Wanita Ini Derita Kerusakan Otak Gara-gara Diet Jus

Wanita Ini Derita Kerusakan Otak Gara-gara Diet Jus

HARIANRIAU.CO - Beberapa tahun belakangan ini, metode pengobatan imunoterapi banyak diperbincangkan. Teknik tersebut diklaim mampu membuat pengidap kanker memiliki harapan hidup yang lebih lama.

Secara umum, terapi ini menggunakan sistem kekebalan tubuh sendiri untuk melawan sel-sel kanker. Menurut konsultan Hematologi dan Onkologi Medik dari MRCCC Siloam Hospitals, dr Jeffry B Tenggara, SpPD KHOM, tubuh memiliki sel T yang merupakan bagian dari darah putih.

"Darah putih ini tugasnya melawan musuh, inilah tentara dalam tubuh, tentara yang kita miliki,” ujarnya melalui keterangan resmi, Sabtu 6 April 2019 dikutip dari laman viva.co.id.

Spesialis onkologi medik dari FKUI/RSCM Jakarta, Dr dr Andhika Rachman, SpPD KHOM mengatakan, imunoterapi yang banyak dipakai saat ialah check point inhibitor, yang salah satunya adalah anti PD-1. Mekanisme kerja dari anti-PD1 ini adalah, mencegah kematian sel limfosit T akibat proses pengrusakan oleh kanker.

Di Indonesia, menurut Andika, anti PD-1 telah disetujui oleh BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan), untuk pengobatan kanker paru dan kanker kulit jenis melanoma maligna.

"Kini, penggunaannya tidak sebatas pada kedua kanker tersebut. Di penelitian maupun di tempat praktik, imunoterapi anti PD-1 juga digunakan untuk berbagai kanker lain, yang telah dibuktikan mengekspresikan PD-L1," ungkap Andika.

Ia menyatakan, telah menggunakan obat ini untuk pasien kanker pankreas, kanker payudara, kanker empedu, hingga kanker kepala dan leher. Anti PD-1 biasa diberikan pada pasien, dengan status performa fisik yang kurang baik.

“Obat yang diberikan untuk terapi sistemik haruslah yang tidak menurunkan status performa pasien,” ujarnya.

Halaman :

Berita Lainnya

Index