Kisah Bidan Nita dari Desa Terpencil Hingga Diutus ke Jepang

Kisah Bidan Nita dari Desa Terpencil Hingga Diutus ke Jepang
Bidan Senita Riskiwahyuni (kanan) saat diundang Plt Bupati Kuantan Singingi Suhardiman Amby ke kantornya beberapa waktu lalu.

Kendati demikian, semangat Nita tak putus di tengah jalan. Tekadnya menyelamatkan ibu hamil pantang kendur, lantaran saat itu angka kematian di tempat ia bertugas cukup tinggi.

Namun, perjalanan Nita tidak mulus. Ibu dua anak ini justru dihadapkan dengan pola pikir masyarakat yang lebih percaya dengan dukun beranak dari pada bidan desa.

"Di sana awalnya ada tugas berat. Di mana ibu-ibu kalau persalinan itu dibantu dukun beranak. Tentu pemahaman itu harus saya sampaikan, tapi masyarakat lebih percaya dukun beranak daripada bidan," katanya.
Setelah dua tahun mengabdi, masyarakat mulai beralih ada yang ke dukun dan bidan. Namun, peran dukun beranak tetap tidak bisa dilepas sepenuhnya oleh masyarakat.

"Seiring berjalan waktu, saat ada masalah plasenta lengket, bayi tak normal baru ke bidan. Kita tahu peran dukun beranak juga sangat dibutuhkan, akhirnya kita ajak agar berkolaborasi," ucap Nita.

Nita minta dukun beranak mendampingi saat persalinan. Namun, tidak sepenuhnya peran untuk bantu melahirkan diambil alih dukun beranak.

"Untuk merubah pola pikir masyarakat kan tentu butuh waktu. Akhirnya masyarakat lama-lama paham, mulai beralih ke bidan sampai saat ini," katanya.

Halaman :

#Kuansing

Index

Berita Lainnya

Index