Sebagian Narapidana Menyerahkan Diri, ini Alasannya Kabur

Sebagian Narapidana Menyerahkan Diri, ini Alasannya Kabur

HARIANRIAU.CO - Ribuan narapidana tercatat melarikan diri saat gempa Palu dan Donggala yang disertai tsunami pada Jumat (28/9/2018) akhir pekan lalu. Hampir 1.425 warga binaan, yang terdiri atas narapidana dan tahanan kabur dari penjara yang berada di Palu dan Donggala.

Wakapolri Komjen Ari Dono Sukmanto mengatakan, ribuan tahanan yang melarikan diri tersebut dikarenakan ingin menyelamatkan diri.

Sedangkan sebagian yang lain juga inign menyelamatkan beberapa keluarganya.

Saat ini, lanjutnya, sebagian narapidana tersebut telah kembali.

“Sebagian besar itu sudah kembali karena mereka lari itu mau lihat keluarganya,” kata Ari Dono di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa (2/10) dilansir dari laman pojoskatu.id.

Kendati demikian, kata Ari, tahanan rutan yang ada di Polres di kawasan Sulawesi Tengah satupun tidak ada yang melarikan diri.

Mengingat saat gempa tidak ada lapas yang mengalami kerusakan.

Oleh karena itu, lanjut Ari, ia telah memerintahkan anak buahnya untuk melakukan pencarian terhadap sebagian anggota lapas yang melarikan diri.

“Sebagian lapas itu tidak ada yang rusak. Jadi rutan-rutan Polres itu tidak ada yang lari,” ungkapnya.

“Tapi memang ada yang lari tapi belum kembali, itu yang nanti yang akan kita lakukan pencarian,” tandas Ari.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Pemasyarakatan (Dirjen PAS) Sri Puguh Utami menyatakan, lebih dari seribuan narapidana melarikan diri dari lembaga permasyarakatan di Sulawesi Tengah (Sulteng).

Para tahanan itu kabur lantaran rutan hancur setelah bencana gempa bumi dan tsunami pada (28/9) lalu.

Utami mengatakan, data saat ini sekitar 1200 narapidana yang kabur itu berasal dari dua lembaga permasyarakatan yang kelebihan kapasitas.

Yakni Lapas Palu dan di Donggala. Keduanya daerah yang juga terkena bencana.

“Semuanya awalnya baik-baik saja. Tapi tidak lama setelah gempa, air keluar dari bawah halaman penjara yang menyebabkan tahanan panik dan kemudian lari ke jalan,” kata Utamai, Senin (1/10).

Akan tetapi, pihkanya meyakini kaburnya para narapidana itu bukan dilakukan atas dasar adanya kesempatan.

“Saya yakin mereka kabur karena mereka khawatir akan terkena dampak gempa dan Tsunami. Ini pasti masalah hidup dan mati bagi para tahanan,” katanya.

Satu penjara di kota Palu yang dilanda tsunami dibangun untuk menampung hanya 120 orang.

Namun, 581 tahanannya menyerbu penjaga dan melarikan diri agar bebas. Mereka mendobrak melalui dinding yang runtuh oleh guncangan berkekuatan 7,4 SR.

Lembaga permasyarakatan di Donggala juga ada yang terbakar. Pembakaran itu diduga dipicu oleh tahanan yang marah yang menuntut untuk melihat keluarga mereka.

“Mereka panik setelah mengetahui bahwa Donggala terkena gempa yang parah,” kata Utami.

“Saat itu petugas penjara bernegosiasi dengan tahanan yang meminta pergi untuk memeriksa keluarga mereka,”

“Tetapi beberapa tahanan tampaknya tidak cukup bersabar. Hingga akhirnya terjadilah pembakaran lapas,” katanya.

Beberapa narapidana dipenjara karena kasus korupsi dan pelanggaran narkotika.

Saat ini, kata Utami, tersisa hanya lebih dari 100 tahanan yang ada di lapas. Para penjaga juga dikabarkan kewalahan berjuang untuk memberi mereka makan.

“Penjara tidak lagi memiliki cukup makanan. Para pejabat kemudian mencoba membeli persediaan dari toko-toko di sekitar penjara yang masih terbuka,” pungkas Utami.

Halaman :

#Tsunami Palu

Index

Berita Lainnya

Index