Kisah Nabi Ishaq dan Kesabaran Menunggu Buah Hati

Kisah Nabi Ishaq dan Kesabaran Menunggu Buah Hati
ilustrasi

HARIANRIAU.CO - Cobaan yang sering kali dialami para nabi ialah menanti buah hati. Bukan setahun dua tahun mereka menunggu, melainkan puluhan tahun. Nabi Ibrahim bahkan menanti sampai usia beliau 100 tahun, hingga akhirnya dikaruniai Nabi Ishaq dari istrinya, Sarah. Kelak, Nabi Ishaq pun mendapati cobaan yang sama seperti orang tuanya.

Puluhan tahun Sarah dan Nabi Ibrahim menunggu dikaruniai seorang anak. Nabi Ibrahim memang dikaruniai Nabi Ismail dari istri keduanya, Hajar. Namun itu pun didapatkan setelah penantian yang panjang. Mengingat usia Nabi Ismail dan Nabi Ishaq hanyalah belasan tahun.

Kehamilan Hajar membuat Sarah berduka dan makin berharap kepada Allah agar memberinya seorang anak. Baik Sarah maupun Nabi Ibrahim tak pernah putus berdoa akan rahmat Allah. Sarah mengetahui dirinya mandul, namun harapan kepada Allah tak pernah putus karenanya. Sarah pun bersabar dan menerima takdir seandainya ia tak memiliki anak selamanya.

Penantian panjang itu pun baru terjawab ketika usia Nabi Ibrahim telah hampir satu abad. Sarah pun sudah menjadi wanita tua, usianya sudah kepala sembilan. Namun mudah bagi Allah menakdirkan wanita tua lagi mandul untuk hamil dan melahirkan. Takdir membahagiakan itu pun dikabarkan langsung oleh para malaikat.

Suatu hari para malaikat datang dalam bentuk manusia. mereka bertamu ke rumah Ibrahim. Sang khalilullah pun segera menyiapkan hidangan untuk menghormati tamu. Dipanggangnya daging sapi yang gemuk lalu disuguhkan kepada para tamu. Nabi Ibrahim baru tersadar bahwa para tamu itu merupakan jelmaan malaikat ketika mereka tak menyentuh makanan yang dihidangkan.

Para malaikat pun lalu mengabarkan kabar bahagia tentang kelahiran Ishaq. Betapa bahagia dan bersyukurnya Nabi Ibrahim. Dari balik tirai, Sarah pun mendengar kabar dari para utusan. Ia sempat terheran-heran karena kondisinya yang sudah amat sangat tua. Ia terheran sekaligus bahagia yang teramat sangat. Senyum merekah dari wajahnya.

“Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh,” ujar Sarah.
Para malaikat lalu berkata,

“Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, wahai ahlulbait. Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.”

Bulan-bulan setelahnya, rumah Ibrahim dipenuhi keceriaan. Sarah begitu bahagia mengandung janin di dalam rahimnya. Setelah menanti sembilan bulan, lahirlah bayi Ishaq yang menggemaskan.

Sebagaimana kakaknya, Ismail, Ishaq pun mendapat pendidikan langsung dari sang ayah. Pendidikan sempurna dari sang kekasih Allah. Ishaq pun tumbuh besar menjadi sosok yang berakhlak mulia, cerdas, lagi berbakti kepada kedua orang tuanya. Keluarga kecil Ibrahim hidup dengan penuh syukur dan bahagia.

Hingga usia Ishaq menginjak 40 tahun, barulah ia menikah dan membangun keluarganya sendiri. Nabi Ishaq menikah dengan wanita bernama Rafqah binti Batu’il. Namun ternyata ujian yang pernah menimpa ayah ibunya, dialami pula oleh Nabi Ishaq. Istrinya, Rafqah merupakan wanita mandul.

Nabi Ishaq pun terus saja berdoa kepada Allah. Ia lahir berkat keajaiban dari-Nya. Maka bukan hal mustahil bagi Allah untuk memberi kembali keajaiban tersebut. Nabi Ishaq dan istrinya terus berdoa dengan harapan dan tawakal yang kuat.

Setelah penantian panjang, keajaiban itu pun datang. Rafiqah hamil dan ternyata Allah memberinya anak kembar. Ialah ‘Iish atau Esau dan Ya’qub. Betapa bahagianya Nabi Ishaq. Ia dianugerahi dua orang putra di usianya yang telah senja.

Salah satu putranya pula, kelak menjadi seorang rasul. Ialah Nabi Ya’qub yang kelak menjadi bapak dari Nabi Yusuf, Bunyamin, dan saudara-saudaranya. Dari anak-anak Ya’qub bin Ishaq inilah cikal bakal Bani Israil atau keluarga Israil. Disebut Isra’il karena Nabi Ya’qub sering kali melakukan perjalanan di malam hari. Kelak dari Bani Israil ini pula lahir sederet nabi dan rasul.

Allah menyebut dan memuji ketiga nabi, yakni Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub dalam firman-Nya, “Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. Sesungguhnya Kami telah menyucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik.” (QS. Shaad: 45-47).

Rasulullah juga pernah memuji Nabi Ishaq dan anak cucu keturunannya. Meski secara nasab, Rasulullah bukanlah keturunan Nabi Ishaq, melainkan Nabi Ismail. Rasulullah bersabda, “Yang mulia putra yang mulia, putra yang mulia dan putra yang mulia adalah Yusuf putra Ya’qub, putra Ishaq, putra Ibrahim.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Betapa mulia keluarga Ibrahim, salawat dan salam tercurah kepada beliau dan keluarganya. Beliau dianugerahi keturunan mulia, yang lahir darinya para nabi. Namun ingatlah pula bahwa Nabi Ibrahim mendapatkannya tidak dengan cara mudah, melainkan setelah penantian puluhan tahun, doa yang tak pernah putus, dan harapan kepada Allah Rabb Maha Kuasa.

Halaman :

#Khazanah

Index

Berita Lainnya

Index