Pelabuhan Samudera Kuala Enok Digadang-gadang Jadi Pintu Masuk Wisatawan Manca Negara

Pelabuhan Samudera Kuala Enok Digadang-gadang Jadi Pintu Masuk Wisatawan Manca Negara

HARIANRIAU.CO, JAKARTA - Pelabuhan samudera Kuala Enok di Kecamatan Tanah Merah, Indragiri Hilir memiliki banyak keunggulan dibandingkan beberapa pelabuhan di Riau. Pelabuhan ini merupakan satu-satunya yang ada di wilayah Riau Pesisir bagian Selatan yang potensial untuk pintu masuk wisatawan manca negara.

''Perlu diketahui, di era Gubernur Riau Rusli Zaenal, Kuala Enok adalah daerah yang digadang-gadangkan bakal menjadi pintu masuk wisatawan manca negara ke Riau,'' ujar senator Riau, Uli Purba Kamis (15/12/2016) usai menghadiri rapat koordinasi di Gedung DPR/MPR RI.

Dikatakan, Riau memiliki banyak sekali destinasi-destinasi wisata sejarah, sebut saja Siak, Rohul, Kampar, Kuansing, Inhil, Inhu, Pelalawan semua bisa dikembangkan dengan adanya peninggalan-peninggalan bersejarahnya.

''Dan pelabuhan samudera Kuala Enok merupakan salah satu pintu masuk utama yang perlu diperhatikan pembangunan infrastrukturnya,'' tegasnya.

Seperti diketahui, Pelabuhan Samudera Kuala Enok yang berlokasi di muara Sungai Indragiri, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau sangat strategis karena berada di muara Sungai Indragiri dan menghadap Selat Malaka dan akan dapat menjadi pintu gerbang ekonomi Sumatera bagian selatan guna memperlancar perekonomian dan arus barang di Pulau Sumatera terkhusus di Provinsi Riau.

Pemerintah pusat telah menganggarkan dana APBN sebesar Rp 2 triliun untuk mendukung pembangunan jalan sepanjang 74 kilometer dan lebar 12 meter menuju Pelabuhan Samudera Kuala Enok yang terdapat 74 unit jembatan. Pekerjaan pembangunan jalan tersebut dimulai tahun 2016.

Bila pembangunan jalan menuju Pelabuhan Kuala Enok sepanjang 74 kilometer yang didanai dari APBN selesai maka Pelabuhan Kuala Enok siap dioperasikan, karena selama ini yang menjadi kendala tranportasi darat, sedangkan alur masuk Pelabuhan Kuala Enok yang ada kini memiliki kedalaman 5,2 meter (LWS) akan dilakukan pengerukan dalam waktu dekat hingga mencapai kedalaman 11 meter.

Untuk pengerukan alur masuk pelabuhan tersebut, yang akan dilakukan dalam waktu dekat, Pelindo I telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 4,4 miliar.

Pemilihan kawasan Kuala Enok sebagai pelabuhan alternatif tersebut sebagai upaya mendorong pembangunan dan pemerataan arus barang di provinsi itu, khususnya di selatan Riau, sehingga Pemprov Riau merasa optimis dengan pengembangan areal Pelabuhan Samudera Kuala Enok dengan luas 105 hektare akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan infrastruktur.

Pelabuhan tersebut disiapkan sebagai pelabuhan internasional yang mampu melayani distribusi barang di Riau bagian selatan dan Sumatera Selatan bagian utara dengan nilai investasi tahap awal hampir Rp 1,75 triliun.

Dana sebesar itu digunakan selain untuk pengerukan alur masuk pelabuhan dengan panjang 200 meter dan lebar 50 meter agar kapal yang memiliki draft maksimum 8,7 meter dapat melintas, juga untuk pembangunan terminal curah cair berkapasitas 100.000 ton, instalasi pipa dan fasilitas pendukung lainnya dengan nilai pekerjaan Rp 230 miliar.

Juga dilakukan pembangunan terminal penumpang, dermaga, lapangan parkir dan fasilitas lainnya dengan nilai pekerjaan Rp 12,5 miliar, serta pembangunan lanjutan terminal kontainer yang dilengkapi satu unit container crane (CC), empat unit rubber tyred gantry (RTG) dan penambahan dermaga sepanjang 100 meter dengan nilai pekerjaan Rp 1,5 triliun.

Pengerjaan pembangunan ini segera diwujudkan mengingat ada beberapa perusahaan besar sebagai hinterland yang mendukung Pelabuhan Samudera Kuala Enok sebagai pelabuhan interenasional, di antaranya PT Musim Mas, PT Wilmar, PT Duta Palma, PT Sumber Surya Kencana Inhu dan PT Jastin.

Selama ini sejumlah perusahaan yang beroperasi di Indragiri Hilir tersebut eksis melakukan ekspor hasil komoditi perusahaan yang dikelola melalui Pelabuhan Dumai. Selain itu, juga ada pabrik yang berlokasi di Kuala Enok yaitu PT Pulau Sambu dan PT AEC Brothers. Kedua perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan kelapa ini telah memanfaatkan Pelabuhan Samudera Kuala Enok untuk kegiatan bongkar muat antarpulau.

Sedangkan daerah hinterland Pelabuhan Kuala Enok, meliputi Provinsi Jambi. Selain itu Kabupaten Pelalawan, Kabupaten Kuansing, Kabuparen Indragiri Hilir, Kabupaten Kampar dan Kabupaten Bengkalis yang berada di Provinsi Riau.

Jika Pelabuhan Kuala Enok yang ditargetkan beroperasi pada pertengahan 2016 dicapai, maka perusahaan pelayaran yang hendak melakukan ekspor sejumlah hasil perkebunan dari daerah hinterland Pelabuhan Kuala Enok berupa minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil = CPO) dan minyak kelapa (crude cocunut oil = CCO) dengan tujuan Asia dan Eropa, serta bunkil, cangkang dan karet dengan tujuan utama Eropa, tidak perlu lagi melalui Pelabuhan Dumai, namun cukup melalui Pelabuhan Kuala Enok. (Goriau)

Halaman :

Berita Lainnya

Index