Dukun Beranak Masih Menjadi 'Andalan', Ini Kata Menkes

Dukun Beranak Masih Menjadi 'Andalan', Ini Kata Menkes

HARIANRIAU.CO, JAKARTA - Di beberapa daerah, dukun beranak seolah masih jadi 'andalan' untuk membantu proses persalinan. Padahal tenaga kesehatan kini sudah banyak yang diterjunkan ke daerah-daerah. Terkait ini, menurut Menkes Dr dr Nila Farid Moelok, Sp.M(K), itu menunjukkan peran dukun beranak yang masih dipercaya warga.

Yang dikhawatirkan sebenarnya adalah apabila ibu yang melahirkan mengalami masalah komplikasi sehingga membutuhkan bantuan medis di rumah sakit. Jika dukun beranak tidak peka terhadap masalah ini dan berusaha menanganinya sendiri, dikhawatirkan terjadi hal yang tidak diinginkan.

Mengingat kepercayaan warga di beberapa daerah yang masih besar terhadap sosok dukun beranak, menurut Menkes Nila, tidak bijak jika sosok dukun serta-merta dipinggirkan. Menurutnya, dukun beranak tetap bisa menemani proses persalinan warga.

"Dukun tetap mendampingi di rumah singgahnya, kemudian persalinan dilakukan oleh bidan," saran Menkes dalam penganugerahan tenaga kesehatan teladan tingkat nasional tahun 2016 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jalan Jenderal Sudirman, Senin (15/8/2016).

Nila menambahkan baik dukun beranak maupun bidan memiliki kelebihan masing-masing. Untuk dukun beranak memiliki kelebihan dekat di hati masyarakat. Sementara bidan memiliki keterampilan namun kurang memiliki kedekatan hati seperti halnya dukun beranak.

dr Riskiyana Sukandhi Putra, MKes saat masih menjabat Kasub Direktorat Bina Kesehatan Keluarga Berencana Kemenkes, mengatakan peran dukun beranak untuk memberi pertolongan non-medis bisa diwujudkan melalui rumah tunggu. Rumah tunggu merupakan rumah singgah bagi ibu-ibu yang ingin melahirkan. Di rumah tunggu itulah para ibu akan diajarkan hal-hal yang bersifat non-medis.

"Nanti ibu-ibu ini akan diajarkan oleh dukun bayi ini bagaimana cara memandikan anak, merawat tali pusat, menyusui, terus nanti dikasih tahu anak harus diimunisasi kapan, kalau anak mulai panas nanti diginiin ya bu. Bayangkan dengan tingkat pendidikan yang tidak terlalu tinggi, pengetahuan seperti itu kan pasti berguna sekali," tutur dr Riski.
Lokasi rumah tunggu biasanya berada di dekat puskesmas atau rumah sakit. Sehingga, sambil menunggu persalinan, para ibu bisa belajar bagaimana merawat anaknya.

"Terutama yang di daerah, bisa dua tiga atau lima hari sebelum bersalin sudah di sana. Kalau seperti di Rote, untuk ke fasilitas kesehatan butuh waktu lima hari, maka dia harus di rumah singgah seminggu sebelum melahirkan kan," lanjut Riski seperti dilansir detik.

Halaman :

Berita Lainnya

Index