Kisah Aisyah, Bocah yang Selamat Saat Dibawa Ayah Ibunya Lakukan Bom Bunuh Diri...

Kisah Aisyah, Bocah yang Selamat Saat Dibawa Ayah Ibunya Lakukan Bom Bunuh Diri...
AKBP Roni Faisal Saiful Faton, Kasatresnarkoba Polrestabes Surabaya saat membopong Aisyah yang mengalami luka parah setelah ledakan bom bunuh diri.

HARIANRIAU.CO - Ada banyak anak-anak yang ikut direkrut dalam aksi bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo. Beberapa diantaranya tewas, beberapa lainnya selamat karena 'tangan tuhan'.

Dalam kejadian tersebut, ada empat anak yang selamat dari aksi bom bunuh diri tersebut.

Aisyah atau biasa dipanggil Ais adalah  salah seorang gadis yang selamat saat orangtuanya meledakkan diri di Mapolrestabes Surabaya, selain  tiga anak pelaku bom bunuh diri lainnya yang ditemukan di Sidoarjo.

Ketiganya selamat karena bom yang akan digunakan orangtuanya meledak lebih dulu di rusun.

Aisyah adalah anak dari pelaku bom bunih diri yang selamat saat aksi penyerangan di pintu masuk Mapolrestabes Surabaya, Jalan Sikatan, Surabaya Senin (14/5/2018) sekitar pukul 08.50 WIB.

Seperti diketahui aksi ini dilakukan sekeluarga berjumlah lima orang mengendarai motor Honda Beat L 6629 NN dan Honda Supra L 3559 D.

Saat dihadang 2 petugas polisi, tiba-tiba terjadi ledakan besar. Ternyata lima pengendara motor itu pelaku bom bunuh diri.

Aisyah berada di motor yang kedua bersama ayah dan ibunya. Isyah ini duduk diapit ayah dan ibunya.

Sementara itu, kedua kakaknya berada di motor pertama yang menyimpan bahan peledak.

Usai bom meledak, terlihat dari CCTV yang merekam bocah berkerudung tersebut tampak merangkak dari samping mobil dan motor yang rusak akibat bom.

Sementara api dan asap ledakan masih mengepul, ia mencoba berdiri sendiri.

Polisi yang berada di sekitar berteriak "Astaghfirullah" ketika melihat sang bocah.

Anak kecil itu diselamatkan oleh AKBP Roni Faisal Saiful Faton, Kasatresnarkoba Polrestabes Surabaya.

Saat itu, Roni mengaku melihat anak perempuan menangis dan menyangkut di motor bersama ibunya.

"Saya teriak, berdiri nak. Saya takut mobil yang terbakar meledak," jelas Roni.

"Saya langsung angkat anak itu," aku AKBP Roni Faisal Saiful Faton.

"Saya bopong, yang penting anak itu segera dibawa ke rumah sakit," lanjutnya.

Ditambahkan Rony, saat ditemukan, kondisi bocah kelahiran 2010 tersebut terluka dan berdarah akibat posisinya yang berada di belakang motor peledak.

"Luka berdarah semua. Meledak motor di depan, dia di belakang bersama ibunya. Kondisi ibunya meninggal," kata Rony.

Ia melihat anak tersebut tergeletak, namun kemudian tubuhnya bergerak dan mencoba bangun.

Seketika, kata Ronny tangannya lekas merangkul anak itu dan menggendongnya.

"Dia linglung berdarah-darah, luka. Saya pikir pingsan kok bangun saya ambil," terangnya.

"Posisi saya di depan samping. Saya langsung lari, panggilan hati," tambahnya.

Setelah itu, identitas pelaku yang meledakkan diri di Polrestabes Surabaya pun terkuak.

Mereka adalah Tri Murtiono (50), Tri Ernawati (43), yang mengajak anaknya yakni M. Amin Murdana (18), dan M. Satria Murdana (14).

Aisyah, bocah perempuan yang selamat ini ternyata bernama lengkap Aisyah Putri (7).

Sebelum aksi bom bunuh diri, ibu Ais, Tri Ernawati menyemputnya di rumah neneknya yang berada di Ngagelrejo, Kecamatan Wonokromo, Kota Surabaya, Jawa Timur.

Kebetulan Ais memang sering tinggal di rumah neneknya.
Ahmad, pihak keamanan RT di Krukah Selatan, mengaku kenal dengan pelaku wanita yang kerap datang ke rumah ibunya.

"Yang perempuan kami kenal baik, yang laki-laki hampir enggak pernah ketemu. Ibunya tadi pagi ke sini sama anaknya yang besar, bawa tas ransel, ke sini mungkin jemput anak perempuannya yang kecil. Anaknya yang kecil kan tidur di tempat saudaranya," kata Ahmad, Senin sore seperti dilansir dari tribun news bogot.

