Kisah Sultan dan Abu Nawas: Mencari Telur Unta

Kisah Sultan dan Abu Nawas: Mencari Telur Unta
ilustrasi

HARIANRIAU.CO - Akhirnya Sultan Harun Al-Rasyid mengikuti saran Abu Nawas untuk mencari telur unta. Bagaimana tidak? Sudah seminggu terakhir ia bangun dengan rasa pegal di sekujur tubuh serta pusing di kepala. Tabib istana yang diundangnya tempo hari pun tidak berhasil mengobatinya.

Karena itu, Sultan memerintah pengawalnya untuk mengadakan sayembara dalam rangka mencari seseorang yang bisa mengobati penyakitnya. Di sinilah Sultan bertemu dengan si cerdik Abu Nawas.

Tentu saja Sultan terheran melihat Abu Nawas mengikuti sayembara ini. "Wahai Abu Nawas, mengapa kau mengikuti sayembara ini? Bukankah kau bukan seorang tabib?" Pertanyaan tersebut pun ditanggapi dengan baik oleh Abu Nawas. "Benar, Sultan. Hamba memang bukan seorang tabib."

"Lalu, apakah kau bisa mengobati penyakitku ini?"

"Insya Allah hamba akan mencobanya."

ADVERTISEMENT

Sang Sultan menganggukkan kepala seraya dalam otaknya bertanya-tanya. Kira-kira apa yang sedang direncanakan oleh si cerdik Abu Nawas?

"Baginda siap menerima saran dari hamba?"

Sang Sultan mengangguk.

"Apabila Baginda ingin sembuh, Baginda harus meminum telur unta sebanyak dua kali sehari. Namun, Baginda harus mencari telur unta itu sendiri. Baginda tidak diperkenankan menyuruh para pengawal."

Karena keinginannya untuk sembuh begitu besar, Sultan Harun Al-Rasyid mengangguk. "Baiklah. Aku akan mengikuti saranmu." Sultan pun segera pergi untuk menemukan telur unta. Di pasar, ia mendatangi seorang pedagang telur dan bertanya apakah ada telur unta yang dijualnya. Tentu saja sang pedang terheran. Bagaimana unta yang beranak memiliki telur? Namun karena takut, sang penjual hanya menjawab. "Maaf Baginda, hamba hanya menjual telur unggas."

Karena tak kunjung menemukan telur unta, Sultan Harun Al-Rasyid memutuskan untuk melanjutkan pencariannya besok. Di tengah perjalanan pulang, ia bertemu dengan seorang nenek. "Apakah nenek tahu siapa orang di sini yang memiliki telur unta?"

"Telur unta? Unta tidak bertelur, tapi beranak," jawab sang nenek tegas. Jawaban sang nenek membuat sang sultan tersadar bahwa unta tidak bertelur tapi beranak.

"Anda benar, Nek. Terima kasih. Mari kubawakan kayu bakar milikmu."

Setelah membantu sang nenek membawakan kayu, malamnya sang sultan tidur dengan nyenyak. Keesokkan harinya ia pun segera memanggil Abu Nawas ke istana. "Abu Nawas! Rupanya kau telah mempermainkanku. Apa maksudmu dengan telur unta? Sudah tahu unta beranak tidak bertelur."

"Maafkan Baginda. Anda benar bahwa unta memang tidak bertelur. Hamba berkata demikian supaya Baginda berkenan untuk menggerakkan tubuh Baginda yang kaku dan pegal. Bukankah berjalan jauh sambil mengangkut kayu bakar yang berat membuat Anda tertidur pulas dan Anda tidak lagi merasakan penyakit Anda?"

Mendengar jawaban Abu Nawas, Sultan tersenyum senang. "Kau memang cerdik!"

Sesuai dengan janjinya, Sultan Harun Al-Rasyid pun memberi Abu Nawas banyak koin emas sebagai hadiahnya. (inilah)

Halaman :

#Khazanah

Index

Berita Lainnya

Index