Sudah Teruji, RS Akan Gunakan Teknologi Deteksi Kematian

Sudah Teruji, RS Akan Gunakan Teknologi Deteksi Kematian
Ilustrasi

HARIANRIAU.CO - Sebuah tim peneliti di Stanford University di Amerika Serikat, AS telah mengembangkan program komputer yang bisa memprediksi kapan pasien rumah sakit akan meninggal dengan tingkat akurasi yang mengerikan.

Teknologi ini nantinya akan digunakan di seluruh rumah sakit di AS. Program ini menggunakan kecerdasan buatan dan telah melalui analisis 160.000 file pasien dewasa dan anak dari Rumah Sakit Stanford dan Rumah Sakit Lucile Packard.

Teknologi ini berkerja dengan melihat berbagai hal dalam catatan kesehatan seperti diagnosis, prosedur yang dilakukan dan obat mana yang diambil pasien.

Algoritma tersebut diterapkan pada 40.000 pasien aktif (diperkirakan memprediksi akan meninggal dalam tiga bulan ke depan) dan tingkat kebenaranya hingga 90% kasus.

"Skala data yang tersedia memungkinkan kita untuk membangun model prediksi kematian penyebab semua," kata Anand Avati, anggota Lab AI Stanford University, melaporkan kepada IBTimes seperti dilansir dari Mirror, Senin (22/1/2018).

Para periset berencana untuk terus memperbaiki sistem dengan lebih banyak data sebelum diluncurkan ke rumah sakit dan staf medis.

Kenneth Jung, seorang ilmuwan riset di Stanford University, mengatakan: "Kami berpikir bahwa ini adalah mesin pembelajaran dan dokter akan secara membabi buta melakukan intervensi medis berdasarkan algoritma "

Tak hanya di AS, metode pengujian terbaru yang akan segera tersedia di gerai-gerai di Inggris ini bisa mengukur komposisi dari tip kromosom seseorang, yang disebut telomere, melalui tes darah. Telomere ini diyakini peneliti sebagai satu dari indikator penuaan sel tubuh yang paling signifikan dan akurat. Ketika penuaan sel mencapai tingkat tertentu, bisa diartikan itulah akhir tubuh sobat beraktivitas.

Maria Blasco dari Spanish National Cancer Research Centre (Pusat Riset Kanker Nasional) di Madrid, Spanyol adalah penemu alat tes telomere komersial terbaru ini. Lebih lanjut Blasco menjelaskan, bahwa tua-muda usia biologis seseorang bisa diukur berdasarkan panjang telomere mereka, dan ini bisa berbeda dengan usia nyata yang dimiliki oleh seseorang. Contohnya, pria berusia 65 tahun bisa jadi usia biologisnya lebih muda daripada pria usia 45 tahun, yang berarti pria 45 tahun itu kemungkinan memiliki usia yang lebih pendek. Semakin panjang telomere, semakin panjang usia sobat.

Sederhananya, telomere ini yang melindungi DNA sobat pembaca dari gangguan dan kerusakan. Seiring dengan tugasnya yang semakin berat, maka telomere mulai memendek. Pada usia paruh baya ke atas, penyusutan ini mencapai titik di mana mereka tidak mampu lagi melindungi DNA dan keadaan akan memburuk ketika sel-sel tubuh mulai memisahkan diri. Dampaknya adalah, kulit sobat akan longgar dan keriput, daya tahan tubuh menjadi tidak efektif, dan merembes pada gangguan tubuh yang lebih parah seperti diabetes dan penyakit jantung. 

Apakah mahal untuk 'mengintip' waktu kematian sobat? Di Inggris, metode tes ini seharga 400 poundsterling (sekitar Rp 6 juta).

Sumber: sindonews

Halaman :

Berita Lainnya

Index