Ciri atau Tanda Orang yang Sakau Serta Kecanduan Sabu dan Heroin

Ciri atau Tanda Orang yang Sakau Serta Kecanduan Sabu dan Heroin
Ilustrasi

HARIANRIAU.CO - Akibat dari kecanduan Narkoba sudah banyak korban berjatuhan, Narkoba tidak hanya ada di perkotaan besar saja, namun sudah merambah ke perkampungan, daerah-daerah terpencil sampai kepelosok-pelosok, korbanya banyak dari mulai kalangan masyarakat biasa, samapai kelevel tingkat pejabat tinggi negara, tidak hanya itu para artis juga menjadi peringkat pertama dari korban pengguna Narkoba, bahkan orang-orang yang sepantasnya menjadi panutan juga ikut terlibat dan menjadi korban.

Akhir-akhir ini, pengguna media sosial tengah ramai memperbincangkan mengenai ciri-ciri orang yang sakau setelah melihat video pengamat politik yang mendadak viral. Tentu ini menjadi hal yang positif sehingga menjadikan seseorang mengenal sekaligus dapat mengetahui ciri-ciri orang sakau dengan benar.

Terlebih bagi orang tua, dengan mengetahui gejala dan tanda-tanda orang sakau, ia dapat melihat gerak-gerik anaknya yang terlihat mencurigakan.

Gejala sakau memang bisa terjadi karena penghentian pemakaian narkotika secara mendadak atau menurunnya dosis narkoba yang digunakan. Seperti apa tanda-tanda ataupun ciri-ciri orang yang sakau? Berikut ngonline06 akan urai dari gejala hingga ciri emosional dan fisik orang yang sakau.

Ciri-Ciri Orang yang Sakau

Sakau,  atau sakaw, alias putus obat, adalah gejala tubuh yang terjadi akibat pemberhentian pemakaian obat secara mendadak, atau akibat penurunan dosis obat secara drastis sekaligus.

Mengutip keterangan dari direktur Tipid Narkoba Bareskrim menjelaskan tentang gejala sakau sabu atau heroin sebagai berikut, "Gejala sakau sabu atau heroin, terjadi akibat pemberhentian pemakaian sabu secara dadak. Katakanlah 2 bulan ini pemakai berat, tiba-tiba dia berhenti akan jadi sakau. Gejala tubuh akibat pemberhentian mendadak atau akibat menurunnya dosis sabu secara drastis".

Eko menjelaskan akan ada reaksi dari pengurangan dosis narkoba yang digunakan. Gejala sakau, kata Eko, sama kuatnya dengan saat kecanduan narkoba.

"Satu hari menggunakan 1 gram, kemudian dia kurangi bulan depan menjadi 0,5 gram pasti akan sakau. Gejala sakau sabu bisa sama kuatnya dengan saat kecanduan, seperti ada dua gejala yang muncul masalah emosional dan fisik," terangnya.

Ciri Emosianal Orang yang Sakau Sabu dan Heroin

Gejala sakau narkoba meliputi gejala emosional dan fisik. Eko menyebut perbedaan emosional pecandu sabu dan heroin. Pecandu sabu secara emosional akan menunjukkan depresi, mood yang mudah berubah, sulit berkonsentrasi hingga paranoid. Gampang gelisah dan serba salah melakukan apa saja, jarang mau menatap mata jika diajak bicara, mata sering jelalatan, karakternya dominan curiga, apalagi pada orang yang baru dikenal, badan berkeringat meski berada di dalam ruangan ber-AC, suka marah dan sensitive.

"Kalau emosional dia nafsu makan tinggi, depresi, mood swing (mudah marah, berbahaya), kesulitan konsentrasi, paranoid. Halusinasi, kemudian kecemasan, gelisah, tidurnya terlalu lama, dan sering nyenyak tidur sulit dibangunkan. Yang berbahaya ketika dia ada masalah ada kecenderungan bunuh diri, menarik diri, dia mengisolasi diri dari orang yang sering bergaul, kemudian emosinya datar," urai Eko.

Diantara tanda gejala emosional yang akan dialami orang sakau adalah sebagai berikut:

Kecemasan

Gelisah

Mudah Marah

Insomnia

Sakit Kepala

Sulit Konsentrasi

Depresi

Ciri Fisik Orang yang Sakau Narkoba

Sementara gejala fisik pecandu sabu yang mudah diidentifikasi, kata Eko, adalah kulit yang pucat hingga kontak mata yang buruk. Tak hanya merusak tubuh, pecandu sabu juga akan bicara tergagap hingga merasakan badan yang ngilu.

"Gejala fisik pecandu sabu itu kulitnya pucat, kumal, penampilan fisik berantakan, pergerakan lambat, sering kita temukan kalau teman yang bicaranya lancar. Misal setelah beberapa lama nggak ketemu bicara gagap, bibir (terlihat) semacam mau ngunyah, kemudian kontak matanya buruk tidak akan fokus ke kita. Selain itu akan muncul kelelahan yang ekstrem dan badan merasa ngilu," paparnya.

Sedangkan untuk pengguna heroin, Eko mengatakan pecandu yang sakau memiliki ciri fisik dan emosional yang hampir sama dengan pecandu sabu. Bedanya pecandu heroin malah tidak memiliki nafsu makan, sulit bahagia dan sulit tidur.

"Kalau heroin, hampir sama agak beda dikit. Heroin itu jenis narkotika paling rendah. Dia sulit fokus secara emosi, gelisah, keresahan dan tegang, hampir sama depresi, cemas, susah tidur. Kemudian sulit merasa bahagia, nggak happy," beber Eko.

Untuk gejala fisik, pecandu heroin lebih sering merasakan mual dan diare. Kadang pecandu heroin kerap merasa hidungnya berair sehingga kerap mengusap-usap hidungnya seperti orang bersin.

"Gejala fisik dia seringkali perasaan mual, mau muntah, diare, sakit perut, merasa hidungnya berair, mata berair. Kemudian berkeringat, panas dingin, sering menguap," paparnya.

"Kemudian nyeri otot dan tulang kemudian tremor. Seringkali bulu kuduknya berdiri, kelelahan, jantung berdetak cepat, kejang otot dan sistem pernafasan kurang stabil," sambung Eko.

Hal serupa juga ditunjukkan pecandu ganja. Eko mengatakan meski ganja merupakan tanaman dan bukan bahan sintetik seperti sabu atau heroin dia memiliki efek berbahaya bagi tubuh.

"Ganja itu biasanya muntah aja, hampir sama dengan sabu tapi dia bukan sintetik, dia tanaman. (Ganja) ini lebih banyak dia kurang sehatnya itu sulit tidur, awalnya kemudian dia setelah mengalami sekian jam baru nyenyak. Kemudian dia ini kurang PD (percaya diri), seringkali juga kalau kita bicara kurang nyambung, kata Eko.

Gejala dan kronologis waktu dari sakaw akan berbeda untuk setiap obat, tergantung dari bagaimana mereka berinteraksi dengan otak dan fungsi tubuh. Narkoba diserap oleh tubuh dan bisa tetap aktif dalam jangka waktu yang berbeda pula.

Demikian juga tingkat keparahan dan durasi sakaw dipengaruhi oleh tingkat ketergantungan pada zat tersebut dan beberapa faktor lain, termasuk Jangka waktu penggunaan obat, jenis obat yang digunakan, cara penggunaan obat (melalui suntik, dihirup oleh hidung, rokok, atau ditelan), dosis setiap kali menggunakan obat, riwayat keluarga dan genetik, dan faktor kesehatan medis dan jiwa. 

Halaman :

Berita Lainnya

Index