Menikah, Kenapa Ditunda-tunda?

Menikah, Kenapa Ditunda-tunda?
Ilustrasi

HARIANRIAU.CO - "MENIKAH di usia muda, siapa takut?" kata saya dengan bangga. Tidak sedikit orang yang bertanya-tanya, untuk apa masih muda sudah menikah. Bahkan, tidak jarang mereka memandang aneh dan penuh tanda tanya kepada orang yang ingin menikah di usia muda.

Innalillahi wa inna ilahi rajiun. Pola pikir masyarakat telah berubah. Justru seharusnya kita yang merasa aneh dan bertanya-tanya, mengapa menunda menikah dengan alasan studi, karir, atau alasan lain yang tidak syari, walaupun dengan risiko terjatuh ke dalam maksiat!

Saya merasa bangga dan seakan-akan ingin mengatakan kepada semua orang, "Saya ingin menikah di usia muda!" Supaya semua orang tahu tidak ada yang salah atau aneh dengan nikah muda. Bahkan, menikah muda itulah yang bagus dan patut dibanggakan, bukan menyelesaikan kuliah dengan meraih gelar sarjana ditambah gelar MBA (married by accident; baca: menikah karena hamil duluan), atau memilih melajang dengan konsekuensi berlumuran maksiat.

Adalah wajar dan manusiawi ketika saya menyukai lawan jenis dan mempunyai syahwat/kebutuhan biologis yang harus saya tunaikan dengan cara yang benar dan halal, yaitu dengan menikah. Jadi, mengapa masalah ini mesti diherankan?

Maka dari itu, wajar pula ketika saya ingin menyalurkan kebutuhan biologis saya dengan memilih jalan yang aman lagi halal. Bahkan, itulah ciri laki-laki yang memiliki (baca: berpegang teguh pada) agama dan bertanggung jawab.
Yang dipilih bukan menempuh jalan haram dengan berzina atau berseks ria dengan pacar, atau jalan yang tidak halal lainnya.

Di samping itu, kekhawatiran terjatuh dalam maksiat, sebagaimana telah dialami banyak orang akibat menunda menikah, menjadi alasan terbesar saya untuk segera menikah. Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda,

"Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian yang mampu menikah, hendaknya ia menikah, karena nikah itu lebih dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Barang siapa tidak/belum mampu menikah, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu dapat membentengi dirinya (dari maksiat)." (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Al-Allamah asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata, "Di antara keutamaan menikah adalah dapat menjaga kemaluan seorang laki-laki dan kemaluan istrinya, dan menjaga pandangannya dan pandangan istrinya, kemudiansetelah keutamaan tersebutmemenuhi kebutuhan syahwatnya." (asy-Syarh al-Mumti, asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin 12/10)

Al-Allamah asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah berkata, "Wahai manusia, bertakwalah kalian kepada Allah dan ketahuilah bahwa menikah mengandung kebaikan yang sangat banyak. Di antaranya adalah kesucian suami istri dan terjaganya mereka dari terjatuh ke dalam perbuatan maksiat. Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda, Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian yang mampu menikah, hendaknya ia menikah, karena nikah lebih dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. (al-Hadits)" (al-Khuthab al-Minbariyyah fil Munasabat al-Ashriyyah, asy-Syaikh Shalih al-Fauzan, hlm. 242)

Bukankah kita sama-sama mengetahui realitas tersebarnya kemaksiatan (perzinaan, pornografi, onani), termasuk kemaksiatan yang dilakukan banyak wanita di negeri ini, yaitu pamer aurat? Siapa yang merasa aman dari maksiat sedahsyat ini, sedangkan Allah azza wa jalla berfirman,

" dan orang-orang yang tidak menyembah sembahan yang lain beserta Allah, tidak membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina. Barang siapa yang melakukan perbuatan-perbuatan itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya)." (QS Al-Furqan: 68)

Asy-Syaikh Abdurrahman as-Sadi rahimahullah berkata, "Allah azza wa jalla menyebutkan ketiga dosa ini karena ketiganya termasuk dosa besar yang paling besar. Perbuatan syirik menyebabkan kerusakan agama, pembunuhan menyebabkan kerusakan badan, dan zina menyebabkan kerusakan kehormatan." (Tafsir al-Karim ar-Rahman)


sumber: inilah.com

Halaman :

#Khazanah

Index

Berita Lainnya

Index