Lift 73 Meter di Atas Jembatan Sultanah Latifah Siak Diresmikan untuk Tarik Wisatawan

Lift 73 Meter di Atas Jembatan Sultanah Latifah Siak Diresmikan untuk Tarik Wisatawan
Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah, Kabupaten Siak.

Sultan Syarif Kasim II menyatakan bergabung dengan Indonesia ketika Soekarno memproklamatorkan kemerdekaan NKRI. Dia menyerahkan kedaulatan dan semua kekayaan kerajaan termasuk ladang minyak.

“Dia menjamin pendanaan Indonesia dengan menyerahkan mahkota-mahkota emas bertaburan intan berlian untuk mendukung kemerdekaan Republik Indonesia. Tak sekedar itu, ia memberi uang pribadinya 13.000.000 Gulden Belanda. Suatu jumlah yang sangat besar,” ujar Budayawan Riau, Taufik Ikram Jamil, Senin (16/8).

Sultan tak sembarangan menyerahkan tahtanya ke negara. Dia memegang teguh dan mengamalkan wasiat sang ayah Sultan Syarif Hasyim. Pesannya, jika tidak ada lagi keturunannya yang memerintah, benda-benda kerajaan harus diserahkan kepada pemerintah yang sah.

Terbukti, ketika Syarif Kasim II tidak memilki keturunan, wasiat ayahnya langsung dijalankan. Dia kembali menjadi rakyat biasa dan menyerahkan harta serta tahtanya ke pemerintah Indonesia.

Tak hanya itu, Sultan juga memotivasi masyarakat di bawah kepemimpinannya secara langsung untuk kemerdekaan RI. Bahkan, Sultan bersama permaisuri meresmikan tentara rakyat Indonesia di Siak, di bulan pertama kemerdekaan. Peresmian itu justru dilaksanakan di depan Istana Siak.

“Kalau soal berperang menentang penjajah, orang Riau melakukannya sejak abad ke-16. Setelah Melaka ditaklukkan Portugis, orang-orang dari Gasib Siak memerangi Portugis tahun 1512. Ini disusul oleh Narasinga II tahun 1516 dan 1520. Abad ke-18, Tengku Buang Asmara menyerang Belanda di Siak, sedangkan Tuanku Tambusai abad 19, seangkatan dengan Diponegoro dan Imam Bonjol. Pada saat bersamaan, Riau juga menyerang Belanda di Indragiri di bawah pimpinan Panglima Sulung,” katanya.

Halaman :

#Siak

Index

Berita Lainnya

Index