30 Hari Sebelumnya, Serangan Stroke Bisa Diprediksi

30 Hari Sebelumnya, Serangan Stroke Bisa Diprediksi
Ilustrasi.

HARIANRIAU.CO - Penelitian menemukan pasien yang mengalami infeksi saluran kemih (ISK) tiga kali lebih mungkin mengalami stroke.

Serangan stroke diprediksi terjadi 30 hari usai pasien terinfeksi. Hasil penelitian tersebut diterbitkan American Heart Association (AHA) dalam jurnal medis 'Stroke'.

Stroke merupakan salah satu penyakit penyebab kematian tertinggi kedua di dunia, yang angka kejadiannya semakin meningkat di Indonesia. 

Selain bisa berujung pada kematian, stroke juga dapat menyebabkan kesakitan dan kecacatan. Tak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental penderitanya.

Stroke terjadi ketika aliran darah ke otak terganggu baik karena sumbatan atau perdarahan, sehingga menyebabkan aliran darah ke otak menjadi terganggu dan otak tidak mendapatkan oksigen dan makanan yang diperlukan oleh sel otak. Stroke terjadi dalam hitungan detik hingga menit dan butuh penanganan medis sesegera mungkin.

Karenanya, Anda perlu tahu gejala stroke sehingga bisa langsung segera mencari bantuan medis. Gejala umum stroke adalah:

-Gangguan dalam berbicara dan mengerti percakapan
-Kebas di daerah wajah, lengan, atau kaki yang sering kali terjadi hanya pada satu sisi tubuh
-Gangguan penglihatan yang terjadi pada satu atau kedua mata
-Sakit kepala tiba-tiba yang sangat parah dan dapat disertai muntah, pusing, atau gangguan kesadaran
-Masalah ketika berjalan, misalnya pusing tiba-tiba, kehilangan keseimbangan, atau kehilangan koordinasi tubuh
-Stroke bisa disebabkan oleh banyak faktor seperti merokok, diabetes melitus atau penyakit gula, dan tekanan darah tinggi atau hipertensi. Semuanya erat kaitannya dengan kejadian stroke

Stroke bisa diprediksi lewat terjadinya infeksi?
Penelitian sebelumnya telah menemukan hubungan antara infeksi akut dengan stroke iskemik. Namun, penelitian yang baru ini mempertimbangkan jenis infeksi yang lebih luas serta meneliti hubungannya dengan dua jenis stroke lainnya: stroke hemoragik perdarahan intraserbral (intracerabral hemorrhage) dan stroke hemoragik perdarahan subarachnoid (subarachnod hemmorhage).

Peneliti mempelajari analisis data yang dikumpulkan pada tahun 2006-2013 dari rumah sakit komunitas di New York, Amerika Serikat, melalui data rawat inap dan data departemen darurat. Peneliti memeriksa infeksi kulit, saluran kemih, darah, perut, dan pernapasan. 

Hubungan paling kuat terlihat pada ISK, yang dikaitkan dengan peningkatan risiko terjadinya stroke iskemik hingga tiga kali lipat dalam 30 hari setelah pasien terinfeksi ISK. Untuk jenis infeksi lain, risiko stroke iskemik turun seiring berjalannya hari setelah infeksi terjadi.

Untuk stroke hemoragik perdarahan intraserebral, hubungan terkuat adalah dengan ISK, infeksi darah, dan infeksi pernapasan.

Pada stroke perdarahan subarachnoid, hubungan yang ditemukan adalah hanya dengan infeksi pernapasan.

Temuan ini bisa menjadi awal yang baik untuk mengetahui apakah penanganan segera dan tepat—seperti pemberian vaksin dan antibiotik—dapat membuat kondisi lebih baik dan menurunkan risiko terjadinya stroke.

Hasil temuan tersebut bisa menjadi awal yang baik untuk mengetahui apakah pemberian vaksinasi, antibiotik, atau terapi antipembekuan darah bisa digunakan untuk pencegahan infeksi, dan bahkan mencegah stroke pada pasien dengan risiko stroke tinggi.

Sumber: KlikDokter/rakyatku.com/gil

Halaman :

#Kesehatan

Index

Berita Lainnya

Index