Surowono Sisa Kejayaan Majapahit, Mangkrak Seiring Era Reformasi

Surowono Sisa Kejayaan Majapahit, Mangkrak Seiring Era Reformasi

HARIANRIAU.CO - Pada 1997, Candi Surowono di Dusun Surowono, Desa Canggu, Kecamatan Badas, Kabupaten Kediri, pernah dikabarkan akan dipugar agar menjadi lebih baik.

Pemerintah pusat telah mengirim lampu hijau. Selaku juru kunci candi, Masduki (53) sontak bergegas. Batu-batu yang pernah dikumpulkan di tahun sebelumnya, langsung dia data ulang.

Potongan kepala arca kumpul dengan kepala, tangan dengan tangan, kaki dengan kaki dan seterusnya. Begitu juga bongkahan kecil, sempalan serta puing puing lain. Masing masing dikelompokkan sesuai arah perwujudannya.

"Masing masing batu saya beri nomor. Jumlah seluruhnya kurang lebih dua ribuan," tutur Masduki kepada SINDOnews.

Masduki membayangkan, peninggalan Kerajaan Majapahit, akan kembali seperti sedia kala. Tidak hanya relief cerita Bubuksah, yakni kisah si gendut dan si kurus yang tengah melakoni ujian nafsu dunia.

Juga bukan sekedar relief fabel binatang-binatang, cerita tantri serta mitologi Sri Tanjung. Masduki membayangkan, empat stupa Candi Surowono yang hancur akibat letusan Gunung Kelud, akan kembali tegak berdiri. 

Ada kemegahan sekaligus keagungan yang terlahir kembali. Terbayangkan kawasan Kediri, masih bernama kuno Dahanapura (Kota Api), Madiun masih disebut Gagelang atau Wengker, Bojonegoro masih bernama Matahun.

Blora, kala itu masih bernama Medangkungan, Mojokerto masih Wirasaba, Lamongan, Surabaya, Pasuruan, Panarukan, Sengguruh sebagai kawasan Malang serta Banyuwangi bernama Blambangan.

"Konon tinggi Candi Surowono sampai 28 meter. Kemegahan dan keagungannya setara candi Prambanan di Jawa Tengah," terang Masduki.

Candi Siwa Sogata (Siwa Budha) ini dibangun pada tahun saka 1400, dan ditemukan kembali tahun 1966. Suro berarti "berani" dan Wono "alas atau hutan".

Meski hutan sudah tidak ada, dan menjadi jalan desa. Sebagian orang meyakini, Surowono sebagai pintu masuk atau gerbang candi di Jawa Timur.

Sebelum "berziarah" ke candi lain, kata Masduki tidak sedikit peziarah yang mendahului ke Candi Surowono. "Banyak yang meyakini sebagai pintu masuk candi di Jawa, khususnya Jawa Timur," paparnya.

Kenapa candi yang memiliki panjang dan lebar 7,8 meter, serta pondasi bata sedalam 30 sentimeter itu sebegitu penting?. Selain kuil pemujaan, candi berbentuk bujursangkar dengan posisi mata angin menghadap tenggelamnya sang surya itu, sekaligus berfungsi candi pemakaman.

Pada Candi Surowono pernah terdapat perigi penyimpan abu jenazah Bhre Wengker. Siapa dia?. Buku "Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa, dan Timbulnya Negara Islam Nusantara", menulis Bhre Wengker bergelar Hyang Purwasisesa.

Sebagai Raja Majapahit Bhre Wengker memerintah pada kurun waktu 1378-1388 Saka atau 1456-1466 Masehi.

Bhre Wengker menggantikan Raja  Bhre Pamotan Sang Sinagara (1375 Saka atau 1453 Masehi), yakni penerus Hayam Wuruk yang mangkat 1311 tahun Saka atau 1389 tahun Masehi.

Sepeninggal Bhre Pamotan, dan sebelum Bhre Wengker naik tahta, Majapahit pernah mengalami vacum of power (kekosongan kekuasaan). Sebelum Bhre Wengker naik tahta, Kerajaan Majapahit pernah tidak memiliki raja definitif.

"Bhre Wengker yang tutup usia pada tahun saka 1388 ini, dikenal sebagai raja yang sakti dan disegani raja raja lain," tutur Masduki. 

Sayangnya, upaya Masduki menghimpun ulang batu candi tidak berakhir sesuai rencana. Padahal sekitar dua ribuan batu yang tersebar di luar komplek candi, juga siap dikumpulkan.

Pergantian kekuasaan orde baru, ke orde reformasi, membuat rencana pemugaran yang sudah disetujui pemerintah pusat itu berhenti. "Apakah rencana pemugaran jadi berjalan atau tidak, sampai sekarang tidak jelas jluntrungnya," terang Masduki.

Namun kendati demikian, pengunjung candi tetap mengalir tidak berhenti. Rata-rata setiap hari 50-100 orang. Bahkan khusus di hari Sabtu, dan Minggu mencapai 500 orang per hari.

"Tidak hanya anak-anak sekolah di Kediri. Tapi juga para wisatawan luar kota, dan termasuk sejumlah turis asing yang berminat pada sejarah kerajaan nusantara," pungkasnya. (Sindonews)

Halaman :

#Sejarah

Index

Berita Lainnya

Index