Rahasia Polisi, Bocah Ngoceh Didengar, Jaringan Teroris Bom Surabaya Terbongkar

Rahasia Polisi, Bocah Ngoceh Didengar, Jaringan Teroris Bom Surabaya Terbongkar
AAP, putri pelaku bom Mapolrestabes Surabaya yang selamat

HARIANRIAU.CO - Usai serangan pertama bom Surabaya yang menyasar tiga gereja, polisi langsung bisa membongkar jaringan teroris lainnya di Kota Pahlawan itu.

Hal itu terjadi setelah serangan kedua yang menyasar Mapolrestabes Surabaya, Senin (14/5/2018).

Lalu, apa dan bagaimana sebenarnya rahasia serta cara polisi bisa membongkar jaringan tersebut?

Ternyata, semua itu berawal dari ocehan seorang bocah. Yang tidak lain adalah anak dari pelaku bm Mapolrestabes Surabaya.

Dia adalah AAP. bocah mungil yang baru berumur tujuh tahun itu menjadi satu-satunya yang selamat dalam penyerangan tersebut.

Ia juga yang kemudian diselamatkan seorang anggota polisi, AKBP Rony Faisal.

Polrestabes Surabaya dibom hari ini

Bom meledak di pintu masuk Polrestabes Surabaya. Begini kondisinya

Saat itu, AAP yang berada di atas motor dengan diapit ibu dan bapaknya yang meledakkan diri, secara tak terduga selamat.

Tubuhnya berlumuran darah. Menangis dan langsung diangkat oleh AKBP Rony Faisal dan segera dilarikan ke RS Bhayangkara Polda Jatim.

Nah, saat dalam perawatan medis itulah, AAP membeberkan banyak hal kepada Lita Machfud, istri Kapolda Jatim Machfud Arifin.

Dalam kesempatan itu, Lita mengajak AAP berdialog sebagaimana seorang ibu kepada putri kecilnya.

Berbekal banyak informasi itulah, bisa digunakan polisi untuk membongkar seluruh jaringan teroris bom Surabaya.

Kepada Lita, AAP menyatakan bahwa semua pelaku pengemboman di Kota Pahlawan itu saling kenal satu sama lain.

Mulai dari keluarga Dita Oepriarto-Puji Kuswati, Anton Ferdinan pelaku bom rusunawa Wonocolo, sampai dengan kedua orangtuanya.

AAP mengaku, kedua kepala keluarga itu adalah teman akrab ayahnya, Tri Murtiono.

Selain itu, AAP sendiri mengaku mengenal Dita dan Anton.

Alhasil, berbekal informasi penting itu, polisi dapat mengungkap sejumlah jaringan bom Surabaya lainnya.

Seperti di Sidoarjo dan Manukan Wetan yang disergap kemudian.

Untuk di Sidoarjo, satu terduga teroris Budhi Satrio terpaksa ditembak mati karena melawan. Terlebih, ia sudah menyiapkan enam bom pipa.

Dalam perkembangan, polisi lantas menembak mati terduga teroris di Jalan Sikatan, Manukan Wetan, Tandes, Surabaya, Dedi Sulistiono.

Berdasarkan hasil penyelidikan, Budhi Satrio sendiri ternyata adi kandung Anton Ferdiantoro, pelaku bom rusunawa Wonocolo.

Demikian dibeberkan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini didampingi Kapolrestabes Surabaya Kombes Rudi Setiawan di lokasi, Selasa (15/5/2018) malam.

“Iya, mereka ini saudara. Yang ini sama yang rusunawa Wonocolo,” jelas Risma.

Kendati demikian, walikota perempuan pertama Kota Pahlawan itu tak menjelaskan detil hubungan keluarga antara Anton dengan Dedi.

“Itu polisi nanti yang menjelaskan,” singkatnya.

Untuk diketahui, sebelumnya terjadi baku tembak Dedi Sulistiantono (39) atau biasa dipanggil Teguh.

Selain menembak mati Teguh, polisi juga mengamankan Suyanti, istri Dedi, yang juga terduga teroris serta tiga anak terduga pelaku.

Dari informasi yang dihimpun, penangkapan terhadap terduga teroris tersebut, dilakukan sekitar pukul 17.20 WIB.

Tim Densus 88 yang saat itu bermaksud menangkap terduga dalam keadaan hidup-hidup, namun mendapatkan perlawanan oleh terduga.

Oleh sebab itu, polisi memberikan tindakan tegas dengan tembakan kepada terduga yang ber KTP Manukan Kulon blok 19-H/19 RT 11 RW 3 Kelurahan Manukan Kulon Kecamatan Tandes.

Densus 88 juga sempat terlibat tembak menembak di lokasi gang rumah kontrakan yang sempit. Setidaknya lima tembakan terdengar saat aksi penggerebekan dilakukan.

Halaman :

##BomBunuhDiri

Index

Berita Lainnya

Index