wajib.

Ia divonis enam bulan penjara, dengan masa percobaan satu tahun dan denda Rp 2,5 juta. Kejaksaan Negeri Karanganyar memusnahkan barang bukti 116 televisi karyanya, Senin (11/1).

Bakat dan kemampuan Kusrin merakit barang elektronik mulai tumbuh saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Saat itu, ia mulai suka mengutak-atik radio milik bapaknya. Radio dibongkar lalu dirakit kembali. Pernah ia tidak bisa merakit lagi setelah membongkar radio. Ini membuat bapaknya yang petani marah besar.

Karena keterbatasan ekonomi orangtua, Kusrin hanya tamat sekolah dasar yang ditempuhnya di SDN Pakang, Kecamatan Andong, Boyolali, Jawa Tengah. 

Ia lalu merantau ke Jakarta bekerja sebagai tukang bangunan tahun 1998. Di Jakarta, ia sering ke Pasar Jatinegara, Jakarta Timur, membeli barang-barang elektronik bekas untuk diutak-atik sebagai hobi. (kompas)

Halaman :

Berita Lainnya

Index