Mengandung 50 Jenis Racun, Begini Rokok Pengaruhi Otak

Mengandung 50 Jenis Racun, Begini Rokok Pengaruhi Otak

HARIANRIAU.CO - Pengaruh rokok terhadap fisik telah banyak diketahui. Seorang perokok setengah baya yang telah merokok selama puluhan tahun adalah dua sampai tiga kali lebih mungkin untuk meninggal lebih awal daripada sejawatnya yang tidak pernah merokok.

Merokok tembakau juga menjadi faktor risiko utama untuk berbagai jenis kanker, masalah paru-paru dan kardiovaskular, dan juga terkait dengan masalah kesehatan lainnya, seperti komplikasi pada kehamilan, jumlah sperma rendah pada pria, masalah bicara, dan meningkatkan kemungkinan katarak.

Tak heran jika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melihat merokok tembakau sebagai penyebab kematian nomor satu yang paling dihindari di dunia.

Statistik Amerika Serikat mengungkapkan bahwa merokok menyebabkan lebih banyak kematian setiap tahun dibandingkan HIV, penggunaan narkoba ilegal, penyalahgunaan alkohol, cedera kendaraan bermotor dan pembunuhan digabungkan.

Meski demikian, sayangnya efek merokok tembakau jangka panjang terhadap area lain, seperti belajar dan memori, kurang diketahui dengan baik.

Meskipun beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok dapat meningkatkan konsentrasi dan perhatian (membuat perokok merasa lebih waspada), namun rokok tidak sekedar nikotin.

Rokok mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia - lebih dari 50 diketahui menjadi racun di alam, misalnya karbon monoksida yang juga ditemukan dalam asap knalpot mobil, butana yang ditemukan dalam cairan, serta arsen, amonia, dan metanol yang ditemukan dalam bahan bakar roket.

Dalam jangka panjang bahan kimia beracun ini diperkirakan dapat merusak otak, menyebabkan ketertinggalan dalam belajar dan memori.

Merokok jangka panjang telah dikaitkan dengan penurunan memori kerja; memori prospektif yang digunakan untuk tugas-tugas sehari-hari seperti mengingat janji atau minum obat pada waktunya; serta fungsi eksekutif, yang membantu kita merencanakan pekerjaan, memperhatikan kegiatan saat ini, dan mengabaikan gangguan.

Ketiga hal ini mendukung kemampuan kita sehari-hari untuk mengingat dan belajar, yang tanpanya, hidup mandiri akan jauh lebih sulit.

Dalam studi pertama hal ini oleh tim peneliti dari Northumbria University, Newcastle, yang dilaporkan dalam jurnal Frontiers in Psychiatry, peneliti menemukan bahwa mereka yang merokok dan minum minuman keras menunjukkan defisit yang lebih besar di memori prospektif sehari-hari mereka.

Studi terbaru dari masalah kesehatan yang berhubungan dengan merokok dan defisit memori telah meliputi efek merokok pasif, di mana non-perokok menghirup asap tembakau dari perokok.

“Penelitian telah menemukan kisaran masalah kesehatan yang sama antara yang merokok pasif dengan perokok aktif, termasuk paru-paru dan penyakit jantung dan masalah kognitif dan memori,” ujar Tom Heffernan, pemimpin studi, sebagaimana dikutip Daily Mail, Kamis, 24 November 2016.

Hal ini, menurutnya, dapat mempengaruhi perokok pasif di sejumlah bidang kehidupan, bukan hanya kesehatan tetapi juga pendidikan dan pekerjaan.

Berhenti merokok akan meningkatkan kesehatan dan mengarah ke perbaikan dalam kognisi. Ini mungkin terkait dengan peningkatan ketebalan korteks otak - lapisan luar otak yang memainkan peran penting dalam pemrosesan informasi dan memori.

Korteks secara alami menipis dengan pertambahan usia, tapi merokok dapat memperburuk efek ini dengan menyebabkan korteks menipis secara lebih cepat.

Berhenti merokok dapat sedikit membantu membalikkan efek ini pada korteks, tetapi tidak secepat yang dialami non-perokok.

Metode tradisional berhenti merokok mengarah pada terapi pengganti nikotin (NRT), seperti permen karet nikotin, inhalators dan semprotan hidung. Ini biasanya memakan waktu sekitar delapan sampai 12 minggu sebelum perbaikan kesehatan terbukti. (Tempo)

Halaman :

Berita Lainnya

Index