Kisah Bunut Bolong; Mau Ditebang, Pekerjanya Banyak yang Meninggal

Kisah Bunut Bolong; Mau Ditebang, Pekerjanya Banyak yang Meninggal
Keunikan dari akar pohon bunut ini menjadi salah satu daya tarik pariwisata di Kecamatan Pekutatan. Tampak para wisatawan sedang mengabadikan moment s

JEMBRANA - Bunut Bolong di Desa Manggissari, Kecamatan Pekutatan, Jembrana ini sudah mendunia. Banyak wisatawan yang berkunjung ke sana. Bagaimanakah ceritanya bunut bolong ini hingga tak bisa ditebang?

Pohondengan nama latin Ficus Glabella atau yang biasa disebut bunut yang terletak di Desa Manggissari, Kecamatan Pekutatan, Jembrana, ini diperkirakan usianya ratusan tahun. Keberadaannya pun taka sing lagi di telinga para wisatawan maupun masyarakat Bali. Terlebih keberadaan pohon bunut raksasa dengan keunikan pada bagian akar dan disakralkan oleh penduduk desa sekitar ini, dipercaya angker dan memiliki aura magis.

Tidak itu saja. Siapa pun akan terpukau dan takjub ketika melihat secara langsung keunikan dari lubang atau terowongan yang terbentuk secara alami oleh akar pohon bunut raksasa tersebut.

Untuk mencapai lokasi pohon bunut bolong ini tidaklah terlalu sulit. Lurus saja ke utara mengikuti petunjuk jalan yang dipasang di pertigaan pasar Pekutatan. Apalagi ini merupakan satu-satunya jalan alternatif menuju Singaraja yang cukup lebar dan sudah dihotmix.

Pohon ini terletak di Banjar Bunut Bolong, Desa Manggissari, Kecamatan Pekutatan, Kabupaten Jembrana. Tepatnya di koordinat 8.3864° S, 114.8737° E. Keberadaan dari pohon bunut bolong, ini mengundang banyak misteri. Mulai dari bentuk akarnya yang unik membentuk terowongan dan bisa dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat serta berbagai cerita atau mitos yang kerap beredar di masyarakat secara turun temurun yang kental dengan aura magis yang terdapat pada pohon bunut tersebut.

Nyoman Suardana, pria yang sehari-harinya dipercaya sebagai juru sapuh ini mengatakan, pohon bunut bolong, ini ditemukan tahun 1942 pada masa pendudukan Jepang. Saat itu tentara Jepang sedang membangun akses jalan alternatif yang menghubungkan Jembrana dengan Buleleng. Ketika memasuki wilayah Desa Manggissari, mereka mendapati pohon bunut bolong yang tumbuh tepat berada di tengah-tengah jalur jalan yang akan mereka buka dan bermaksud untuk memperlebar akses.

“Saat itu, mereka ingin melebarkan akses jalan dengan cara memotong beberapa bagian akar dari pohon bunut ini untuk memperluas lubang. Akan tetapi usaha mereka gagal karena banyak pekerja paksa yang digunakan waktu itu meninggal setelah memotong akar pohon bunut tersebut. Mereka akhirnya meninggalkan kawasan ini dan pelebaran jalan tidak dilanjutkan dan dibiarkan seperti yang terlihat sekarang,” ujar Suardana.

Di sebelah kanan dan kiri pohon bunut bolong ini terdapat jurang yang sangat dalam. Jadi praktis setiap orang atau pun kendaraan yang akan lewat harus melewati terowongan yang berada di bawah pohon tersebut. Pengendara diimbau untuk berhati-hati saat akan melewati terowongan, mengingat lebar terowongan tersebut hanya cukup untuk satu kendaraan roda empat saja.

Dari pantauan koran ini, sebagian besar sopir kendaraan yang akan lewat meyempatkan diri untuk berhenti sebentar dan melakukan persembahyangan memohon keselamatan di palinggih yang berada di sebelah kiri dan kanan pohon bunut tersebut. Ada juga yang hanya sekadar membunyikan klakson kendaraan sebagai tanda permisi atau mohon izin untuk melewati terowongan dari pohon bunut tersebut.

Hal ini menurut Suardana erat kaitannya dengan sejarah keberadaan pura yang berdiri megah di sebelah selatan dari pohon bunut bolong ini. Namanya Pura Bhujangga Sakti Luwih. Pura ini merupakan pura yang didirikan oleh masyarakat Desa Manggissari sebagai penghormatan kepada seorang Empu bernama Dang Hyang Sidhi Mantra. Karena Beliau pernah singgah dan melewati kawasan tersebu.

“Konon pada waktu dulu sebelum terbentuknya Desa Manggissari sempat terjadi kejadian aneh di desa. Penduduk desa terjangkit penyakit yang mematikan. Para sesepuh desa bersemedi di pura ini memohon petunjuk atas musibah yang menimpa desa mereka” ungkapnya.

Akhirnya wangsit atau petunjuk pun didapatkan agar penduduk yang bermukim di sebelah utara pohon bunut bolong untuk segera dipindahkan ke sebelah selatan dari Pohon tersebut. Segera setelah itu, penduduk yang bermukim di sebelah utara pohon itu pun menjalani petunjuk tersebut dan penyakit yang diderita oleh masyarakat sembuh dengan sendirinya. Bahkan wabahnya pun tidak pernah kembali lagi sampai saat ini.

“Kejadian tersebut, membuat penduduk di sekitar kawasan bunut bolong ini sangat menyakini kekuatan magis yang terdapat pada pohon tersebut,” imbuh Suardana dilansir jawapos.

Halaman :

Berita Lainnya

Index