Tes Tahan Napas Bisa Deteksi COVID-19

Tes Tahan Napas Bisa Deteksi COVID-19
Ilustrasi

HARIANRIAU.CO - Dunia maya mendadak heboh dengan pesan berantai yang menjelaskan mengenai tes sederhana dengan trik bernapas di pagi hari untuk mengenal virus corona jenis baru atau COVID-19.

Dikutip hariarianriau.co dari laman viva.co.id, pesan tersebut menyebut bahwa hasil usai menahan napas selama 10 detik bisa menjadi tanda tubuh terinfeksi virus atau tidak.

"Dokter Jepang menawarkan tes sederhana yang bisa kita lakukan setiap pagi!  Ambil napas dalam-dalam dan tahan napas selama lebih dari 10 detik!  Jika Anda berhasil mengeluarkan napas tanpa batuk, tidak nyaman, lelah, dan kaku di dada, ini membuktikan bahwa tidak ada fibrosis di paru-paru dan itu sebenarnya menunjukkan bahwa tidak ada virus!  Anda juga perlu memastikan mulut dan tenggorokan Anda lembab dan tidak kering! Minumlah secangkir air setidaknya sekali setiap 15 menit karena meskipun virus masuk ke mulut Anda, cairan yang Anda makan secara teratur dapat ditransfer ke perut, dan keasaman lambung membunuh virus!" tulis pesan berantai itu.

Menanggapi hal itu, Dokter Spesialis Jantung Paru, dr Vito A. Damay Sp. JP(K) mengatakan bahwa pertama kita perlu mengerti dulu apa itu fibrosis. Yaitu, proses lanjutan dari peradangan di mana peradangan adalah respons tubuh terhadap kerusakan, bisa akibat infeksi, salah satunya virus. Diketahui Corona merupakan salah satu jenis virus, sehingga secara teori bisa mengakibatkan fibrosis.

Tapi, tidak semua virus bikin fibrosis karena proses fibrosis itu pada umumnya terjadi pada peradangan kronis alias butuh waktu lama. Virus biasanya relatif cepat sembuh dan sembuh sendiri dengan kekebalan tubuh kita.

"Nah, khusus pada COVID-19 ini, pengamatan pada autopsi kasus-kasus yang pernah ada ternyata terjadi fibrosis juga sehingga menyebabkan kerusakan permanen pada paru paru. Apakah semua kasus COVID 19 demikian? Jawabannya kita belum tahu," ujar dokter Vito kepada VIVA, Selasa 24 Maret 2020.

Ditambahkan Vito, fibrosis terjadi akibat perubahan sel normal menjadi sel yang keras dan tidak berfungsi. Cara lihatnya tentu lewat pemeriksaan CT scan mungkin terlihat gambaran infeksi namun konfirmasi adanya fibrosis bisa dilihat dari pemeriksaan jaringan secara langsung namanya pemeriksaan patologi.

"Pernah lihat misalnya lem sudah keras ya tidak bisa berfungsi jadi lem lagi kan? Misalnya begitu. Jadi ya sel parunya ada tapi jadi keras karena proses peradangan sehingga tidak bisa berfungsi lagi," paparnya.

Perlu dipahami, fibrosis paru dapat membuat napas tidak lega, bahkan sesak. Karena itu salah satu yang khas dari infeksi saluran napas yang berat adalah sesak napas.

"Apakah tarik napas dan buang napas bisa jadi indikator gangguan napas? Bisa. Apakah bisa jadi tanda ada fibrosis? Tidak," jelasnya.

Sebaliknya, lanjut Vito, COVID-19 memiliki gejala yang luas. Jadi, orang yang flu batuk ringan saja mungkin masih bisa melakukan tes diatas dengan baik, tapi belum tentu tidak ada virus corona didalamnya.

"Pesan saya, kalau merasa flu batuk dan tidak enak badan tapi Anda masih merasa relatif baik, makan bisa dan bisa aktivitas sebaiknya istirahat saja dan kunci diri di kamar. Saatnya tubuh Anda fokus untuk sembuh. Bila Anda ragu dan gejala memberat silakan ke dokter untuk melakukan pemeriksaan," terangnya.

 
 

Halaman :

Berita Lainnya

Index