Berlindung di Bawah Kubah Masjid, Delapan Orang Ditemukan Selamat

Berlindung di Bawah Kubah Masjid, Delapan Orang Ditemukan Selamat

HARIANRIAU.CO - Gempa Palu dan Donggala yang disertai tsunami pada Jumat (28/9/2018) lalu telah memporak-porandakan dua wilayah tersebut. Salah satu wilayah yang terdampak cukup parah adalah Perumnas Balaroa, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Sulawesi Tengah.

Dilansir dari laman pojoksatu.id, Masjid Darul Muttaqin yang berada di Balaroa diketahui bergeser sampai sejauh 500 meter.

Di masjid tersebut, ditemukan delapan warga dalam kondisi selamat.

Salah seorang korban yang ditemui Tim Wahdah Peduli, Nasar (38) menuturkan, bahwa masjid tersebut sejatinya berada jauh di posisi atas.

Namun gempa telah menggesernya dan ‘menelan’ sebagian besar bangunan.

Yang tersisa hanya kubahnya saja berada di atas permukaan tanah.

Masjid itu tepat berada di dekat reruntuhan rumahnya.

Nasar menduga banyak jenazah yang masih terperangkap di dalam reruntuhan masjid.

Karena saat kejadian gempa menjelang magrib dan banyak anak-anak yang bermain di halaman masjid.

Nasar melanjutkan, ada sekitar delapan orang selamat termasuk anaknya berkat berlindung di balik kubah masjid.

Mereka kemudian lari menyelamatkan diri melewati bangunan-bangunan yang diobok-obok gempa ke arah gunung hingga pukul 11 malam.

Saat ini, Nasar bersama sekian korban yang selamat berharap agar bantuan alat berat bisa segera datang.

Tujuannya, agar mereka bisa menggali keluarga mereka yang masih terjebak di balik reruntuhan rumah.

Berharap setidaknya bisa menyelenggarakan jenazahnya dengan layak.

Tim Wahdah Peduli masih terus membantu mengevakuasi warga terdampak gempa dengan menyiapkan Tim SAR.

Selain itu, mereka juga menyiapkan layanan medis untuk korban yang sakit.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkirakan, setidaknya terdapat 1.747 rumah di wilayah tersebut.

Semuanya, tertimbun lumpur akibat gempa Palu dan Donggala lalu.

Lumpur itu sendiri muncul dari bawah permukaan tanah, hingga akhirnya ‘menelan’ segala bentuk bangunan yang ada di atasnya.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, fenomena tanah yang berubah menjadi lumpur dan kehilangan kekuatan disebut likuifaksi.

Efek likuifaksi tersebut seolah-olah membuat perumahan Balaroa terkesan hanyut dan ditelan bumi.

Hal itu disebabkan oleh massa dan volume lumpur yang keluar dalam jumlah besar saat gempa.

“Perumnas Balaroa terjadi pengangkatan dan penurunan. Perkiraan sementara 1.747 rumah,” kata Sutopo, Selasa (2/10/2018).

Kendati demikian, BNPB belum bisa memastikan berapa jumlah korban jiwa yang ada di Perumnas Balaroa.

Hal ini lantaran alat berat sulit menjangkau kawasan tersebut akibat daerahnya yang didominasi oleh lumpur.

Selain di Perumnas Balaroa, kondisi sama juga terjadi di Kelurahan Petobo, Palu Selatan.

Dia daerah tersebut tertimbun lumpur akibat gempa kemarin.

“Kita belum tahu jumlah korban yang tertimbun oleh amblesan di Balaroa dan likuifaksi di Petobo,” jelasnya.

Saat ini, pihaknya masih mengupayakan evakuasi para korban.

Namun, ada kendala cukup serius yang dialami. Pasalnya, alat berat sulit diterjukan ke lokasi.

“Alat berat yang diterjunkan itu kadang berat, itu lumpur mengakibatkan alat berat ambles,” pungkasnya.

Halaman :

#Tsunami Palu

Index

Berita Lainnya

Index