Siswi SMP yang Depresi Diperkosa Pamannya Berkali-kali Kini Tak Mau Makan dan Minum

Siswi SMP yang Depresi Diperkosa Pamannya Berkali-kali Kini Tak Mau Makan dan Minum
ilustrasi

HARIANRIAU.CO - Malang betul nasib siswi SMP yang kini depresi usai diperkosa pamannya berkali-kali itu, ia tak mau makan dan juga tak mau minum. Kondisi Melati, 14, siswi SMP yang jadi korban pemerkosaan pamannya sendiri IGK, 65, warga Buleleng masih belum stabil. Meski sempat mendapatkan perawatan di RSJ Bangli, namun korban masih mengalami depresi berat. Bahkan, kini dia tidak mau makan dan minum.

Korban sendiri saat ini sudah dipulangkan dari RSJ Bangli. Namun, informasi yang digali menyebutkan, Melati tak langsung dibawa pulang ke desanya. Melainkan dititipkan di salah satu rumah warga di wilayah Sambangan.

Melati sengaja dititipkan di salah satu rumah warga dengan berbagai pertimbangan. Salah satunya sangat berisiko apabila Melati langsung dibawa ke desanya, karena bisa saja memicu depresi yang berkepanjangan. Selain itu, Buleleng juga belum memiliki rumah penampungan yang layak dan aman untuk anak. Hal itu diungkapkan Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Buleleng, Riko Wibawa.

"Karena keterbatasan kami tidak punya rumah aman. Saat korban mau pulang, gak berani ke desanya, ya, ada teman menawarkan tempat sementara, karena keluarga korban tidak mau dititipi sementara," ujar Riko Wibawa, Minggu siang (25/3) seperti dimuat Bali Express.

Di sisi lain, rupanya rujukan dari RSUD Buleleng terhadap Melati untuk dibawa ke RSJ Bangli, justru menunjukan sejumlah kejanggalan. Awalnya, Melati rencana dirujuk ke RSUP Sanglah untuk pemulihan psikis. Namun faktanya korban malah menerima surat rujukan ke RSJ Bangli.

"Saya saat itu, minta waktu berpikir," kata IKA, kakak tiri korban. Namun, karena tak punya pilihan, IKA pun terpaksa berangkat ke RSJ Bangli didampingi oleh seorang perawat kesehatan.

Sementara itu Ketua Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak pokja Bali, Ida Ayu Alit Rahmawati mengaku, sudah melakukan penelusuran terkait rujukan itu. Ia pun menyayangkan mis komunikasi yang terjadi sehingga korban dibawa ke RSJ Bangli. Padahal, kondisi korban tidak gila, namun hanya mengalami depresi saja.

"Kami juga sudah konfirmasi ke RSJ Bangli. Terus terang saja, ini tidak benar sebetulnya. Semestinya hal pertama harus dilakukan adalah memulihkan kondisi fisik korban. Setelah itu baru bisa lanjut ke tahap pemulihan psikis. Bukan serta merta langsung dibawa ke RSJ Bangli. Kalau orang itu tidak gila, kenapa ke RSJ," kata Dayu Alit.

Hal senada juga diungkapkan Kasi Pelayanan Sosial Anak dan Lanjut Usia Dinsos Buleleng, Niken Pujiastuti Tri Utami. Bahkan, Niken mengaku heran atas rujukan yang terlalu dini membawa korban ke RSJ Bangli.

"Sebelumnya pihak rumah sakit, saya sudah kumpulkan di sini (Dinsos Buleleng), ada dari P2TP2A, Yayasan Bunga Bali Denpasar, dan seorang warga yang menampung korban. Apa pun keputusan yang akan diambil, harus didiskusikan dengan kami terlebih dahulu. Nah tapi belum apa-apa sudah dibawa ke RSJ Bangli," ucap Niken.

Niken pun mengaku, kecolongan terkait rujukan yang dilakukan oknum pihak RSUD Buleleng ke RSJ Bangli tanpa sepengetahuannya. Padahal sejak awal dirinya melakukan pendampingan.

Seperti diberitakan sebelumnya Melati menjadi korban kebejatan pamannya sendiri. Aksi bejat yang dilakukan IG terhadap keponakannya sendiri terjadi pada Rabu (21/2) sekitar pukul 11.00 Wita sekitar sebulan lalu.

Pasca digagahi pelaku korban mengalami depresi serta ketakutan. Karena kondisi itu akhirnya pada Jumat (9/3) lalu sekitar pukul 02.00 wita, Melati dilarikan ke RSUD Buleleng akibat depresi yang dialami, atas ulah bejat pria tersebut. Sejak saat itu, Melati hanya berteriak histeris dan tidak mau makan.


Sumber: riausky
Editor: Ragil Hadiwibowo

Halaman :

#Pencabulan

Index

Berita Lainnya

Index