Korban Gempa Palu Diperkosa di Hutan, Dipaksa Menikah dengan Paman

Korban Gempa Palu Diperkosa di Hutan, Dipaksa Menikah dengan Paman
Ilustrasi/Int

HARIANRIAU.CO - Kisah pilu anak-anak Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) seperti tak ada habisnya. Setelah rumah mereka luluh lantak diguncang gempa, likuefaksi, dan tsunami, sebagian dari mereka kembali merasakan duka yang tidak terlupakan selama hidup.

Beberapa anak di bawah umur diperkosa dan dipaksa menikah dini oleh orang tua mereka.

Dalam beberapa bulan terakhir, setidaknya 12 kasus pernikahan anak di bawah umur terjadi di kamp pengungsian korban gempa dan tsunami yang tersebar di Palu, Sigi, dan Donggala di Sulawesi Tengah.

Derita paling memilukan dialami Ratna (nama samaran). Siswi SMA kelas 3 itu diperkosa pamannya sendiri.

Cewek 16 tahun itu diperkosa pamannya sendiri beberapa bulan setelah gempa dan tsunami.

“Pas malam, saya tidur di kamar nenek, terus dia masuk kamar. Saya teriak tidak bisa, dia perkosa saya, saya tidak bisa teriak mau bagaimana,” ucap Ratna, seperti dikutip dari BBC, Selasa (23/7).

Bukan cuma, Ratna berkali-kali menjadi pemuas birahi sang paman. Bahkan, dia pernah digenjot di dalam hutan.

“Ke hutan hutan. Pas pulang sekolah, saya dijemput oleh om (paman). Di jalan saya tidak tahu bagaimana, saya dibawa, saya tidak tahu itu dimana. Saya mau lari, tetap dikejar. Tidak bisa berlari atau bagaimana,” katanya.

Kondisi di salah satu sudut Perumnas Balaroa, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Foto: Fajar

Kondisi Perumnas Balaroa, Kota Palu pasca gempa dan tsunami. Foto: Fajar

Hati Ratna semakin hancur lantaran tak mendapat dukungan dari keluarga, khusunya sang ibu.

“Dia (ibu) sempat bilang kalau (saya) bikin malu keluarga,” imbuh Ratna menahan tangis.

Tak hanya itu, sang ibu malah memaksa Ratna menikah dengan pamannya sendiri.

“Kamu kawin sama om kamu saja supaya tidak lagi membebani orang tua,” kata Ratna menirukan ucapan ibu kandungnya.

Takut Jadi Beban Orang Tua

Aktivis Hak-hak perempuan, Dewi Rana Amir mengatakan, sebetulnya perkawinan anak itu kan sudah dilarang.

“Pada satu sisi, itu juga karena takut menjadi beban keluarga, takut menjadi beban orang tua,” katanya.

Sementara aktivis hak-hak perempuan, Soraya Sultan mengatakan, faktor ekonomi disebut menjadi alasan terbesar para tua menikahkan anaknya di usia dini.

“Mindset orang tua, kalau anak sudah menikah, tanggung jawab orang tua lepas,” ucap Soraya.

“Mau dia kawin dengan yang seumuran atau yang lebih tua kah, mau ada pekerjaan kah, mindsetnya itu. Itu sudah terbangun di mindset orang tua,” tambahnya.

Halaman :

#Pencabulan

Index

Berita Lainnya

Index