Kisah di Balik Arab Jahiliyah Anggap Safar Bulan Sial

Kisah di Balik Arab Jahiliyah Anggap Safar Bulan Sial
Ilustrasi

HARIANRIAU.CO - Dalam sistem kalender hijriah, Safar merupakan bulan kedua setelah Muharram. Dalam tradisi masyarakat Arab kuno, bulan ini dianggap pembawa sial. Ternyata anggapan tersebut masih ada hingga saat ini. Masih ada sebagian masyarakat masih menganggap Safar adalah bulan pembawa kemudharatan.

Lantas, benarkah anggapan ini?

Dikutip dari bincangsyariah, Rasulullah Muhammad SAW sudah menegaskan tidak ada bahaya apapun dalam bulan Safar. Hal ini termaktub dalam hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA.

" Tidak ada wabah (yang menyebar secara sendirinya), tidak pula ramalan sial, tidak pula burung hantu dan juga Safar. Menghindarlah dari penyakit kusta sebagaimana engkau menghindari singa."

Ibnu Utsaimin menyatakan kata Safar pada hadis di atas memiliki makna bervariasi. Bagi masyarakat Arab masa jahiliyah, Safar dimaknai kesialan.

Waktu Tidak Berkaitan dengan Takdir Allah SWT

Padahal, waktu tidak terkait dengan takdir Allah. Waktu kapanpun akan tetap sama. Jikapun terjadi peristiwa buruk, itu semata karena izin Allah, sebagaimana termaktub dalam Surat At Taghabun ayat 11.

"Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."

Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan barangsiapa terkena musibah dan mengetahui itu dengan takdir dan ketetapan Allah lalu bersabar, maka akan diganti dengan yang lebih baik.

Jika masih menganggap Safar bulan sial, pikiran kita hanya dibuat sibuk dengan ketakutan akan datangnya perkara buruk.

Halaman :

#Khazanah

Index

Berita Lainnya

Index