Kisah Nyata Sopir Jadi Waliyullah, Ini Amalannya yang Tak Terduga

Kisah Nyata Sopir Jadi Waliyullah, Ini Amalannya yang Tak Terduga
Ilustrasi/Int

HARIANRIAU.CO - Sejatinya tak semua waliyullah atau kekasih Allah adalah seorang ulama, pejuang Islam, atau keturunan orang-orang saleh. Terdapat kisah nyata, seorang sopir jadi waliyullah.

Lantas apa amal perbuatannya hingga mendapat derajat tinggi di mata Allah?

Ini merupakan kisah nyata Mukhsin, seorang sopir jadi waliyullah. Beliau sebelum menjadi pengasuh pondok pesantren dengan jumlah santri ribuan adalah sopir pribadi seorang juragan di Malang.

 Kiai Mukhsin

Suatu hari Mukhsin diminta majikannya yang bermukim di Bululawang, untuk mengantarnya ke Pasuruan.

Majikannya mau berkunjung ke kediaman salah satu kiai besar yang sudah kesohor derajat kewaliannya.

Sebagai sopir yang baik dan rajin bekerja, Mukhsin mengantar sang majikan. Menempuh perjalanan sekitar satu jam, akhirnya mereka sampai di pondok pesantren Kiai Hamid bin Abdullah bin Umar.

Mukhsin tak mengantar majikannya masuk ke dalam ruang tamu sang kiai. Sebab sebagai seorang sopir, ia merasa sebaiknya menunggu sang majikan di luar saja.

Ternyata Kiai Hamid tak mau menerima majikannya jika Mukhsin tak diajak masuk ke ruang tamu. Akhirnya sang majikan menghampiri Mukhsin dan memintanya ikut masuk.

“Kiai Hamid tidak mau menerima kedatanganku, kalau kamu tidak ikut masuk,” ujar sang majikan kepada Mukhsin.

Mukhsin pun heran. Ia bertanya dalam hati, “Kenapa kiai itu tidak mau menerima majikanku, kalau aku tidak ikut ke dalam?”

Akhirnya Mukhsin ikut masuk ke ruang tamu. Barulah Kiai Hamid menyambut sang majikan dan dirinya dengan hangat.

Saat mengobrol, tiba-tiba Kiai Hamid bertanya kepada Mukhsin amalan-amalan apa yang dijalaninya selama ini.

Mukhsin menjawab, ia hanya menjalani berbagai amalan yang dilakukan oleh masyarakat pada umumnya.

“Tadi kenapa Kiai menolak kedatangan saya, ketika saya masuk sendirian ke kediaman Anda? Dan Anda bilang tidak akan menerima kedatangan saya apabila tidak mengajaknya (sopir) juga?,” tanya sang majikan.

"Anak ini akan jadi wali dan akan memiliki pondok pesantren yang besar. Saya sudah melihat tanda-tandanya. Makanya saya menolak kedatanganmu kalau tak kamu ajak sang wali," ujar Kiai Hamid menjelaskan.

Mukhsin pun tersenyum dan sedikit menundukkan kepalanya karena malu mendengar alasan Kiai Hamid tersebut. Ia sendiri tak pernah mengetahui kalau ia akan menjadi seorang waliyullah.

Bahkan sang majikan kaget bukan kepalang mendengar pernyataan Kiai Hamid tentang masa depan sopir pribadinya tersebut.

Setahun kemudian santrinya mencapai 100. Lambat laun jumlah santrinya terus bertambah hingga saat ini jumlah santrinya mencapai sekitar sepuluh ribuan anak.

Seperti dilansir Muslim Moderat, mengutip dari FP Cerita Nyata Para Wali , Al Ba'alawi & Ulama, Senin (28/10/2019), rupanya Kiai Mukhsin menjadi waliyullah bermula dari seorang sopir yang selalu takut kepada Allah di manapun berada. Beliau juga tak pernah meninggalkan salat lima waktu.

Kiai Mukhsin juga selalu menjalankan sunah-sunah Rasulullah SAW lainnya. Inilah kisah seorang sopir yang terpilih menjadi waliyullah.

Sejak kisah ini menyebar ke berbagai pelosok, maka satu persatu para orangtua mengirimkan anak-anaknya kepada Kiai Mukhsin untuk belajar agama Islam. Semula hanya lima murid dan bertempat di mushala dekat rumah majikannya.

Namun semakin lama, kewalian Kiai Mukhsin terdengar di berbagai daerah akhirnya makin banyak santri belajar kepada beliau.

Lalu berdirilah Pondok Pesantren Al-Maqbul yang terletak di daerah Bululawang, Kabupaten Malang.


sumber: okezone.com/gil

Halaman :

#Khazanah

Index

Berita Lainnya

Index