Begini Pengakuan Keluarga Emak Gigit Tangan Polisi, Ternyata Bukan Orang Kaya

Begini Pengakuan Keluarga Emak Gigit Tangan Polisi, Ternyata Bukan Orang Kaya
Anik Tri Kurniawati (kiri) saat dimintai keterangan di Polres Kudus Kamis (22/2) lalu. Foto via Radar Kudus

HARIANRIAU.CO - Video emak gigit tangan polisi di Jalan A. Yani Kudus, Jawa Tengah telah menjadi viral. Hingga kemarin (23/2) sekitar pukul 18.00 video itu sudah dilihat sekitar 1.029.414 dan 15.496 komentar.

Jawa Pos Radar Kudus berusaha menelusuri emak gigit polisi tersebut. Mengingat di media sosial (medsos) juga beredar KTP, buku obat pasien dari RSUD, surat rujukan peserta dari BPJS Kesehatan, dan Berita Acara Pemeriksaan (BAP).

Emak gigit tangan polisi itu berbama Anik Tri Kurniawati (45). Ia tinggal di RT 3 RW 5, Desa Jepang Pakis, Kecamatan Jati. Rumahnya berada di ujung gang perumahan elit.

Rumahnya sederhana, tapi tampak masih baru. Di samping rumah belum diplester, juga belum dicat. Ruang tamunya juga sederhana. Ada tiga kursi dan meja tamu yang sudah usang. Sedangkan, di lantai ada radio tape.

Ada bawang putih asal digeletakkan saja. Bawang itu akan dijual di Pasar Bitingan. ”Ibu tidak di rumah. Sudah berada di bangsal jiwa RSUD,” kata Vellanika F.S, anak pertama Anik dan Sutrisno.

Dia mengakui, video ibunya menjadi viral karena menggigit tangan polisi. Di video itu, Anik terlihat mendorong motornya ke polisi.

Dalam video berdurasi sekitar 30 menit itu, Anik tiba-tiba menggigit polisi setelah kuncinya diambil. Bahkan, dia melempari polisi dengan uang untuk membeli helm.

”Matahari kebakar. Kembalikan kunciku. Nggak pakai helm tak bayar berapa, satu juta, tiga juta? Mana helmnya, mana helmnya” Dia menghitung uang lantas memukul tubuh Briptu Erlangga Hanando Seto.

Saat ditilang Anik tidak memakai helm. Dia juga tidak membawa Surat Izin Mengemudi (SIM). Bahkan, STNK yang dibawa juga salah. Seharusnya membawa STNK motor Mio J Ungu bernopol K 2899 HR, tetapi yang dibawa Supra. ”Ibu salah bawa. Namun yang diperkarakan ibu tidak bawa helm dan SIM,” terangnya.

Setelah ditilang polisi, ibunya pulang ke rumah seperti biasa. Sekitar empat jam di rumah Anik memasak dan menyapu. Bahkan, sempat istirahat.

”Ya, masak sambil marah-marah. Katanya kunci motornya diambil polisi. Padahal, saat itu Matahari kebakaran,” kata Vella.

Sekitar pukul 14.30, ibunya dijemput kepala desa dan beberapa polisi. Dia diminta ke kantor polisi. Sekitar tujuh jam diperiksa dengan dugaan tidak memakai helm dan surat kelengkapan berkendara serta menggigit tangan kanan Briptu Erlangga Hananda Seto.

Setelah diperiksa, Anik dibawa ke puskesmas. Kemudian, sekitar pukul 21.45 Anik dibawa ke UGD RSUD. Setelah itu dipindah ke Bangsal Jiwa. Sutrisno masih setia menemani sejak pemeriksaan hingga dibawa ke RSUD.

Vella juga turut menemani hingga pukul 23.30. Setelah itu, keluarga tidak boleh menjenguk hingga satu pekan lagi.

”Ibu diminta istirahat. Kami dilarang menjenguk. Kami serahkan semuanya ke dokter. Biar ibu sehat kembali,” imbuhnya.

Dia menjelaskan, ibunya memiliki penyakit turunan. Tidak jelas diagnosanya apa. Namun, neneknya mengalami hal yang sama. Begitu juga dengan pamannya.

”Adik ibu saya juga baru sembuh dari depresi,” katanya menunjuk lelaki pendiam di dalam rumah itu.

Ibunya, imbuhnya, pernah dirawat di bangsal jiwa sekitar 2015 lalu. Nyaris dua minggu. Namun, kabur karena tidak betah. Kendati demikian, kondisinya membaik. Bahkan Anik bisa bersosialisasi dengan tetangga.

”Dua tahun lalu sudah berhenti minum obat. Makanya kadang-kadang kumat,” tutur perempuan berkulit putih ini.

Dalam kurun waktu dua tahun, Anik jarang kumat. ”Kumatnya kalau ada pemicunya. Dulu kan pasar Bitingan pernah kebakaran. Saat itu keuangan keluarga berantakan. Nah dari situ, Ibu depresi. Mungkin saat mendengar Matahari kebakaran, pikirannya terganggu. Terlebih saat itu, polisi mengambil kunci motornya. Kalau tidak diambil, mungkin kejadiannya tidak seperti ini,” tutur perempuan berambut panjang ini.

Dia menambahkan, uang hasil penjualan di Pasar Bitingan dipegang ibunya. Uangnya digunakan belanja dan membeli jajanan anak. Kebiasaan itu sering diprotes bapaknya. Karena kasihan, Sutrisno tetap memperbolehkan.

Tak heran, saat bertemu polisi Anik membawa banyak uang. ”Kadang bapak marah karena ibu beli jajanan anak. Padahal, kebutuhan keluarga kami pas-pasan. Keuntungan di pasar juga sedikit. Namun tetap saja, ibu memaksa,” paparnya.

Sementara itu, Direktur RSUD dr Loekmono Hadi dokter Aziz Achyar melalui Kepala ruang Cempaka I Ali Rif’an menerangkan, Anik dalam perawatan kemarin.

“Memang pernah ada riwayat kejiwaan. 2015 dirawat dan sudah dua tahun ini tidak minum obat,” jelasnya.

Dia menjelaskan, Anik saat merasa tertekan, emosinya memuncak. “Berdasarkan keterangan dari suami pasien pernah mengalami trauma. Kiosnya di pasar Bitingan yang beberapa tahun lalu terbakar,” terangnya.

Saat Jawa Pos Radar Kudus mencoba komunikasi terhadap Anik di RSUD, tapi tidak banyak informasi yang didapat. Hanya menjawab jualan bumbu dan sayur di Pasar Bitingan. Saat ditanya tentang bisa ditilang dan gigit polisi Anik hanya diam.

Setelah bertemu sekitar setengah jam, Jawa Pos Radar Kudus keluar. Anik mengikuti di belakang dan ingin ikut keluar dari bangsal jiwa. Tapi, ditahan perawat yang berjaga di depan pintu.

sumber: pojoksatu

Halaman :

Berita Lainnya

Index