"Kaget. Orangnya baik yang perempuan. Yang laki baik juga tapi kurang gabung (dengan masyarakat)," tuturnya.

Selain Ais, ada tiga anak Anton Febrianto, pemilik bom yang meledak di Rusun Wonocolo, Taman Sidoarjo juga selamat.

Seperti diketahui, bom milik Anton tiba-tiba meledak di lantai 5 rusun tersebut, Ahad (13/5/2018) malam.   

Menurut Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Mahfud Arifin, keluarga Anton juga akan bertindak seperti keluarga Dita Supriyanto. Mereka diketahui berniat menjadi "pengantin" alias bomber bunuh diri.

"Mereka itu pelaku, bukan korban," kata Irjen Mahfud Arifin di lokasi kejadian, Senin (14/5/2018) dini hari.

Sebelum melancarkan aksinya, keluarga Anton Febrianto malah ada yang tewas dan terluka karena bom sendiri.

Anggota keluarga yang tewas yaitu sang istri, Puspitasari, dan anak sulungnya berinisial LAR.

Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera menambahkan Anton mengalami luka parah namun masih hidup pada ledakan pertama.

Karena membahayakan, ia langsung dilumpuhkan oleh pihak kepolisian. "Dia dalam keadaan memegang switching, sehingga terpaksa dilumpuhkan," katanya.

"Jadi, Anton tewas setelah dilumpuhkan petugas yang datang ke lokasi," sambungnya.

Dalam peristiwa itu sempat ada insiden dramatis saat anak kedua Anton mengelamatkan dua adiknya yang terkena letusan bom.  

Anak Anton ini membawa dua adiknya ke rumah sakit begitu tahu mereka terluka parah. Inisial anak itu bernama AR.

Sedangkan, jenazah Anton, istri, dan anak pertamanya telah dievakuasi ke Rumah Sakit Bhayangkara, Senin dini hari sekitar pukul 01.30 WIB.

"AR, satu-satunya anak laki-laki selamat," ungkap Kombes Pol Frans Barung Mangera.

"Dia juga yang membawa dua adiknya ke rumah sakit, sekarang mereka di Rumah Sakit Bhayangkara," lanjutnya.

Kapolda Jawa Timur Irjen Machfud Arifin membocorkan cara orangtua mendoktrin anak-anaknya.

Satu caranya pendoktrinanan dengan mencekoki anak mereka dengan video jihad secara rutin agar membentuk ideologi anak.

"Orangtua tentu punya peran penting di balik kejadian ini bisa mengajak anak mereka," ujar Irjen Machfud Arifin di Media Center Polda Jatim, Selasa (15/5/2018).

"Seperti rajin memberikan tontonan video jihad kepada anak-anak untuk membentuk ideologi sejak dini."

"Cara ini dilakukan oleh semua pelaku, mereka satu jaringan."

Tapi, ternyata salah satu anak pelaku yang diketahui menolak doktrin orangtuanya untuk menjadi teroris.

AR menolak doktrin kebohongan orangtuanya yang dilakukan untuk adik-adiknya.

Yaitu, anak-anak Anton dan Puspitasari diminta untuk mengaku home schooling saat ditanya oleh tetangga. Padahal, mereka tak sekolah sama sekali.

"Faktanya, selama ini anak mereka di paksa mengaku home schooling padahal tidak bersekolah sama sekali," kata Irjen Machfud Arifin.

"Usaha ini agar anak mereka tidak berinteraksi dengan orang lain."

Namun, AR terang-terangan menolak doktrin orangtuanya dan memilih hidup dengan caranya sendiri.

Ia memilih untuk tetap bersekolah hingga hidup bersama neneknya.

"Ada satu anak dewasa yang di Rusun Wonocolo itu menolak ikut ajaran dari orangtuanya," kata Kapolda Jatim.

"Ia memilih untuk tetap bersekolah dan ikut dengan neneknya," lanjutnya.

Sayang di hari kejadian ia berada di rumah orang tuanya. Ia pun tak tahu soal rencana orang tuanya yang akan meledakkan bom.

Ketika bom hendak diledakkan, AR sempat menghindar. Sehingga ia pun bisa selamat dan hanya terluka sedikit.
Beda dengan kedua adiknya yang masih kecil. Mereka terluka parah.

AR pun langsung menolong dua adik bungsunya saat terluka akibat bom orangtuanya.

Ia melarikan kedua adiknya ke rumah sakit. Mereka kini sedang dirawat Rumah Sakit Bhayangkara.

Sedangkan, orangtua AR dan adiknya tewas karena bom sendiri.


sumber: riausky

Halaman :

##BomBunuhDiri

Index

Berita Lainnya

Index