Kisah Bilik Gundik Perempuan dalam Kapal-Kapal di Zaman Kerajaan Sriwijaya

Kisah Bilik Gundik Perempuan dalam Kapal-Kapal di Zaman Kerajaan Sriwijaya
Ilustrasi (Foto: Wikipedia)

HARIANRIAU.CO - Gambar relief perahu bercadik ganda di Candi Borobudur barangkali adalah simbol paling tepat untuk menggambarkan perdagangan laut antarbangsa sebelum zaman pertengahan. Model miniatur perahu ini salah satunya bisa dilihat di Museum Angkut, Malang, Jawa Timur.

Bagi orang awam, miniatur perahu ini mungkin dianggap sama dengan perahu-perahu Cina, Persia, atau Mediterania yang sezaman. Tetapi ada satu hal yang membuat perbedaan mendasar. Perbedaan itu adalah adanya bilik-bilik bagi perempuan.
Periode zaman pertengahan sebenarnya tidak benar-benar pas untuk menggambarkan perkembangan yang terjadi di negeri-negeri yang berada di antara tiga samudera. Demikian dilansir dari indonesia.go.id.

Negeri-negeri yang oleh sejarawan Prancis Anthony Reid dinamakan dengan "Negeri Bawah Angin" telah mengalami periode perdagangan global yang lebih lama dibandingkan dengan penjelajah laut dari Mediterania.

Keberadaan bilik-bilik bagi perempuan di perahu-perahu yang berasal dari kepulauan Asia Tenggara semakin diperkuat kesejarahannya dengan temuan-temuan penelitian genetika. Penelitian lembaga mikrobiologi Eijkman, Jakarta, telah mengkonfirmasi adanya leluhur-leluhur perempuan dari orang Madagaskar yang berasal dari Banjar, Kalimantan Selatan.

Perkawinan antara perempuan-perempuan yang berasal dari salah satu wilayah bawahan Kedatuan Sriwijaya dengan laki-laki Madagaskar ini terjadi pada sekitar abad 9 hingga 11 masehi. Bagaimana jejak genetik bisa sampai ke wilayah terjauh di bagian barat Samudera Hindia, jawabannya adalah koloni dagang.

Jared Diamond, peneliti dan penulis sejarah peradaban manusia, mencatat fenomena ini sebagai "fakta tunggal paling memukau dari geografi manusia". Samudera sebagai penghubung perdagangan antara bangsa atau saat ini dikenal dengan istilah globalisasi telah berkembang bahkan sejak sebelum abad pertengahan.

Jika pelaut-pelaut tangguh dari Iberia dilarang untuk membawa perempuan di dalam perahunya karena "berbahaya" bagi pelayaran, pelaut-pelaut Nusantara malah membuat perahu-perahunya lebih besar dan lebih luas untuk membuat bilik-bilik bagi perempuan.
Entah perempuan-perempuan itu menjadi teman atau gundik dalam perjalanan, tetapi satu hal yang pasti perempuan-perempuan ini menjadi bagian dari misi perdagangan dan diplomasi.

Sumber : okezone.com

Halaman :

#Sejarah

Index

Berita Lainnya

Index