Melihat Makam Ki Ageng Selo Si Penakluk Petir

Melihat Makam Ki Ageng Selo Si Penakluk Petir
Masjid Ki Ageng Selo menjadi pintu masuk menuju makam. (Foto: Dok. Arthurio Oktavianus)

HARIANRIAU.CO - Kisah manusia yang mampu menaklukkan petir tercatat dalam legenda di Indonesia. Tokoh dalam kisah itu adalah Ki Ageng Selo, yang makamnya terletak di Desa Selo, Tawangharjo, Grobogan, Jawa Tengah. Lokasi makam berjarak sekitar 10 kilometer dari Kota Purwodadi.

Dimuat dari laman medcom.id, Makam Ki Ageng Selo sekarang merupakan benda cagar budaya yang dilindungi UU Cagar Budaya No. 5 Tahun 1992 Jo. UU Cagar Budaya No. 11 Tahun 2010. Selain makam, termasuk juga masjid Ki Ageng Selo dan Tanah Magersari.

Jejak Ki Ageng Selo tercatat sejarah. Sosoknya disebut sebagai keturunan raja terakhir Majapahit, Brawijaya, dari garis Ki Getas Pandawa. Ki Ageng Selo juga diketahui sebagai guru pendiri Kesultanan Pajang, Sultan Adiwijaya.

Hidup sederhana sebagai petani, Ki Ageng Selo memperdalam ilmu filsafat dan agama sehingga memiliki pengaruh yang kuat dalam tatanan kehidupan masyarakat. Bahkan olah pikiran Ki Ageng Selo sangat didengarkan penduduk setempat.
 
Melihat Makam Ki Ageng Selo Si Penakluk Petir
(Makam Ki Ageng Selo di Desa Selo, Tawangharjo, Grobogan, Jawa Tengah, ramai dikunjungi para peziarah yang melantunkan ayat-ayat doa. Foto: Dok. Arthurio Oktavianus)

Menaklukkan petir dan pohon Gandrik

Dikenal sebagai orang bijaksana dengan ilmu kanuragan yang tinggi, Ki Ageng Selo tak pernah tinggi hati. Ia menjadi pendengar yang baik dan mau membantu kesulitan yang dihadapi para petani. 
 
Sebagai desa yang subur dan lumbung padi, suatu ketika keresahan petani muncul disebabkan lahan bertani menjadi lokasi sambaran petir. Akibatnya, hasil panen padi berkurang dan petani merasa was-was mengolah lahannya.
 
Suatu hari, saat sedang menggarap lahan sawahnya, cuaca mendung dan turun hujan. Lalu, petir menyambar Ki Ageng Selo. Dengan ilmu kanuragannya, Ki Ageng Selo menangkap petir yang berwujud naga, kemudian diikat pada pohon Gandrik di sekitar lahan sawahnya. 
 
Ketika dibawa ke rumah, wujud naga itu disimpan dalam lemari yang kini bisa dilihat di area belakang pondok makam.
 
Melihat Makam Ki Ageng Selo Si Penakluk Petir
(Pohon Gandrik sebagai tempat Ki Ageng Selo mengikat petir berwujud naga yang ada di sekitar makam. Foto: Dok. Arthurio Oktavianus)
 
Hingga kini masyarakat Jawa percaya bila hujan turun dan muncul petir, mereka akan terhindar dari sambaran petir bila berucap “Gandrik anak putune Ki Ageng Selo (Gandrik anak cucunya Ki Ageng Selo)”. 
 
Saat dibawa ke Sultan Demak, petir berupa naga berubah wujud menjadi seorang kakek, yang dikerangkeng dan ditempatkan di alun-alun. 
 
Seorang nenek mendekati kerangkeng dan menyemburkan air dari kendi yang dibawanya ke arah si kakek. Petir menggelegar, wujud kakek dan nenek itu menghilang tiba-tiba.
 
Dalam satu foto yang dipajang di pendopo sebelah kanan selasar menuju makam, pengunjung bisa melihat gambar wujud naga dari petir yang ditangkap Ki Ageng Selo. Gambar tersebut dilukis oleh Ki Ageng Selo dengan judul “Lawang Bledeg” dan terpahat di pintu utama Masjid Agung Demak.
 
Melihat Makam Ki Ageng Selo Si Penakluk Petir
(Lemari tempat menyimpan petir yang berada di bagian belakang pondok makam Ki Ageng Selo. Foto: Dok. Arthurio Oktavianus)

Makam Ki Ageng Selo

Letak makam Ki Ageng Selo berada di area belakang masjid. Sehingga, peziarah harus melewati jalan di samping masjid, menyusuri jalan selasar yang berujung pada pondok yang didominasi warna hijau. Dalam pondok itulah makam Ki Ageng Selo tersimpan.
 
Area selasar juga menjadi wilayah yang jangan lupa untuk dilihat peziarah, karena terdapat silsilah lengkap dari Ki Ageng Selo yang tersipan dalam pendopo.
 
Sebelum menyusuri selasar, pada dinding bangunan sebelah kanan jalan masuk selasar, peziarah bisa melihat tujuh pepali (larangan) Ki Ageng Selo, yang dinarasikan dalam sekar macapat, Dandanggula. Tertulis “Pepali-ku hargailah, (supaya) memberkahi, lagi pula selamat serta sehat”.
 
Larangan memetik tanaman yang ada dalam wilayah makam, juga harus dipatuhi peziarah. Terutama pohon Gandrik yang terdapat di sekitar pondok makam. 
 
Selain itu, peziarah yang datang haruslah menjaga ketenangan, agar tidak mengganggu peziarah lain yang sedang melantunkan ayat-ayat doa dengan khusyuk. 

Halaman :

#Sejarah

Index

Berita Lainnya

Index